MPBF - 59

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

WAH update tengah malam lagi. Iya nih soalnya nanti siang jadwalnya update AMNESIAL jadi aku mau updatein MPBF dulu😂

***

"Aku akan segera membawamu pulang ke Indonesia." - Saka Aldino Justine

***

Saka mendesah frustasi saat ia sudah mengelilingi semua tempat yang berada tidak jauh dari Menara Eiffel namun tak kunjung menemui Audrey. Tempat ini terlalu ramai, membuat dirinya sedikit kesulitan.

Baiklah ia tidak bisa menyalahi keadaan. Menara Eiffel adalah ikon kota Paris, tentu saja tempat ini akan selalu ramai dengan turis atau penduduk sekitar, mencari Audrey bersama Beruang itu di sini memang menjadi tidak mudah.

Selagi kakinya melangkah, mata Saka terus melirik ke sisi kanan, kiri dan depan sampai akhirnya bibirnya tersenyum miring saat mendapati Audrey dengan laki-laki--mungkin Bernard tengah duduk di rerumputan memandangi Menara Eiffel yang menyala dengan pengunjung lain.

"Sial ...," desis Saka.

Emosinya benar-benar meluap sekarang. Bagaimana bisa Audrey terlihat begitu akrab dengan laki-laki itu? Astaga ... Saka benar-benar tidak akan rela melihat laki-laki itu terus mendekatkan tubuhnya pada tubuh Audrey.

Dengan langkahnya yang panjang-panjang, akhirnya Saka berjalan mendekat ke arah Audrey dan Bernard. Saka langsung menarik tubuh Bernard untuk menjauh dari Audrey.

"Don't touch her! She is mine!"

"Saka ...." Audrey membuka mulutnya lebar. Gadis itu begitu terkejut saat melihat Saka, saat ini, berdiri di hadapannya dengan mata yang memancarkan kemarahan pada Bernard.

Dorongan yang Saka berikan agar Bernard menjauh membuat Bernard tersungkur. Tapi beberapa detik setelahnya Bernard sudah kembali duduk seperti semula.

"Audrey, dia siapa?" tanya Bernard menuntut penjelasan.

Saka menghela napasnya kasar, ia pikir laki-laki beruang ini tidak mengerti bahasa indonesia tapi nyatanya? Bernard fasih berbahasa indonesia, sama seperti Leon.

Audrey tak langsung menjawab pertanyaan Bernard. Ia menatap Saka dan Bernard secara bergantian.

"Dia mantan tu----" Belum Audrey melanjutkan ucapannya, Saka sudah memotongnya dengan cepat.

"Aku adalah tunangannya. Lusa kami akan bertunangan di Indonesia." Saka merubah ekspresinya menjadi lebih manis selagi tangannya terulur untuk mengajak Bernard berjabat tangan.

"Hei----" Audrey akan menyampaikan protesnya, namun Saka justru merangkul Audrey erat. Sedikit membuat dada Audrey terasa sesak.

Tapi kali ini Audrey tidak pasrah begitu saja. Gadis itu dengan susah payah melepaskan tangan Saka dari tubuhnya, kemudian bangkit dan menarik Bernard untuk menjauhi Saka.

"Udey ...." Saka terus ikut berlari, menyusul Audrey dan Bernard yang juga semakin mempercepat langkahnya.

Beberapa kali Bernard bertanya pada Audrey sebenarnya siapa Saka tapi Audrey tak kunjung menjawab dan hanya berjanji jika ia akan menjelaskannya nanti.

"Brengsek!"

Saka menarik baju Bernard dari belakang saat tangannya berhasil meraih tubuh Bernard, laki-laki itu kemudian menghantam Bernard tak peduli dengan Audrey yang terus meneriakinya.

Saka baru menghentikan pukulannya saat Audrey memasang tubuhnya untuk menutupi tubuh Bernard dari hadapan Saka. Audrey yakin Saka tidak mungkin menghajarnya.

"Stop, Saka! Ini bukan di Indonesia! Bukan negara kamu, kamu nggak bisa mukul Bernard begitu aja kalau kamu nggak mau kena masalah di negara orang," decak Audrey.

"Shit!"

Lagi-lagi Saka mendesis, setelah mengucapkan itu, Audrey membawa Bernard pergi begitu saja. Audrey mengabaikan Saka, bahkan Saka sendiri melihat jika mereka masuk ke dalam sebuah mobil yang tentu saja Saka yakinin itu adalah mobil Bernard.

Harusnya tadi Saka meminjam mobil Leon. Astaga.

***

"Kau ...." Begitu masuk ke dalam rumahnya dan disambut oleh Leon, Audrey langsung menyampaikan protesnya. Lebih tepatnya ia begitu frustasi dengan sikap Leon yang memberitahu keberadaan dirinya pada Saka.

Belum menutup pintu rumahnya kembali, kepala Leon masih celingukan keluar rumah untuk mencari keberadaan Saka.

"Kau kenapa? Saka ke mana?" tanya Leon seraya duduk di samping Audrey.

"Kau masih menanyakan keberadaan Saka padaku?"

"Tentu saja. Dia ingin menemuimu tadi."

"Aku sudah bertemu dengannya. Dan sekarang aku begitu marah padanya dan juga padamu." Jari telunjuk tangan kanan Audrey menunjuk wajah Leon.

"Kenapa aku?"

"Kenapa kau memberitahu keberadaanku pada Saka? Kau tadi menghubungiku untuk memberi informasi padanya? Lagipula aku heran, kenapa dia bisa sampai di Paris?"

Audrey baru menutup mulutnya, sosok Saka sudah menyelonong masuk ke dalam rumah dan duduk dengan santai di samping Leon.

"Jangan katakan dia akan tidur di rumah kita, Leon?" Mata Audrey menatap tajam ke arah Leon.

"Memangnya aku harus tidur di mana, Udey?" sahut Saka lebih dulu.

"Masa bodoh. Aku tidak akan peduli." Audrey bangkit dari duduknya kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Begitu Audrey pergi, Saka dan Leon terkekeh bersama, menertawakan Audrey pastinya.

"Sekarang kita teman."

"Kau akan membantuku untuk mendekati Aqila."

"Apa kau benar-benar menyukai Kak Aqila? Dia lebih tua darimu 4 tahun."

"Itu bukan masalah."

***

Paris, 07.53 AM

Saka menggerak-gerakan tangannya untuk meraba ponselnya saat ponselnya itu terus berdering. Matanya yang masih begitu lengket membuatnya enggan untuk membuka mata dan mencari ponselnya dengan benar.

Setelah dengan susah payah mencari, akhirnya Saka mendapatkan ponselnya. Adiknya--Kei, menghubunginya melalui aplikasi chating.

"Kenapa, Kei?" Setelah sempat melihat siapa yang menghubunginya, Saka kembali berbicara sambil menutup matanya.

Bukan adiknya yang merespon ucapannya, melainkan adalah Papanya.

"Pertunangan besok malam gimana, Sak?"

Saka langsung membuka matanya lebar-lebar, melihat tanggal yang tertera di ponselnya. Benar. Seharusnya besok adalah hari pertunangannya, tetapi jika keadaannya seperti ini, itu tidak akan terjadi.

"Batalin, Pa. Saka belum berhasil bujuk Audrey."

Setelah itu Saka harus pasrah kehilangan jam tidurnya lagi, karena begitu ia meminta Papanya untuk membatalkan pertunangannya besok, Karisma terus berbicara panjang lebar. Mengomel sekaligus memberi nasihat pada Saka.

Saka baru meletakan lagi ponselnya setelah Papanya mematikan panggilannya, ia kembali mengambilnya saat Rado menghubunginya di nomor Prancis--semalam Saka memang sudah sempat menghubungi Rado dengan nomor Prancis.

"Kenapa?" tanya Saka to the point.

"Lo baru bangun?" kekeh Rado di seberang sana.

"Nggak usah basa-basi, Do. Bilang ke gue, ada apa?"

"Oke. Oke. Gue udah tahu siapa pelaku penyebar berita lo nih. Sekarang gue ada di kantor Socialite Media, gue lagi ngobrol sama Pimpinan Redaksinya, Pak James. Lo mau ngomong sama dia?"

Saka yang semula masih merebahkan tubuhnya langsung duduk dengan sempurna saat Rado mengatakan ia akan menyerahkan ponselnya pada Tuan James.

"Iya, Pak Saka. Sebelumnya saya minta maaf buat pemberitaan yang Socialite Media terbitkan mengenai Pak Saka."

Saka dan Pak James akhirnya terus berbincang sampai akhirnya Saka harus mematikan teleponnya begitu sudah mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya.

"Baiklah Pak James, terimakasih."

Sejak awal Saka memang tidak memiliki rencana untuk menuntut Socialite Media yang sudah memberitakan hal yang tidak-tidak. Saka hanya ingin Tuan James bersaksi pada Audrey nanti jika berita itu memanglah sebuah kebohongan.

Dan untuk orang yang meminta Tuan James menerbitkan berita itu ... Saka akan pikirkan lagi apa yang pantas orang itu terima.

---
Nggak bisa bikin konflik yang gereget😭

MPBF satu atau dua part lagi tamat, oke kan? Setelah MPBF tamat, aku nggak akan langsung bikin cerita Leon-Aqila, karena masih banyak cerita aku yang lain yang udah lama aku anggurin dan harus diselesaikan. Jadi aku mau nyelesaiin yang lain dulu, baru bikin cerita Leon-Aqila😂

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 31 Januari 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro