MPBF - 54

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hai selamat pagi wkwk jangan lupa vote sama komennya yah. Happy reading!😁

***

"Sial. Aku akan segera menyusul Audrey ke Paris." - Saka Aldino Justine

***

Seperti hari-hari sebelumnya, setiap pagi keluarga kecil Karisma selalu sarapan bersama sebelum mereka sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

Saka berangkat ke kantor, Kei berangkat ke sekolah, Xaxa yang sibuk membereskan rumah dan Karisma yang hanya bisa mengganggu pekerjaan Xaxa.

Tetapi tidak seperti biasanya di mana di ruang makan selalu ada sebuah candaan yang mereka lontarkan satu sama lain, tapi pagi ini, keadaan meja makan benar-benar sepi. Tidak ada percakapan sama sekali, hanya suara sendok dan garpu yang beradu di atas piring saja yang terdengar.

Dan Saka cukup tahu diri kalau ini karena salahnya, salah pemberitaan itu. Orangtuanya masih begitu marah padanya.

"Saka berangkat."

Belum menghabiskan sarapannya, Saka sudah bangkit dari duduknya dan pamit kepada kedua orangtuanya. Ia tidak memiliki selera makan sekarang. Terlebih harus berlama-lama duduk di ruang makan dengan keadaan seperti ini.

"Nggak kamu habisin sarapannya?" tanya Karisma.

Saka sempat melirik ke arah Papanya sebelum akhirnya ia tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya, "udah kenyang, Pa."

Tanpa basa-basi lagi, Saka langsung melenggangkan kakinya untuk meninggalkan ruang makan. Pasalnya, sejak tadi Mamanya sama sekali tidak menoleh ke arahnya, kalaupun menoleh, ada kobaran kemarahan yang masih terlihat jelas dari sorot kedua matanya, benar-benar membuat Saka tidak nyaman.

"Kak Saka."

Panggilan Kei berhasil menghentikan Saka yang sudah akan masuk ke dalam mobilnya.

Laki-laki itu tersenyum lebar saat mendapati adik kesayangannya itu tengah berlari untuk mendekatinya.

"Buat Kak Saka. Buat sarapan Kak Saka," ujar Kei seraya menyodorkan kotak makan berwarna biru kepada Saka.

"Ini apaan?" tanya Saka sambil membolak-balik kotak makan yang diberikan Kei setelah barang itu berada di tangannya.

"Sandwich. Mama yang bikinin Kei itu buat istirahat di sekolah, tapi tadi Kak Saka nggak habisin sarapan Kak Saka jadi lebih baik Kei kasih itu buat Kak Saka," jelas Kei.

Saka tersenyum lebar. Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Kei, "jangan terlalu baik sama Kak Saka. Semakin Kei baik sama Kak Saka, nanti semakin Kei minta bayaran banyak ke Kak Saka."

Setelah Saka menyelesaikan ucapannya, mereka berdua terlihat tertawa bersama-sama.

Beberapa saat kemudian, Saka terlihat masuk ke dalam mobilnya, mulai meninggalkan pekarangan rumahnya dan Kei yang juga kembali masuk ke dalam rumah.

***

Sepanjang kakinya melangkah dari parkiran kantor hingga lobby kantor, banyak para karyawan yang terus menatapnya, tak jarang telinga Saka menangkap pembicaraan yang mereka bicarakan. Apalagi kalau bukan pembicaraan mengenai pemberitaan dirinya dengan gadis lain yang beredar sejak kemarin sore.

"Selamat pagi, Pak Saka ...," sapa Alisa begitu Saka berhenti di depan meja receptionist.

"Untuk saat ini, kamu yang kembali mengurus semua jadwal saya yah, Lis," ujar Saka to the point.

Alisa menganggukan kepalanya patuh. Tanpa bertanya ke mana Audrey pun, Alisa sudah paham jika saat ini begitu berita yang tengah ramai diperbincangkan itu sampai pada Audrey, pasti hubungan Audrey dan Saka mulai merenggang.

Saka hanya tersenyum tipis, ia mulai melanjutkan langkahnya untuk menuju ruangannya, akan segera menikmati sandwich yang diberikan oleh Kei.

...

Saka mendesah saat kakinya melangkah masuk ke dalam lift, ternyata Rado juga ikut masuk bersamanya. Kini mereka berada di dalam lift hanya berdua, berdiam sesaat sebelum Rado membuka pembicaraan terlebih dulu.

"Gue tahu perasaan lo, bro ...," ujar Rado seraya menepuk-nepuk pundak Saka.

Saka hanya melihat Rado melalui cermin lift di hadapannya sambil tersenyum miring.

Terang saja Saka benar-benar tidak habis pikir dengan pembicaraan Rado barusan. Apa maksudnya ia mengatakan itu? Mungkinkah Rado sedang berusaha mencari muka padanya dengan bersikap sok peduli? Memberikan sebuah simpati dan perlahan merebut Audrey darinya?

Ting ....

Saka melangkah keluar begitu pintu lift terbuka, untuk saat ini ia begitu sedang tidak ingin beradu mulut dengan Rado atau siapapun, tapi siapa sangka Rado justru ikut keluar dan malah mengikuti langkah Saka yang akan masuk ke dalam ruangannya.

"Gue bener-bener prihatin sama keadaan lo yang sekarang, Sak."

Rado kembali menutup pintu ruangan Saka agar laki-laki itu tidak berhasil masuk ke dalam, karena masih banyak yang ingin Rado katakan pada Saka.

Kali ini, Rado akan menjadi teman yang baik untuk Saka. Rado memang memiliki rasa pada Audrey, tapi untuk kali ini juga, Rado sudah cukup bahagia saat melihat Audrey bisa bahagia bersama Saka.

"Nggak usah sok peduli. Gue nggak butuh rasa kasihan dari lo, minggir, Do," sentak Saka.

"Kalau gue bantu lo buat cari siapa yang nyebarin berita ini, lo bisa percaya sama gue?" Rado menyerahkan majalah Socialite Media terbitan pagi ini.

Astaga ... kenapa Saka baru sadar jika tangan Rado sejak tadi memegang sebuah gulungan majalah.

"Itu majalah terbitan Socialite Media pagi ini. Gue dapet dari meja Alisa, gue udah baca beritanya dan ... gue nggak yakin kalau lo ngelakuin hal murahan kayak gitu," kekeh Rado.

Kini Saka sudah menatap Rado dengan lekat. Laki-laki itu berusaha mencari sebuah kebohongan dari kedua sorot mata Rado, namun sepertinya saat ini Rado benar-benar tidak memiliki maksud apapun selain benar-benar ingin membantunya.

"Lo serius mau bantuin gue?" tanya Saka.

Tanpa menjawab, Rado menganggukan kepalanya dengan mantap, membuat Saka tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Rado.

"Kita teman, Sak," ujar Rado.

"Iya. Jadi, apa yang bisa lo lakuin? Bytheway ... ayo masuk ke ruangan gue."

Saka kembali membuka pintu ruangannya, kali ini Rado membiarkannya, justru ia ikut melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Saka. Kemudian keduanya duduk di sofa yang berada di ruangan Saka.

"Lo nggak ada curiga sama seseorang, Sak?" tanya Rado setelah keduanya duduk dan sempat saling diam untuk beberapa saat.

Saka menggelengkan kepalanya. Tidak kah ia berpikir tentang wanita-wanita yang ia sakiti? Kenapa Saka seolah tidak memiliki salah pada siapapun?

"Kalau gitu, lo datangin kantor Socialite Media aja, temuin Pemimpin Redaksi Socialite Media, tanya dia dapat berita itu dari mana," ujar Rado.

Yalord ... Saka terlihat menepuk-nepuk keningnya beberapa kali, kenapa ia sama sekali tidak kepikiran ke arah sana, mungkin jika Saka langsung menanyakannya ke pihak Socialite Media, Saka juga semakin mudah mengetahui siapa dalang di balik permasalahan ini.

"Astaga ... kenapa gue nggak kepikiran yah, Do," decak Saka.

Rado yang memperhatikan tingkah Saka pun hanya terkekeh geli. Sejak dulu rupanya tingkah Saka tidak pernah berubah.

Baru Saka akan kembali berbicara, tiba-tiba ponsel yang berada di balik saku jasnya bergetar, membuat ia harus segera memeriksanya.

Satu chat masuk dari Leon.

Auleon Lucas A: Kau begitu pecemburu bukan? Aku punya kabar untukmu. Apa kau tahu? Tisha baru saja berkenalan dengan seorang pria di dalam pesawat:)

Sial ... Saka benar-benar tidak mengerti dengan maksud Leon mengirimkan pesan itu padanya tapi itu tetap berhasil membuat emosi Saka meluap-luap. Saka harus segera menyusil Audrey. Ia begitu tidak rela jika Audrey sampai dekat-dekat atau bahkan berkenalan dengan laki-laki lain. Catat itu!


---
Kenapa update jam segini? Gapapa wkwk pengen aja, siapa tahu nanti siang bisa update lagi. Siapa tahu ya ... aku nggak janji😂

Bonus foto Karisma sama Louis😊

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 21 Januari 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro