Chapter 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki

Reader's POV


"Sudah malam, a-ayo kita tidur!" Enkidu membalikkan tubuhnya dan berbaring. Dia menutupi tubuhnya dengan selimut.

Tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Enkidu, ku putuskan untuk menggodanya lagi. Aku mendekatkan tubuhku lalu memeluknya dari belakang.

Enkidu ingin melepaskan dirinya dariku tapi aku (untungnya) lebih kuat darinya. Beberapa kali berusaha untuk melepaskan diri, pada akhirnya Enkidu menyerah.

"Pasrah deh aku, kamu mau apa (Y/n)? Kalau kamu lapar aku bisa buatkan makanan ringan untukmu," sahut Enkidu tanpa melihatku.

Aku yakin wajahnya memerah karena aku memeluknya. Fufufu, menjadi mesum tidak buruk juga. Bukan suami gua sih tapi kan di dunia ini kita suami istri. Jodoh emang ga kemana kali yak.

"Aku ga lapar kok, cuman mau meluk aja."

"Sudah malam, mending kamu tidur deh atau besok kamu akan terlambat."

"Gapapa deh terlambat, kan Enkidu yang bakalan marahin aku. Enkidu kalau marah tambah cantik tauk."


Cciiaakk!! Aku memakai senjata andalan para lelaki di duniaku untuk menggoda perempuan yang mereka sukai. Sebenarnya ... aku sendiri malu sih mengatakan hal yang seperti itu.

".... Aku kalau marah tambah cantik? Kata Gil aku kalau marah seperti monster."

"Jangan dengerin dia deh, bacotnya gede tapi isi kepalanya kosong."

"Yakin? Dia lebih pintar loh dari kamu," ucapnya sambil berbalik menatapku. Jika diperhatikan, jarak kami sangat dekat, hanya beberapa senti saja kepala kami pasti menempel.



Wah, kok kayanya ni suami malah ngebelain temennya ya daripada istrinya? Waktu istrinya dijelek-jelekin dia marah, nah tiba sekarang dia malah ngebelain temennya.

Tapi, aku ingin dia menceritakan tentang hidupnya. Mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk bertanya. Lagi romantis-romantisnya yekan? //digamparGilgamesh.


"Enkidu, boleh ga aku tau tentang keluargamu? Maksudku, aku kan 'lupa ingatan' jadi aku ingin tahu banyak tentang Enkidu," tanyaku dengan wajah memelas.

Pada awalnya dia terkejut tapi dengan cepat dia menyembunyikan keterkejutan itu. Enkidu memberikan senyuman lembutnya lalu mengusap pipiku lembut dengan tangannya.

Eh gua salting loh. Ini kali ya namanya karma menggoda suami jadinya gua jadi salting sendiri. Kapok deh kapok.

"Kamu akan segera tahu. Tapi, dulunya aku tinggal di hutan seorang diri dan keluarga Uruk mengangkatku sebagai anak mereka," jawabnya singkat.

Oohh, dia anak angkat kah?

"Kamu tahu orangtua kandungmu dimana? Kenapa kamu tinggal di hutan?"

"Aku dibuang oleh orangtuaku dan dibesarkan oleh hewan, seperti itulah."


Wah, kaya Tarzan dong. Tapi kalau Tarzannya cantik kemayu kaya gini aku mau dong.

Walau tidak terlalu percaya dan yakin dengan ceritanya, aku tersenyum kepada Enkidu lalu menyandarkan keningku ke keningnya. Yak, aku bisa merasakan hembusan napasnya. Aku yakin dia pasti sedang gugup sekarang.

"Umu, aku ga peduli sama latar belakangmu yang asli. Yang penting, sekarang Enkidu sudah ada di sisiku dan ga benci aku lagi itu uda cukup!"

"Aku tidak pernah membencimu! Sekali saja atau memikirkannya saja aku tidak berani! Aku benar-benar tidak berani!"

"Tidak masalah, membenci orang itu wajar. Apalagi, 'aku' dulu sudah menyiksamu bukan? Maafkan aku, Enkidu."


Aku menjauhkan kepalaku darinya dan samar-samar aku dapat melihat matanya yang berkaca-kaca. Terlihat tak percaya dengan ucapanku tapi aku yakin kalau hatinya perlahan kembali membuka diri kepadaku.

Lagipula, siapa sih cewe --cowo maksudku yang ga bisa luluh dengan kata-kata manis dan keromantisan pasangannya?









































Ya, itu aku, hehe. Mau seromantis apapun pacarku, aku ga akan kemakan dengan kata-kata manisnya. Malahan jijik, atau cuman aku aja yang seperti ini?


Enkidu mendorong kepalaku untuk mendekat dengannya lalu mengecup singkat bibirku. Setelah melepaskannya, dia memberikan sebuah senyuman yang tulus dengan pipi merona.

Butuh beberapa menit bagiku untuk mencerna apa yang terjadi barusan. Tadi kan Enkidu mendorong kepalaku untuk mendekat kan yak, trus tadi dia ... nyium aku nih ceritanya?

"Kenapa malah membeku seperti itu? Ini bukan pertama kalinya kamu berciuman bukan?" tanya Enkidu.


Tidak, ini tuh ciuman pertamaku anjir. Ga tau deh dengan 'aku' di dunia ini tapi ini benar-benar ciuman pertamaku. Di Jepang ya, keperawanan itu adalah sebuah aib dan gua masih perawan anjir. Cara naena aja gua ga tau.


"A-ano ... barusan kamu ..."

"Menciummu? Yup, kenapa kah? Tidak suka?"

"T-tidak. I-ini ..."

"Ini ciuman pertama kita semenjak menikah. Sewaktu menikah aku menciummu di keningmu. Dan ini juga ... ciuman pertamaku ...," jelas Enkidu dengan malu-malu yang membuat wajahku tambah memanas.

Anjir, sama-sama ciuman pertama dong. Jantungku dag dig dug loh daritadi. Aduh gimana nih?

Tapi buat ketagihan anjir //digamparGilgamesh. Tapi ga boleh masih SMA. ADUH!!


"Kenapa? Mau lagi?" tanya Enkidu.



Luarnya polos yak Enkidu, dalamnya liar anjir. Sasuga Enkidu, ga sia-sia kamu dulu tinggal di hutan.

"M-masih sekolah .... Aku masih sekolah ...."

"Tapi tadi kamu tanya apakah kita sudah kawin atau belum? Lagipula kita suami istri, jadi gapapa kan?"

Tuh kan bener dia cuman polos di luar aja. Anjir kaget dong aku.

"Ano ... K-kalau dicium g-gapapa ..."


Anjir, gua ngomong apa sih??

End of Reader's POV
.
.
.
.
Author's Note

Singkat dulu tak, update sbelum brangkat kerja 😂😂 ntar malam usahain update

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro