MPBF - 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jangan lupa vote sama komennya yah😉
Eh baca note di bawah yah😊

***

"Aku player? Terserah. Sebutlah aku sesuka hati kalian." -Saka Aldino Justine

***

Audrey dan Saka baru saja keluar dari ruang meeting yang berada di perusahaan Tanubrata Corp.

Gadis itu menghela nafas lega karena meeting selama kurang lebih dua jam itu berjalan dengan lancar. Pasalnya, ini pertama kalinya Audrey mengikuti meeting resmi seperti ini. Mencatat semua yang perlu ia catat dari meeting tadi untuk ia berikan pada Saka nanti.

Sekarang, detik ini Audrey memutar bola matanya bosan, bibirnya terus bergerak selagi matanya menatap Saka yang sudah berjalan di depannya sambil mengobrol dengan seorang wanita yang langsung menyambutnya begitu ia keluar dari ruang meeting.

"Apa-apaan itu," desis Audrey saat matanya menangkap tangan kiri Saka melingkar di pinggang wanita yang sedang bersamanya. Yang membuat Audrey benci melihat pemandangan itu adalah karena tangan Saka yang terlihat nakal di bawah sana. Dan dengan bodohnya, wanita itu menerima saja perlakuan tangan Saka di pinggangnya yang justru cenderung terlihat memegang bokongnya.

Saka menolehkan kepalanya, pria itu sedikit tersenyum tipis karena menanggapi ucapan wanita yang ada dalam rangkulannya, sebelum akhirnya ia berbicara, menyuruh Audrey berjalan lebih cepat mengikutinya.

"Jalan lebih cepat, Drey," teriak Saka.

Audrey mendesah kesal, tanpa mau menyahuti ucapan Saka. Audrey memilih segera mempercepat langkahnya, justru cenderung mendahului langkah kaki Saka dengan wanita yang belum Audrey ketahui namanya.

"Itu sekretaris baru kamu, Ka?" tanya wanita berdress merah ketat itu sambil menatap rahang Saka. Tingginya yang hanya sebatas pundak Saka membuatnya tidak bisa menatap wajah secara leluasa jika berada di posisi seperti ini.

Saka menolehkan kepalanya setelah mengamati langkah Audrey yang sudah berjalan di depannya. Laki-laki itu tersenyum menatap wanita dalam rangkulannya.

"Iya, baru dua hari dia jadi sekretaris aku, Mei," sahut Saka.

Wanita yang Saka sebut Mei--lebih tepatnya Meisya--itu terlihat menganggukan kepalanya, memahami ucapan Saka barusan.

"Dia cantik, siapa namanya? Kalau sekretaris kamu secantik itu, aku khawatir kalau kamu gak akan mau jalan sama aku lagi," gumam Meisya.

Mendengar gumaman wanita dalam rangkulannya, Saka terkekeh kecil seraya sesekali mengecup puncak kepala wanita itu.

"Dia emang cantik, tapi aku sama sekali gak tertarik sama dia. Kamu tenang aja, aku gak akan tinggalin atau lupain kamu gitu aja," ujar Saka meyakinkan.

Sekarang langkah mereka sudah berada di lobby perusahaan Tanubrata Corp, sebelum keluar dari gedung ini, Saka berteriak memanggil Audrey yang sejak tadi terus berjalan tanpa mau menoleh ke arahnya sama sekali.

"Audrey!"

Audrey menghentikan langkahnya, masih dengan ekspresi tak sukanya, Audrey menyahuti panggilan Saka.

"Apa?"

"Kamu boleh pulang, gak usah balik lagi ke kantor," ujar Saka.

Audrey terdiam. Ia melihat samar jam berwarna cokelat yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Kenapa, Pak? Ini masih setengah 4 sore," sahut Audrey.

"Karena saya juga udah gak mau balik lagi ke kantor, jadi gak ada pekerjaan yang harus kamu kerjakan nanti kalau kamu maksa balik ke kantor," jelas Saka.

Laki-laki itu masih dengan Meisya dalam rangkulannya kembali berjalan, mendekati Audrey yang berdiri sekitar 2 meter dari pintu keluar gedung bertingkat ini.

"Memangnya Pak Saka mau ke mana?" tanya Audrey penasaran. Gadis itu menatap wanita--Audrey tidak tahu ia seorang gadis atau bagaimana, tapi ia menyebutnya wanita karena dia adalah seorang perempuan,wanita--dengan tatapan tak suka.

Meisya yang menyadari tatapan Audrey ikut menunjukan ekspresi tak suka bahkan terkesan jijik untuk melihat Audrey.

"Kepo banget sih lo," sahut Meisya.

Terang saja Audrey menggeram, ia berusaha menahan emosinya dengan susah payah. Pasalnya, Audrey bertanya pada Saka tapi kenapa justru wanita itu yang menyahutinya dengan nada tidak suka bahkan terdengar nyolot.

"Saya ada urusan sama Meisya, kamu pulang naik taksi aja yah," ujar Saka.

Laki-laki itu sangat mengetahui sifat Meisya yang memang selalu mudah tersulut emosi, mudah berdebat dengan siapapun akhirnya semakin menguatkan rangkulannya pada Meisya dan berusaha secepat mungkin untuk meninggalkan Audrey. Ini demi Audrey.

"Saya duluan," pamit Saka.

Audrey menatap kepergian Saka dengan perasaan kesal, bibirnya terus bergerak mengumpat memaki pria itu bersama wanitanya.

"Kenapa begitu?" desis Audrey. Gadis itu menghentakan kedua kakinya kesal sebelum akhirnya melangkah keluar menyusul Saka dan wanitanya yang mungkin memang sudah melesat jauh dengan mobil Saka.

***

"Kamu mau beliin aku sesuatu yah?" tebak Meisya.

Wanita itu terlihat nampak berbinar saat keluar dari mobil Saka di parkiran salah satu pusat perbelanjaan yang ada di sudut kota Jakarta.

Saka hanya tersenyum tipis. Laki-laki itu kembali merangkul Meisya sepanjang kakinya melangkah masuk ke dalam gedung full AC tersebut.

"Memangnya kamu mau aku beliin apa?" tanya Saka selagi tangannya sibuk mengusap-usap pundak Meisya.

Tangan Meisya terulur untuk mengusap dagu Saka, sebuah senyuman terbit dari bibir berlapis lipstick merah tersebut.

"Apapun. Maksudku, apapun yang kamu beliin buat aku, aku pasti berterimakasih sama kamu," sahut Meisya.

"Kalau gitu nanti aku beliin kamu sesuatu, ponsel baru? Perhiasaan? Apapun, nanti kamu tinggal bilang sama aku, dan, sekarang kita makan dulu. Okay? Perut aku udah keroncongan, Mei." Saka membelokan langkahnya ke dalam sebuah cafe yang berada di dalam mall.

Meisya mengamati cafe tersebut dengan lekat. Matanya menjelajah seisi cafe kemudian tidak beberapa lama, wanita itu mendesis.

"Ini cafe tempat Aluna kerja kan? Ngapain sih kamu ke sini?" tanya Meisya.

Saka bisa mendengar nada kekesalan dari cara Meisya bicara barusan. Laki-laki itu terkekeh sebelum akhirnya menyuruh Meisya duduk di salah satu meja kosong yang akan mereka tempati.

"Duduk dulu," suruh Saka.

Tanpa mau menolak, Meisya pun mendaratkan bokongnya pada salah satu kursi yang letaknya berhadapan dengan Saka.

"Rupanya kamu masih ingat kalau ini tempat Aluna kerja," kekeh Saka.

"Ah gimana aku bisa lupa. Wanita genit itu, aku sangat tidak menyukainya, Ka," sahut Meisya. Sangat terlihat sekali jika wanita itu sedang berusaha menahan emosinya.

"Memangnya kamu pikir aku menyukaimu hah?"

Suara yang terdengar dari belakang tubuhnya, membuat Meisya menolehkan kepalanya, benar saja, Aluna, wanita yang baru saja ia bicarakan sudah berdiri di belakangnya. Bersiap untuk mendekati mejanya dengan Saka.

Meisya kembali menolehkan kepalanya, memutar bola matanya malas, sedangkan ia sekarang melihat Saka tersenyum untuk menyambut kehadiran Aluna.

"Halo Saka kesayanganku." Wanita itu, Aluna, mengecup pipi kanan dan pipi kiri Saka, membuat Meisya semakin muak melihatnya.

"Halo Aluna. Gimana pekerjaanmu?" tanya Saka berbasa-basi.

"Seperti yang kamu lihat, baik-baik saja sampai akhirnya kamu datang bersama wanita cabe ini, aku merasa sekarang pekerjaanku tidak baik-baik saja," sahut Aluna.

Meisya bisa melihat jika wanita dengan kaos berwarna pink pucat beserta celana jeans hitam--seragam cafe yang terkesan santai--itu sedikit melirik ke arahnya saat mengucapkan itu.

"Apa kamu gak bisa setiap mampir ke cafe tempatku bekerja hanya datang sendiri, Sak? Tanpa cabe ini ataupun cabemu yang lain," lanjut Aluna.

Mendengar celotehan Aluna, Saka terkekeh kecil. Usia Aluna hanya dua tahun di atas adiknya, Kei, jadi wajar saja jika tingkah Aluna masih sedikit kekanak-kanakan seperti sekarang.

"Sudahlah. Aku sudah lapar, Lun, bawakan semua makanan yang biasa aku pesan di sini," ujar Saka berusaha mengalihkan pembicaraan. Karena jika Aluna terus berbicara seperti itu, tidak ada yang bisa menjamin jika perang dunia kesekian kalinya akan terjadi di hadapannya. Peperangan antara Aluna dan Meisya tentunya.

"Siap!" sahut Aluna. Kemudian wanita itu membalikan badannya, bersiap memesankan semua makanan favorite Saka di cafe ini.

Meisya menghela nafasnya setelah Aluna lenyap dari hadapannya, sedangkan Saka terlihat menggelengkan kepalanya menatap kepergian Aluna.

"Sebenarnya kamu punya berapa wanita?" tanya Meisya seraya menatap Saka tajam.



---
Sebenernya, ah gitu lah nanti kaliam bakal tau gimana karakter Saka yang sebenernya sesuai alur yang berjalan. Aku bakal bikin posesif yang berbeda dan justru terlihat egois. Eaakkk😂

Aku mau bikin extra part buat ILWO. Ada request mau extra part tentang siapa?

Find me on instagram ashintyas 😊

Serang, 25 Oktober 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro