MPBB-11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku itu orang nya nggak suka ngasih kode, suka nya langsung, tapi jujur- itu buat aku risih.

-Gavin-

Gavin menatap tajam gadis di depannya, dia adalah pacarnya, siapa lagi kalau bukan Alula. Alula yang di tatap seperti itu pun menundukkan kepalanya, malu. Tentu saja, siapa yang tak malu saat menjadi pusat perhatian di koridor seperti ini?

"Kamu, terpaksa?"

Alula tertegun mendengar pertanyaan dari Gavin, Gavin hanya diam saja menunggu jawaban dari Alula. "Kamu, mau aku lepas? Bebas, tanpa terikat dengan hubungan bernama pacaran dengan aku?" tanya Gavin, Alula mendongak menatap mata Gavin yang masih menatapnya datar.

Alula mengangguk.

Gavin terkekeh sinis, "Dalam mimpi!" Gavin menggeleng pelan, "Alula, Alula... Sekali aku memutuskan dengan siapa menjalin hubungan, maka dia yang akan terus menjadi pasangan aku." ujarnya penuh penekanan. Alula meneguk salivanya, ia tidak berpikir bahwa Gavin akan berbicara seperti itu.

Regina yang hanya diam diambang pintu kelas menyaksikan hal itu bersama Clarissa, Clarissa juga merupakan teman dekat yang bisa dikatakan sebagai sahabat Alula dan Regina.

Alula hanya diam di tempatnya, Gavin memegang tangan Alula dan mengarahkan nya mendekat ke bibirnya. Ia mengecup tangan Alula membuat kaki Alula seperti jelly, dan seketika bisikan-bisikan tentangnya menjadi samar tak jelas.

Gavin terkekeh dan berjalan tanpa menghiraukan Alula yang terpaku di tempatnya, Alula mendengar pekikan-pekikan siswi disana. Ia tersadar dan segera berlari menuju kelasnya, ia langsung masuk dan duduk di kursinya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Benar-benar malu!

Regina dan Clarissa segera menghampiri Alula, Regina duduk di samping Alula dan Clarissa duduk di depan Alula. "Al, Kak Gavin romantis!" ujar Regina, Alula masih diam tidak menyahuti ucapan Regina.

"Al, sebenarnya... Lo jadian sama Gavin, beneran?" tanya Clarissa, Alula menurunkan kedua tangannya dari wajahnya, "Kok lo nanya gitu?" tanya Alula, Clarissa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ya, karena sikap Gavin ke lo beda."

Regina terbahak,"Jadi, lo nggak tau? Kasian amat lo, lo temen bukan sih? Gitu aja nggak tau."ujar Regina, Clarissa memberengut kesal. Alula terkekeh pelan dan menghela nafasnya, "Gue nggak berani keluar, takut." ujar Alula, Regina dan Clarissa hanya mengangguk mengerti.

Alula menatap teman-temannya yang sangat aneh, terutama teman laki-laki nya. Mereka bersiap di depan pintu dengan membawa sapu dan sejenisnya sebagai senjata. Saat mendengar ada yang membuka pintu mereka bersiap menodongkan senjata-senjata mereka, benar saja segerombolan gadis yang memaksa masuk langsung mundur.

"Mundur! Atau gue pukul!" teriak Nino, ia adalah siswa yang tidak suka salah satu teman kelasnya diganggu dan segerombolan gadis itu hendak menyerang Alula, dan ia tidak suka.

Seorang membuka pintu kelas dan langsung di todong Nino dan teman-temannya, sedetik setelah mereka melihat siapa yang datang mereka menyingkir. Alula melihat Gavin, "Maksud lo apa pake tutup pintu di jam istirahat kayak gini?" tanya Gavin dingin, Nino memaksakan dirinya untuk menjawab,"Ini semua demi kenyamanan bersama Kak, tuh! Alula sampe ketakutan gara-gara cewek gila yang maksa masuk nyerang Alula-"jelas Nino.

Gavin sudah tak mendengarkan ocehan Nino, Ia menghampiri Alula yang duduk di tempatnya. Gavin memegang tangan Alula, "Kamu, nggak papa?" tanya Gavin, Alula mengangguk, "Nggak usah lebay deh, nggak papa juga."

____

"Azam!" panggil Alula.

Azam mengacuhkan nya, ia sudah tidak sepeduli dulu sebelum Alula dikabarkan berpacaran dengan Gavin. Azam merasa kecewa sekaligus terluka, gadis itu sama sekali tidak peka. Jika saja Azam bisa, pasti Azam sudah berteriak bahwa ia mencintai Alula.

"Azam!" panggil Alula lagi, Gavin yang disampingnya hanya diam saja. Azam masih mengacuhkan nya, ia seolah tidak pernah mendengar suara Alula. "Azam!" ujar Alula, Gavin sudah bosan pun segera merangkul Alula dan mengajaknya pergi dari saja, dan saat mereka melangkah pergi, saat itu juga Azam menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

Gavin tahu dan sadar jika Azam memandangi nya, Gavin tersenyum sinis dan menuntun Alula ke dalam mobil nya. Ia membukakan pintu untuk Alula, setelah Alula masuk Gavin menutup pintu mobilnya. Ia melemparkan tatapan sinis nya pada Azam yang mungkin sedang menggeram marah.

"Sebelumnya, hubungan kamu sama Azam apa?" tanya Gavin, Alula menoleh ke arah Gavin, "Hubungan? Nggak ada, selain persahabatan tentunya." ujar Alula, Gavin terkekeh,"Kamu orang yang nggak peka ya ternyata."

Alula mengangguk mengaku, ia memang tidak peka. Sangat sering ada yang mengatakan hal itu, termasuk Regina dan Gavin tentu saja. "Aku emang nggak peka, makanya kalau ada apa-apa tuh ngomong langsung, nggak usah pake kode-kodean."

"Aku itu orang nya nggak suka ngasih kode, suka nya langsung, tapi jujur- itu buat aku risih." ujar Gavin membuat Alula terdiam, "Risih?" tanya Alula tak mengerti, Gavin mengangguk, "Ya, risih. Udah ngomong berkali-kali tetap aja kamu nggak ngerti," ujar Gavin yang langsung membuat Alula diam.

Gavin mengantarkan Alula ke rumah gadis itu, Alula turun dari mobil, tak lupa ia mengucapkan kata terimakasih meskipun berkali-kali Gavin mengingatkan jika itu tidak perlu dikatakan karena tidak penting.

___

Gavin memarkirkan motornya di depan rumah Regga, rumah Regga yang asli. Gavin menekan bel rumah bercat abu-abu, Gavin menunggu. 3 menit kemudian, seorang ART membukakan pintu untuk Gavin.

"Cari siapa, ya?"

Gavin berdehem,"Saya cari Regga, ada?" ujar Gavin, ART itu mengangguk dan membiarkan Gavin masuk. Saat Gavin masuk, ia mendengar bunyi pecahan kaca dan pekikan seorang gadis. Regga menyembunyikan seorang gadis kah?

Gavin melihat sekeliling nya, banyak sekali penjaga di rumah ini, di samping tangga dan di samping pintu serta seluruh jendela yang mengarah keluar pasti ada penjaganya. "Aga!" sapa Regga, Gavin tersentak, ia berbalik dan menatap Regga.

"Ada apa, kenapa nyuruh kesini?" tanya Gavin, Regga mengangguk sekilas, "Kamu pasti dengar kan, ada teriakan seorang gadis. Dan kamu juga mungkin bertanya-tanya, kenapa rumahku dipenuhi penjaga. Tiga hari lagi aku akan menikah, dan ini, untukmu!" ujar Regga memberikan kotak berwarna abu-abu, setelah itu Regga pergi.

Gavin segera keluar membawa kotak itu, sebelum ia benar-benar pergi, ia menoleh ke arah balkon, dimana seorang gadis yang sepertinya cantik tengah menatapnya dari dalam kamar. Sebenarnya ada apa?
.
.
.
Gavin membuka kotak itu dan ternyata kotak itu berisi undangan pernikahan dan persyaratan untuk menghadiri nya. Disana juga ada dua topeng dan sebuah amplop berwarna hitam. Gavin membuka amplop itu, ia mengeluarkan isi amplop itu.

Foto-foto nya, dan Alula!

"Shit!"

Gavin mendapatkan pesan suara dari Regga, ia membukanya. "Aga..."

"Kamu sudah menemukan pasangan kamu, tidak baik menunda, mendingan langsung menikah,"

"Aku bisa melihat tatapan gadis itu, gadis yang ada di foto bersamamu. Mungkin, sekarang dia belum mencintaimu. Buatlah dia mencintai kamu. Meskipun dengan cara jahat sekalipun."

Gavin menggeram kesal, kenapa Regga menyebalkan sekali?! Apa jangan-jangan Regga juga melakukan hal jahat untuk mendapatkan seorang gadis? Menghamilinya, misalnya? Oh tidak! Dia benar-benar sudah tidak waras.

➖➖➖➖

Gue update, yang punya hati vote ya...

See you😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro