26. Aksi Duo Detective

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Usai unjin menumpahkan semua gundah di hatinya pada Domi, perasaanya terasa sedikit lebih membaik meski kesal masih tetap melingkupi diri Unjin. Domi yang mendengar semua cerita Unjin itu pun lantas tak percaya dan tak habis pikir bagaimana mungkin seorang Tyan bisa berubah seperti itu hanya karena seorang gadis. 

"Dom ! Gue pengen cari tau tentang cewek itu !" celetuk Unjin di sela lamunnya. 

"Cewek siapa ? Ceweknya bang Tyan ?" tanya Domi bingung. 

"Ya iyalah cewek bang Tyan, masa cewek lu ? Lu kan jomblo !" sindir Unjin. 

"Iihhh ! Emang lu gak jomblo ?" sindir Domi balik dan Unjin hanya merespon dengan cengiran lebar.

Kedua putra bungsu itu pun lantas melanjutkan obrolan mereka tentang gadis yang menjadi kekasih Tyan tersebut. Unjin mengungkapkan ia ingin memata-matai kekasih abangnya itu dan ingin tahu seperti apa sebenarnya tingkah gadis itu hingga bisa begitu mempengaruhi sang abang. 

"Terus kita mau mata-matain cewek itu ke mana Njin ? Emang lu tau rumahnya ?" tanya Domi polos. 

"Ngapain ke rumahnya ? Ke kampusnya aja ! Dia kan satu kampus sama abang, pulang sekolah ini kita lancarkan aksi !"

"Jadi maksud lu kita menjelajah ke kampus abang buat nyari itu cewek ?, Lu yakin tu cewek ada di sana Njin? " tanya Domi memastikan. 

"Yoi ! Kita memata-matai ala-ala detektif gitu Dom. Kalo kata hati gue sih dia pasti ada di kampus Dom."

"Sok yakin lu! Trus dengan baju sekolah begini kita pergi ke kampus sebesar itu ? Lu mau bikin kita jadi bahan perhatian satu universitas ?!" tegas Domi. 

"Ya kita ganti baju bebas dulu atuh Domdom !!! Gemes deh gue sama lu !"

"Ohh, Oke baiklah. Tapi kalau kita ketahuan gimana ?" 

"Ya jangan sampe ketahuan. Namanya juga memata-matai ! Udah pokoknya pulang sekolah ini kita lancarakan aksi. Lu jangan kebanyakan mikir, ikutin aja rencana gue !"

Domi tampak mengangguk menyetujui perkataan Unjin. Ia bersedia menemani putra Nugroho tersebut demi keberlangsungan persahabatan keduanya.

Maka sepulang dari sekolah, kedua bungsu itu langsung kembali ke rumah masing-masing untuk mengganti baju lalu pergi lagi untuk memulai aksi dan rencana mereka.

🐾🐾🐾

Sore itu di tengah keramaian mahasiswa yang berlalu-lalang, dua orang remaja tampak berdiri mengamatai situasi sekitar untuk memastikan mereka aman dan tak ada orang yang mencurigai keberadaan mereka. 

Unjin si pelopor aksi memata-matai itu tampak siap menjalankan misinya.  Ia menggunakan pakaian serba putih dengan jaket dan topi bundar yang menyempurnakan penampilannya agar orang-orang tak terlalu kentara mengenali wajahnya. Sementara di sisinya ada sahabat karib yang setia menemani aksinya, dengan penampilannya yang sangat totalitas. Domi berpakaian serba hitam lengkap dengan masker yang menutupi sebagaian wajah hingga hanya menyisakan matanya yang berbinar polos.

Kedua putra bungsu itu mulai memasuki kawasan kampus sang abang. Dengan langkah pasti mereka menjelajah tiap-tiap gedung bak sedang berwisata ria sambil mengamati aktivitas para penghuni kampus. 

"Dom, kampus abang keren ya ? Banyak cewek-cewek cantik lagi ! Gue kudu kuliah di sini juga kayaknya," cetus Unjin yang sejak tadi berbinar-binar menatap banyaknya gadis cantik yang ia jumpai. 

"Iiihhh, dasar bucin ! Cewek cantik aja yang ada diotak lu !" rutuk Domi. 

"Hahaha Itu naluri Dom !"

Puas mengitari tiap sudut universitas, kedua putra bungsu itu kini mulai tampak lelah dan keduanya pun tak kunjung menemukan sosok yang mereka cari.

"Njin, istirahat dulu ya. Capek gue, haus !" keluh Domi. 

"Kita cari kantin dulu kek Njin," lanjut Domi berkeluh. 

Melihat sang sahabat sudah tampak lelah, Unjin pun menuruti permintaan Domi. Keduanya kini bertolak menuju kantin dan bergegas memesan minuman saat mereka tiba di sana. 

Sibuk menyeruput minuman segar di tangannya, tiba-tiba saja perhatian Unjin teralih pada satu meja yang berada tak jauh dari tempat ia dan Domi sedang duduk saat ini. Ia memicingkan mata sipitnya untuk mempertajam penglihatannya sampai akhirnya ia meyakini 100% sosok yang ia lihat adalah sosok yang sejak tadi ia cari-cari. 

"Dom ! Target di depan mata !" celetuk Unjin. 

"Mana ?" tanya Domi penasaran.

Unjin pun menunjukkan kepada Domi di mana posisi gadis bernama Yemi itu sedang duduk. 

"Ohh itu ceweknya abang Tiwai ?" seru Domi. 

"Iya. Cantikkan Dom ?" tanya Unjin sambil terus memperhatikan Yemi dari kejauhan. 

"Biasa aja. Cantikkan juga Momy gue !" cetus Domi dengan entengnya. 

"Iiihhh, selera lu ibu-ibu ternyata Dom ?"

"Ya bukan begitu maksudnya ! Cantiknya cewek bang Tiwai itu biasa aja, standar ! Gak ada hal yang menarik ataupun istimewa gitu dari dianya," ungkap Domi. 

"Ckckck. Kayak orang bener lu Dom !" ujar Unjin menyinyiri. 

"Yeee, dibilangin juga ! Lu sih kalau lihat cewek dari fisiknya doank Njin, payah ! Sekarang lihat noh cewek yang lu bilang cantik tapi kelakuannya begitu tu, udah gitu ngasi pengaruh gak baik lagi buat bang Tiwai !" ucap Domi menyinyiri sambil terus memperhatikan kekasih Tyan tersebut. 

Dari tempat kedua putra bungsu itu, mereka bisa melihat dengan jelas bagaimana Yemi terlihat mengobrol akrab dengan para rekannya yang didominasi oleh para kaum adam. Unjin dan Domi juga melihat betapa Yemi begitu centilnya bermanja ria dengan pria-pria di sekitarnya tanpa rasa risih. 

Gadis bernama Yemi itu sepertinya memang punya pergaulan yang luas, namun tingkahnya pada sekitar seolah-olah menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang suka sekali tebar pesona. Begitulah menurut pengamatan Domi. 

"Astaga ! Jauhkan aku dari gadis-gadis seperti itu Tuhan," ujar Domi sambil bergeleng-geleng kepala. 

"Gue jadi sepaham sama lu Dom. Lama-lama gue jadi ilfil sama cewek begitu. Abang gue kenapa bisa kecantol si sama dia ?" rutuk Unjin tak habis pikir. 

"Gue harus minta bang Tiwai buat mutusin tu cewek Dom. Kasihan abang gue dapat cewek begitu. Bisa-bisa abang gue yang baik dan setia itu duduain, ditigain atau bahkan diempatin ! Oh No !" sungut Unjin frustasi. 

Di saat bersamaan, kala duo bungsu itu mengamati target dengan seksama, di saat itu pula ada seseorang yang juga memperhatikan kelakuan Unjin dan Domi tanpa mereka sadari. 

"Kalian ngelihatin apaan ?" tanya seseorang yang kini berdiri tepat di belakang Unjin dan Domi. 

"Ngelihatin cewek centil yang di sana tu," jawab Domi polos tanpa mengetahui siapa sosok yang bertanya. Ia dan Unjin masih fokus memperhatikan Yemi. 

"Cewek yang mana ? Si Yemi maksudnya ?" tanya orang itu lagi dan duo bungsu itu kompak menganggukan kepala, masih belum sadar akan situasi.

Hingga di sepersekian detik berikutnya, kedua putra bungsu itu mendadak saling tatap dan akhirnya menyadari ada orang lain selain mereka berdua. 

Unjin dan Domi pun menoleh kaku ke arah belakang keduanya. Bola mata polos mereka spontan membulat kala keduanya mendapati sosok lain yang kini berdiri berkacak pinggang menatap curiga pada mereka. 

"Curut imut kenapa bisa sampai di sini ?!" tanya orang tersebut dengan penuh selidik dan nada menekan. 

"Ng, ng  Domdom nemenin Unjin bang," aku Domi polos pada Uky yang menatapnya penuh intimidasi. 

🐾🐾🐾

Malam sudah sempurna menyelimuti bumi. Sabit menggantung indah di langit bertabur bintang mencipta malam yang cerah tanpa mendung menyapa. 

Para abang tampak sedang berdiskusi serius di taman belakang rumah keluarga Alcander dan Nugroho.

Para Momy sibuk bercurhat ria tentang segala gundah gulana di kediaman Momy Nia, sedangkan Daddy Dami sibuk menemani para putra bungsu bermain games di rumahnya. 

"Gue gak nyangka lu jadian sama Yemi bang ! Bukannya lu bilang lu gak ada perasaan apa-apa sama dia ?" todong Uky menggebu-gebu. 

Sore tadi saat ia memergoki para adiknya di kampus, ia baru mengetahui perihal Tyan yang kini berpacaran dengan Yemi dan mengalami banyak perubahan menurut cerita yang ia dapat dari Unjin. 

"Gue bingung Ky harus gimana ? Gue gak tega nolak dia," ujar Tyan tampak frustasi. 

"Makan tu gak tega ! Lu harusnya bisa tegas donk jadi cowok ! Kalau suka ya suka ! Kalau gak ya gak ! Ini sama aja lu mainin perasaan cewek !"

"Memang kalian berdua ini sama aja ! Satu spesies !" rutuk Uky kesal.

"Kok lu jadi nyinyirin gue juga dek ?" bantah Vier tak terima. Ia telak merasa tersindir oleh ucapan sang adik. 

"Ya emang sama kan kalian berdua ? Gak bisa tegas jadi cowok. Bloon ! Yang satu gak tegaan, yang satu memang hobinya mengoleksi gebetan ! Tobat bang ! Ingat umur !" omel Uky pada para abang tanpa sedikit pun ada rasa segan. 

Sudah tak usah heran. Uky memang paling frontal kalau sudah berbicara. Meski Vier dan Tyan lebih tua darinya, ia tak peduli ! Jika memang mereka salah, maka Uky tak akan segan mengomeli keduanya. 

"Udah berapa lama lu jadian sama Yemi bang ?" tanya Uky lagi. 

"Belum lama kok," jawab Tyan dengan wajah tertunduk. 

"Belum lama, tapi itu cewek kayaknya udah ngasi pengaruh buruk ya bang sama lu ?" sindir Uky frontal dan Tyan tampak hanya terdiam serta enggan berkomentar. 

"Bang bang Cari cewek itu yang benar dikit napa ? Cari yang bisa membawa kita ke arah yang lebih baik, bukan ngebuat kita jadi lupa diri !" lanjut Uky menyinyiri. 

"Gue kira lu bakal selalu setia menunggu cinta pertama lu kembali ? Eh taunya iman lu tergoyahkan juga, padahal 2 hari yang lalu gue baru aja ketemu sama Tami lagi !" ujar Uky mengungkap kekecewaan sedang Tyan nampak terkejut.

"Apa lu bilang ? Lu ketemu Tami ?!" tanya Tyan memastikan.

"Iya gue ketemu Tami. Gadis impian lu ! Dia sekarang udah pindah ke Jakarta lagi  dan dia tinggal di kompleks sebelah !" 

"Demi apa lu dek ? Seriusan ?" tanya Vier tak percaya. 

"Demi jiwa playboy lu ! Serius gue ! Bahkan gue udah punya nomor hpnya. Tadinya mau gue kasih sama bang Tiwai, tapi berhubung dia udah punya pacar, jadi maaf gue gak bisa kasih !" 

"Mampus lu Wai ! Kiamat sudah semakin dekat padamu !" celetuk Vier menambah sesal Tyan. 

"Gimana kabar Tami sekarang Ky ?" tanya Tyan dengan nada memelas.

"Kabar dia baik dan dia terlihat tambah cantik ! Tapi maaf gue gak bisa bantu lu buat dekat sama dia lagi. Gue gak mau ngasi teman gue ke cowok yang udah punya pacar !" ujar Uky semakin menambah sesak di hati Tyan yang nyatanya selama ini begitu mengharapkan Tami kembali. 

Uky tampak beranjak dari duduknya dan mengambil langkah meninggalkan kedua sulung yang masih setia duduk di tempatnya. Sebelum ia benar-benar menghilang, Uky sempat berbalik badan dan berbicara pada Tyan. 

"Kali ini lu harus belajar untuk tegas jadi seorang cowok bang ! Lu gak bisa terus-menerus sembunyi di balik kalimat tidak tega lu itu ! Kalau lu terus begitu maka gue pastiin lu sendiri yang akan tersiksa ngejalaninnya !"

Tyan merasa begitu tertampar oleh kata-kata Uky yang seolah seperti nasehat yang mencambuk relungnya. Tyan akui, ia memang paling lemah dalam berlaku tegas terutama pada seorang wanita. 

"Gue kudu gimana ni Vi ? Kasih solusi sama gue !" ujar Tyan terdengar memelas.

"Gue juga jadi ikut mumet mikirin permasalahan lu ! Tapi menurut gue, lebih baik lu selesaikan hubungan lu sama Yemi. Jujur apa adanya kalau lu sebenarnya gak punya perasaan apa-apa sama dia !"

"Sejujurnya gue pun gak setuju kalau ternyata Yemi membawa dampak buruk buat lu, apalagi sampe bikin lu sama nyokap lu jadi bertengkar !" lanjut Vier menasehati Tyan dengan bijak. 

"Gue emang suka tebar pesona dan dekat dengan banyak cewek Way. Gue terima kalau gue dibilang playboy atau apalah itu ! Tapi kalau untuk urusan hati, gue pasti akan kasi calon menantu terbaik buat Momy !" ujar Vier membanggakan diri. 

Tyan terdiam dalam berjuta kebingungan dalam benaknya. Ia mempertimbangkan semua nasehat dari dua sahabatnya yang terdengar masuk akal serta menyentil perasaannya. Tyan tahu, sudah saatnya ia harus bertindak tegas pada semuanya, karena jika tidak maka ia pasti akan menyesalinya, persis seperti apa yang Uky katakan. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro