My Troublemaker Girl~4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author's POV

Aldi merebahkan tubuhnya ke atas kasur besar dan empuk miliknya. Percakapan antara dirinya dengan tante tantenya—terutama dengan Savannah—membuat tenaganya habis. Lebih tepatnya, kesabarannya.

Mau gue ngomong sampe berbusa pun, Tante Sava nggak pernah percaya kalo gue sama Cassie sebatas sodara. Hadeh,Batin Aldi kesal.

Trrrrt Trrrrt

Dengan enggan, Aldi merogoh saku celananya dan mengangkat telepon yang masuk. Tanpa melihat nama penelpon, ia menempelkannya di telinga.

"Halo?"

"Cupu, ini gue. Inget kagak?"

"Mbak, kalau mbak belum nyebut nama mana saya tahu lah!"

"Enak aja mbak-mbak! Gue cewek yang barusan lo anter sampe halte! Inget kagak?"

Aldi yang awalnya enggan langsung bangkit terduduk. Entah mengapa ia merasa senang Salsha benar benar menelponnya. Saking senangnya, ia lupa akan rasa lelahnya.

"I-inget. Dari mana lo punya nomor gue?"

"Pikun lo! Lo sendiri yang ngasih kan bego! Apaan tuh, katanya mau kenalan, pas beneran ditelpon malah lupa. Lo sehari kenalan sama berapa cewek sih?"

Aldi terkekeh pelan mendengar cerocosan panjang Salsha. Ia memang tadi menyerahkan nomor ponselnya dengan alasan ingin berkenalan, namun tadi lupa.

"Sori, sori. Habis, gue kaget tiba tiba ditelpon sama cewek yang gue suka. Jadinya hilang ingatan deh."

"....sumpah ya, gue nyesel nelpon orang aneh kayak lo."

Tawa Aldi meledak makin kencang. Rupanya gurauannya benar benar makin meyakinkan lawan bicaranya bahwa ia setengah gila.

Padahal tadi ia sempat berpikiran untuk gombal, namun reaksi Salsha benar benar membuatnya tertawa lepas.

"Terus, kenapa nelpon? Beneran mau kenalan?"

"Dih! Narsis abis! Gue mau nanya, hape gue ada di lo nggak?"

"Lah? Ya jelas kagak lah. Kalau hape lo di gue sekarang lo nelpon pake apaan?"

"Ck! Ini hapenya abang gue. Hape gue ilang, gue pikir ada di lo."

"Oh. Nggak, nggak di gue kok. Palingan jatuh pas lo kejer kejeran tadi."

"Ya udah deh. Thanks ya."

"Sip. Eh, bentar jangan ditutup dulu! Gue baru inget sesuatu!"

"Apaan? Lo inget hape gue ada dimana?"

"Nggak. Gue baru inget, nama lo siapa?"

"....sumpah, lo minta disambit golok. Bye!"

Tuuuut.

"Lah? Malah dimatiin,"gerutu Aldi. Meski nadanya menggerutu, wajahnya tak bisa berbohong. Tersirat kebahagiaan yang jelas ada disana.

Lo jadi cewek asik bener sih. Penasaran gue jadinya sama lo,Batin Aldi senang.

******

"Kak, nih hapenya,"ucap Salsha sambil menyodorkan ponsel milik Iqbaal.

"Gimana? Ada nggak di orang yang nganter kamu?"tanya Iqbaal mengambil ponselnya.

"Nggak ada. Oh ya, Kak, aku mau nanya,"ucap Salsha sambil duduk di sebelah Iqbaal.

"Apa?"

"Pas aku di lapas kemarin, ada yang nyariin aku. Namanya kalau nggak salah Om Krisdan, pengacara,"ucap Salsha.

Badan Iqbaal sontak menegang. Ia menelan ludah, membuat jakun di lehernya naik turun. Dengan waswas, dia menatap Salsha.

"Terus, dia bilang apaan?"tanya Iqbaal.

"Dia agak aneh. Dia bilang aku sama Kakak punya rumah di daerah Bekasi. Terus dia nyodorin ini ke aku,"ucap Salsha sambil menyodorkan beberapa lembar foto.

Iqbaal menerima foto itu dengan was was dan terkejut saat melihat foto apa itu. Foto dirinya dengan Salsha, bersama Hasdi dan juga Helen.

Ngapain sih itu orang nyamperin Salsha. Lagian, darimana coba dia tahu kabarnya Salsha?Batin Iqbaal.

"Kak? Kak Iqbaal!"panggil Salsha sambil melambai lambaikan tangannya di depan Iqbaal.

"Ah, ya? Terus, kamu mau nanya apa?"

"Itu yang di fotonya kita lagi sama siapa? Kok nggak mirip sama Ayah Bunda ya? Terus kayaknya bukan di rumah ini juga,"tanya Salsha bertubi tubi.

Iqbaal menelan ludah, "Emm, itu kita pas kecil. Lagi dititipin di rumah temennya Ayah."

"Beneran? Terus soal rumah itu apaan?"tanya Salsha belum puas.

"Soal itu...,coba tanya Ayah deh nanti pas pulang. Manatau Ayah yang siapin kejutan?"jawab Iqbaal berbohong. Ia gelagapan, berharap Salsha puas dengan dustanya.

"Gitu ya? Tapi buat apaan coba?"gumam Salsha tak jelas.

Krieet

"Nah, itu mereka pulang. Samperin sana!"suruh Iqbaal setengah mendorong Salsha keluar.

Untung kali itu Salsha menurut karena memang lagi rindu berat dengan orang tuanya. Ia melompat dari kasur Iqbaal dan keluar kamar langsung.

"Ayah, Bunda, Shelly, aku kangeeenn!!!"jerit Salsha sambil memeluk ketiga anggota keluarganya.

"Kami juga kangen banget sama kamu, Nak. Maaf kita tadi nggak sempet jemput kamu ya,"sesal Jams.

"Nggak apa apa kali, Yah, Bund. Ada bagusnya lho, kalian telat jemput. Aku jadinya bisa papasan sama Kak Iqbaal,"ucap Salsha menghibur kedua orangtuanya. Lengannya sudah ia rangkulkan ke leher adik tersayangnya, Shelly.

"Oh? Iqbaal udah pulang ya,"gumam Jams—ayah Salsha—dengan nada datar, seolah tak peduli.

"Beneran kakak kamu udah pulang? Di mana dia?"tanya Zila, istri Jams.

"Di kamarnya, lagi tiduran,"jawab Salsha.

"Hai, Bund. Hai, Shelly manis,"sapa Iqbaal yang rupanya sudah keluar dari kamar.

"Kak Iqbaal!"jerit Shelly langsung melepaskan diri dari rangkulan Salsha dan berlari ke arah Iqbaal.

"Aduh, Iqbaal. Bunda kangen, Nak,"ucap Zila sambil memeluk Iqbaal erat.

"Aku juga kangen kok, Bund."

Suasana penuh rindu itu langsung terpecah saat Jams berdeham. Iqbaal dan sang Ayah hanya saling melirik sekilas, sebelum kemudian saling memalingkan wajah. Hubungan ayah dan anak itu kurang baik.

"Mana hasilnya?"tanya Jams datar.

Iqbaal memutar matanya malas dan menyerahkan sebuah map berisi sertifikat kelulusannya di Fakultas Bisnis Harvard University.

Jams menerima map itu dan membolak baliknya dengan teliti. Kemudian, matanya mengernyit, "Mana gelar MBA nya?"

"Nggak dapet,"ucap Iqbaal santai.

"Kamu!"

"Apa? Ayah pikir segampang itu? Kalau gitu, coba sendiri sana!"balas Iqbaal kasar.

"Kurang ajar kamu ya!"bentak Jams sambil mengangkat sebelah tangannya.

"UDAH CUKUP!"

Jams dan Iqbaal pun terdiam setelah bentakan Salsha. Keduanya memalingkan wajah, sama sama tak ingin melihat satu sama lain.

"Kenapa sih Kak Iqbaal sama Ayah selaluu aja tengkar? Nggak bisa ya, akur sehari aja!"tukas Salsha kesal.

Zila yang sedari tadi diam pun akhirnya angkat bicara, "Sudah sudah. Lebih baik sekarang kita makan, ini tadi Ayah Bunda sudah beli makanan dari luar."

Jams menghela napas, "Ayah mau mandi sebentar."

Salsha memutar matanya dengan malas sebelum akhirnya menarik tangan Shelly untuk ke dapur. Iqbaal berdecak sebal dan melempar pantatnya keatas sofa.

Padahal tadi baru aja mau ngomong sama Ayah soal orang itu. Sekarang gimana ngomongnya coba,Batin Iqbaal frustasi.

Ia mengacak rambutnya dengan kesal. Diambilnya bantal di sebelahnya dan menutupi wajahnya dengan bantal. Baru semenit ia memejamkan mata, ponsel di sakunya berbunyi.

Drrrr Drrr

"Ck, siapa lagi ini,"omel Iqbaal sebal. Dengan malas, ia melirik ke arah layar ponselnya.

Bastian is calling. . .

"Baru aja gue ngomongin bapaknya, eh anaknya nelpon,"gumam Iqbaal pelan. Ia pun akhirnya mengangkat telepon dan menempelkannya di telinganya.

"Ha-"

"Bro, lo nyebelin amat jadi orang! Hari ini balik kaga ngabarin!"

"Emang kalo gue ngabarin, lo bakalan jemput?"

"Hehehe, tentu aja nggak dong. Sayang bensin gue. Dari kantor ke airport jauh, men."

"Ya udah. Ngapain telpon?"

"Alah, pura pura nggak tahu lo. Bapak gue nyari Salsha, lo pasti udah tahu kan?"

"Hmm. Lo yang bocorin keberadaan Salsha ya?"

"Nggak. Malah gue mau bilangin ini ke lo. Yang nyuruh bapak gue nyamperin Salsha itu...bokap lo sendiri."

.

.

.

.

Yo!

Beda kan? kan? kan?

Hehehehhe.

Makanya ramein lagi MTG nya ya.

Bye,

Salam cumi,

Viannaz.

=================================================================================

NazwaFanny
catlinaaaa
LiinaalvPradipto18
DianAfrizal
Syifasbilla05
 Nunung1107
adr_yana23
fifwn77
mitanurlaili
zasliazas66
mayafikaa
JulietSandraAin
ktty2456
Olivianovay
milkasheren
DindaPuteriHikmatus
shelly_0305
azahmafazah
OlifVashabillaVashab

I CALLING YOU OUT!!!! RAMAIKAN MTG LAGIIIII!!!!

AYO WAN KAWAN!!!

*maafgaje





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro