MPBF - 32

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Boleh minta komen sama votenya kan?

***

"Candu?" - Audrey Latisha

***

Setelah berbincang berpuluh-puluh menit sejak ia datang ke rumah kedua orangtua Saka, saat ini Audrey sudah ada di kamar Keinan--adik Saka.

Gadis itu begitu terkejut saat tiba-tiba Xaxa menyuruh dirinya tinggal di sini untuk beberapa waktu selama keadaannya masih sakit. Dan bukan karena tidak ada kamar lain sehingga membuat Audrey harus tidur bersama Kei, tapi Kei sendirilah yang memaksa kedua orangtuanya agar Audrey bisa tidur di kamarnya bukan di kamar tamu.

"Kak Audrey," panggil Kei. Gadis berusia 17 tahun itu yang semula sedang fokus belajar di meja belajarnya kini sedikit membalikan tubuhnya, menatap Audrey yang tengah duduk bersandar di kepala ranjangnya.

"Iya?" sahut Audrey sambil tersenyum kikuk. Astaga ... Audrey baru bisa melihat wajah Kei dengan lekat dalam waktu lama seperti, dan lihat, Kei begitu cantik sekali.

"Kak Audrey gak terganggu sama Kak Saka yah? Kak Saka rese tahu, dia nyebelin. Kak Audrey tahu? Beberapa hari lalu, Kak Saka baru aja banting hape Kei. Nyebelin," ujar sekaligus adu Kei.

Audrey sedikit terkekeh saat mendengar cerita Kei. Awalnya Audrey pikir Saka hanya bersikap menyebalkan--dengan cara melarang ini-itu--hanya pada Audrey saja.

"Oh ternyata emang sifat Saka nyebelin yah?" gumam Audrey.

"Iya, Kak!" sahut Kei penuh semangat, bahkan gadis itu sampai beranjak dari kursinya dan melangkah untuk duduk di tepi ranjang di samping Audrey.

"Oh iya tapi selama ini Kak Saka banyak bawa perempuan ke rumah gonta-ganti, tapi Kei gak pernah suka sama mereka ...," ujar Kei lagi.

Mengetahui kenyataan itu dari Kei, di mana Saka memang selalu bergonta-ganti perempuan untuk diajak ke rumah berhasil membuat perasaan Audrey tiba-tiba menjadi sesak. Seolah ia kehilangan oksigennya sekarang.

"Kei cuma suka sama Kak Audrey. Lagian kayaknya Kak Saka juga sayang banget sama Kak Audrey, Kei tahu itu," lanjut Kei.

Tak peduli dengan ucapan Kei barusan yang mengatakan jika Saka sayang sekali padanya, hati Audrey sudah terlanjur perih mendengar ucapan Kei sebelumnya. Apa artinya Audrey kalau Saka juga masih terus dengan perempuan-perempuan lain? Cinta? Benarkah Saka mencintainya?

Tiba-tiba pintu kamar Kei terbuka lebar, menampakan sosok Saka yang kini hanya menggunakan kaos putih polos beserta sebuah celana pendek selutut. Kakinya melangkah untuk mendekati Audrey dan Kei, mengacak-acak puncak kepala Kei seraya duduk di sampingnya.

"Kamu sok tahu yah. Anak umur 17 tahun aja udah ngomongin soal sayang segala," decak Saka.

Kei membenarkan rambutnya yang kini berantakan akibat ulah Saka, matanya menatap tajam ke arah Saka karena gemas.

"Kak Saka dengar yang Kei omongin?"

"Dengar. Semuanya. Kalian berdua ghibahin Kak Saka 'kan? Kei mau hapenya Kak Saka banting lagi?"

"No! Kei udah terlanjur sayang sama hape baru yang dibeliin Kak Saka. Itu ponsel keluaran terbaru!"

"Okay. Kalau gitu ...." Saka menggantungkan ucapannya, karena ia sudah tahu jika adiknya itu pasti paham dengan maksudnya.

"Iya oke Kei keluar, tapi jangan lama-lama, Kei masih harus belajar buat ulangan besok," ujar Kei seraya bangkit dari duduknya.

"Belajar buat ulangan atau belajar buat ghibahin orang?"

"Dua-duanya, Kak," kekeh Kei.

"Kayaknya Kei harus minta ganti pintu sama tembok yang kedap suara, biar kalau ngobrol di dalam kamar, suaranya gak kedengaran dari luar," gumam Kei pelan sepanjang kakinya melangkah untuk keluar kamar.

Setelah memastikan jika adiknya itu sudah benar-benar keluar dan menutup pintunya rapat, Saka membenarkan posisi duduknya agar lebih dekat dengan Audrey. Tangan kanan Saka terulur untuk mengusap puncak kepala Audrey. Terang saja perlakuan Saka yang seperti ini selalu berhasil membuat hati Audrey tak karuan. Banyak sensasi aneh yang muncul di hatinya.

"Gimana keadaannya? Udah enakan?" tanya Saka yang berhasil membuat Audrey yang sejak tadi fokus menatap tiap lekuk wajah Saka tersentak.

"Aku udah enakan dari pagi tadi. Aku mau pulang," rajuk Audrey.

"No! Kamu gak boleh pulang kalau belum bener-bener sembuh. Dan besok, kamu gak usah masuk kerja dulu."

"Saka ...," cicit Audrey.

"Sssttttt ... nurut sama aku bisa, Drey?"

Kini perasaan Audrey semakin berdegup tak menentu, wajah Saka semakin dekat dengannya, bahkan Audrey bisa merasakan hembusan napas laki-laki itu di wajahnya.

Audrey jadi berpikir jika laki-laki itu berniat akan menciumnya lagi sekarang, di tempat ini. Audrey tidak habis pikir sebenarnya apa yang Saka inginkan? Dia ingin membuat Audrey dipandang buruk oleh kedua orangtuanya karena berciuman dengannya di rumah ini?

Gadis itu ingin menghindar kalau saja Saka tidak mencekal kedua tangannya kencang, kini Audrey hanya bisa memasang kepalanya pasrah dengan apa yang akan Saka lakukan pada bibirnya.

"Shit ...," desis Saka.

Membuat Audrey yang sudah memejamkan matanya kembali membuka matanya, menatap Saka yang berdesis keras.

Bagaimana Saka tidak berdesis saat sedikit lagi ia berhasil meraih bibir Audrey, tapi ponselnya yang berada di kantong celananya justru berdering, menampilkan nama Aqila di layarnya.

Tapi sungguh demi apapun, Audrey sendiri tidak mendengar deringan ponsel apapun. Kenapa begitu? Apa karena Audrey terlalu fokus pada dirinya sendiri yang akan menerima ciuman dari Saka? Ah dia tidak tahu!

Saka akhirnya bangkit dari duduknya, menggeser tombol berwarna hijau di layar ponselnya, meletakannya di telinga sambil memberi isyarat tangan kepada Audrey yang seolah mengatakan kamu tunggu di sini, aku mau angkat telpon dulu.

Kaki Saka melangkah keluar dari kamar Kei, membuat perasaan Audrey semakin tak karuan. Ada perasaan senang yang ia rasakan karena setidaknya ia berhasil lolos dari ciuman Saka kali ini, ini lebih ke arah penilaian orangtua Saka terhadap dirinya. Tapi ada perasaan sedikit kecewa yang juga Audrey rasakan saat ciuman dari Saka tidak jadi ia dapatkan.

Audrey sendiri tidak mengerti kenapa sekarang dirinya begitu menyukai ciuman Saka. Ciuman laki-laki itu membuatnya candu? Astaga! Audrey rasa dirinya sekarang kurang waras.

...

Di tempat lain, di balkon lantai dua-nya, Saka berdiri menyender pada pagar, sudah mulai berbincang dengan Aqila di seberang sana. Setelah Aqila menyampaikan sesuatu yang penting, akhirnya Saka berpikiran untuk menyampaikan protesnya. Saat ini Saka memang menebak-nebak darimana Mamanya tahu keberadaannya yang ada di apartement Audrey. Dan tebakannya jatuh pada Aqila. Awalnya Saka begitu yakin jika Aqila yang mengadu tapi semua dugaan terpatahkan saat gadis itu mengelak keras.

"Kak Aqila balas dendam sama aku yah? Ngadu ke Mama kalau aku di apartement Audrey?" tuduh Saka.

Terdengar suara tak terima atas tuduhan itu dari seberang sana.

"Aku gak jahat tahu. Ngapain aku ngadu ke Tante sih?"

"Terus siapa?"

"Mana aku tahu."

"Yaudah. Awas aja kalau aku tahu Kak Aqila bohong."

"Kalau aku jujur bukan aku yang ngadu, kamu harus traktir aku."

"Males!"

Tut ...

Saka mematikan sambungan telponnya, ia menghela napasnya seraya melangkah menuju kamar Kei lagi. Pikirannya masih menduga-duga kemungkinan siapa lagi yang memberitahu keberadaannya pada Mama-nya. Sebenarnya itu tidak begitu penting, toh Xaxa juga tidak marah 'kan? Tapi tetap saja, Saka harus mengetahui siapa orang itu, agar ia bisa mewaspadai orang itu. Saka tahu siapapun orangnya pasti ia memiliki niat tidak baik.

---
Udah banyak banget sesuatu di cerita ini yang mau aku keluarin, kayak konflik dan sesuatunya gitu ... but, sepertinya aku sendiri juga harus sabar ahaha😂

Instagram:
[at]ashintyas
[at]sakaa_justine
[at]drey.latishaa
[at]kei_keinan
[at]naqila.azdia

Serang, 10 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro