Bab 15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Imbas dari perkelahian di lounge sangat besar bagi nama Jesse. Dengan memutar balikan fakta, James bicara di depan banyak media. Menceritakan kejadian menurut versinya sendirio. Terutama menjelek-jelekan nama Jesse di depan umum dengan memaki kasar. Nama Jesse kembali menjadi buah bibir. Setelah sebelumnya karena peristiwa penculikan, kini karena perkelahian dengan aktor ternama.

"Aku datang sebagai tamu, Jesse marah karena gadis yang saat itu sedang bersamanya ingin berfoto dan meminta tanda tanganku. Bisa kalian bayangkan apa yang aku alami? Dianiaya habis-habisan. Kalian bisa lihat foto-fotoku untuk bukti kalau aku tidak mengarang."

James sangat licik, memoto mukanya yang memar dan berdarah karena pukulan Amber dan menyebar luaskan itu adalah perbuatan Jesse. Masyarakat mencaci maki Jesse di semua tempat dari mulai media sosial sampai laman berita karena menganggap James adalah aktor kebanggaan dan berbakat. Tidak layak kalau disandingkan dengan Jesse yang hanya seorang penyanyi.

Segala hujatan, cacian, dan makian mereka diterima dengan tenang oleh Jesse. Ia sibuk mempersiapkan video klip yang akan tayang untuk single terbarunya. Siang malam berada di studio rekaman, meeting dengan sutradara dan orang-orang PH, hingga tidak ada waktu untuk memikirkan fitnah James. Lagipula ia sudah dihubungi Salma, yang mengatakan akan menuntut James untuk pencemaran nama baik, karena saat itu sedang bersama Jesse. Tanpa perlu mengeluarkan uang dan tenaga, Jesse sudah mendapatkan keadilan.

Tidak dengan produser serta orang-orang yang terlibat dengan Jesse. Mereka menyarankan agar Jesse menggugat balik James. Untuk memberi pelajaran agar si aktor tidak semena-mena tapi Jesse menolak.

"Biarkan saja James bertindak semaunya. Dia mengamuk karena filmnya jeblok dan penontonya sedikit. Dia butuh panggung untuk membuat namanya naik."

Semua teori yang diungkapkan Jesse memang benar tapi sikap santai sang penyanyi membuat orang-orang terdekatnya geregetan. Sang mantan kekasih, Ivone. Tanpa malu mendatangi gedung PH dan meminta bicara dengan Jesse. Ditolak tentu saja, semua orang mengatakan Jesse tidak ada di tempat tapi perempuan itu tidak percaya. Dengan sengaja dan tanpa tahu malu Ivone membuat masalah.

"Bilang pada Jesse, kalau Minggu depan tidak mau bertemu denganku, tamatlah riwayatnya!" Ivone berteriak di depan ruang produksi. "Aku punya bukti-bukti kemesraan kami, kalau sampai tersebar maka habislah riwayat Jesse."

Pihak produser,manajer, serta asisten Jesse merasa kuatir dengan ancaman Ivone. Belum selesai satu masalah, muncul masalah lain dan mereka berharap Jesse bertindak. Tapi harapan tinggal harapan karena Jesse tetap bersikap tidak peduli meskipun dua orang menyerangnya.

Jesse boleh jadi santai tapi tidak dengan Amber. Di sela-sela penyelidikan barang hilang serta pendekatan dengan anak buah Pablo, ia membaca berita soal suaminya dan mengernyit kesal.

"James itu, dari mana asal usulnya. Dimitri, minta orang menyelidiki masa lalu James. Gali bahkan sampai ke rahasia terdalam dan tergelap."

"Baik, Miss."

Amber sebenarnya tidak ingin ikut campur urusan suaminya, tapi masalah ini memang tidak bisa dibiarkan. James terluka karena pukulannya, dan bukan Jesse pelakuknya. Bagaimana bisa seorang laki-laki melakukan tindakan pengecut seperti itu. Amber akan memberinya pelajaran. Meskipun ingin membantu soal James tapi hal lain, Amber masih belum bisa menerima Jesse sebagai suaminya secara penuh. Status memang pasangan tapi hubungan mereka tidak lebih dari orang yang tinggal bersama. Tidak ada kemesraan, hanya sapaan kecil serta sambil lalu kala bertemu. Amber sibuk dengan urusannya begitu pula Jesse. Tidak ada makan malam romantis, pelukan penuh kasih sayang, maupun ciuman mesra. Mereka hanya dua orang asing yang dipaksa untuk bersama.

Apakah Amber pernah berpikir untuk menjadikan Jesse sebagai suami seutuhnya? Tidak. Baginya Jesse tidak akan cocok untuk dunianya yang keras. Jesse lebih dibutuhkan di dunia artis yang megah dan glamour, bukan dengan gangster yang penuh darah. Terlebih sekarang ini ia sedang berusaha memikat Carlos, maka semakin sedikit orang tahu ia menikah, akan semakin bagus untuk dirinya.

"Miss punya rencana apa dengan James?"

Pertanyaan Dimitri membuat Amber berpikir. "Kalau hasil penyelidikan sudah keluar, biarkan Amy dan Uttu yang akan menangani. Bajingan itu sudah pernah melihat wajah kita, jangan memberinya kesempatan untuk menyerang Jesse lagi."

Mereka membicarakan tentang James dan Jesse di sebuah sauna. Amber dan Dimitri ada di sini untuk menyelidiki Pablo yang diisukan ada di tempat ini. Amber mengernyit saat melihat seorang laki-laki melewati keduanya sambil memeluk seorang perempuan muda. Amber yang dalam penyamaran memakai wig merah muda serta kacamata hitam, tidak dikenali oleh laki-laki itu.

"Wah-wah, ternyata Mr Perfect adalah laki-laki peselingkuh. Sungguh menggelikan," gumam Amber menatap punggung pasangan itu yang menghilang ke dalam kamar ganti. Ia akan menyimpan informasi ini lebih dulu dan akan menggunakannya di saat yang tepat.

**

Jesse menuju gedung milik keluarganya, menghentikan kendaraan di lobi, melemparkan kunci pada petugas valet dan melintasi lantai lobi yang mengkilat dengan langkah lebar. Tidak banyak orang di lobi pada saat jam kerja, Jesse naik lift tanpa gangguan berarti. Saat tiba di ruangan Jafir sedang rapat, ia merasa sangat kesal karena tidak ada pemberitahuan soal ini sebelumnya. Seharusnya Jafir membatalkan pertemuan mereka dengan begitu ia tidak perlu repot-repot datang. Ia menitip pesan pada sekretaris sang kakak, akan datang lain hari karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal terlalu lama. Jafir tetap memintanya menunggu, dan butuh waktu tiga puluh menit sebelum sang kakak muncul.

"Harusnya kamu kasih tahu kalau rapat!" tegur Jesse.

"Dadakan, nggak bisa dihindari. Lagipula jadwalmu lebih flexibel," ucap Jafir tanpa rasa bersalah.

Jesse berdecak. "Hanya karena aku tidak kerja di kantor, bukan berarti aku menganggur dan setiap saat bebas untuk dipanggil datang!"

"Jesse—"

"Stop memanggilku seolah aku ini anak ingusan, Kak. Ini terakhir kali aku bersikap sabar padamu. Kalau lain hari aku datang dan kamu ada urusan lain, tidak akan sudi aku menunggu!"

Jafir menghela napas panjang, menatap lelah pada adiknya yang mengamuk. Ia membuka kaca mata dan menatap Jesse yang duduk di sofa besar sambil memiringkan kepala.

"Kenapa makin hari kamu makin arogan? Apa kamu tidak tahu betapa sibuknya aku mengelola perusahaan?"

Jesse mendengkus lalu menyeringai. "Kau sibuk tapi menikmati. Akui sajalah, kalau kamu suka menjadi pimpinan di perusahaan ini!"

"Oh, memangnya aku tidak boleh menikmati? Ingat, aku yang bekerja paling keras di antara kita. Kau sibuk dengan duniamu yang tidak jelas itu, Johanna? Sibuk dengan laki-lakinya sedangkan adik bungsu kita masih suka bersenang-senang. Beban perusahaan kalian timpakan ke pundakku!"

Kemarahan Jafir membuat Jesse menggeleng tidak mengerti. Apakah ia datang hanya untuk mendengar omong kosong ini. Bangkit dengan enggan, ia menuju meja sang kakak. Dengan telapak tangan berada di permukaan meja, Jesse membungkuk ke arah sang kakak.

"Kamu boleh melepas posisi ini kalau mau. Tidak ada yang memaksamu, Kak."

Jafir ternganga. "Tidak tahu diri!"

"Memang, dan jangan bersikap arogan. Ingat, ini bukan perusahaan pribadimu. Kalau aku mau, bisa kok membantu Papa mengelola tapi aku tidak melakukannya karena tidak tertarik. Ingat, Kak. Jangan sampai aku tertarik, bisa-bisa nanti kamu tersingkir."

Mengepalkan tangan di atas meja Jafir memaki. "Adik kurang ajar! Tidak tahu malu!"

"Wah, terima kasih. Sebaiknya aku pulang kalau bertemu kamu hanya untuk dimaki."

Jesse bersiap pergi saat mendengar panggilan Jafir. Kakaknya melemparkan tumpukan foto ke arahnya dan jatuh mengenai lantai.

"Sebenarnya aku datang untuk bicara satu hal penting padamu. Pengembangan perusahaan baru membutuhkan tanggapan dan tanda tanganmu. Tapi sepertinya kamu tidak akan konsentrasi setelah melihat foto-foto itu. Bagaimana rasanya menjadi suami yang dikhianati istri? Astaga, Jesse. Kalian menikah baru beberapa bulan dan istrimu berselingkuh?"

Hati Jesse berdesir tidak nyaman saat melihat Amber bicara intim dengan laki-laki tampan dengan kulit kecoklatan. Ia sebenarnya tidak ada masalah kalau istrinya punya pacar tapi kenapa tidak jujur padanya. Bukankah Amber sendiri yang mengatakan akan bersikap setia dan menjaga janji mereka?

Dalam keadaan hati kacau karena kecewa, Jesse membatalkan semua janji serta pekerjaan hari ini. Memutuskan untuk pulang ke penthouse dan merenung. Berpikir kalau tidak semestinya merasa marah karena pernikahannya hanya pura-pura, tapi entah kenapa dirinya merasa kecewa.

Jesse sedang bermain piano untuk meluapkan perasaan hatinya saat Amber pulang. Ia hanya melirik kedatangan istrinya tapi tidak menghentikan permaiannnya. Amber membuka mantel, meletakkan di sofa dan mendekati piano. Bersandar pada piano dan tersenyum pada Jesse. Pandangan mereka bertemu tapi Jesse sama sekali tidak tersenyum, bahkan saat permainan selesai.

"Wow, melodi yang indah sekali. Chopin?"

Jesse mengangguk, kagum dengan pengetahuan Amber. "Benar."

"Hebat, kamu bermain piano dengan sangat baik," puji Amber.

Jesse bangkit dari kursi, mendekati istrinya dan mengulurkan tangan untuk mengurung Amber di antara piano. Tindakannya membuat Amber mengernyit heran.

"Apa-apaan ini?"

"Dari mana saja kamu?"

"Kerja. Tumben tanya."

"Kerja atau kencan dengan laki-laki lain?"

"Maksudmu apa?"

Di luar keinginan, Jesse mendekatkan tubuhnya dan menghimpit Amber yang kebingungan.

"Jesse, mundur atau kubanting!"

Ancaman Amber tidak membuat Jesse takut, justru sebaliknya merasa tertantang. Ia mendekat, berbisik pelan sambil menjilat cepat cuping telinga Amber.

"Apakah kamu tidak penasaran bagaimana rasanya kalau tubuhmu dijilati? Dari ujung kaki sampai kepala?"

Wajah Amber memanas saat mendengar kata-kata mesum suaminya. "Ada apa denganmu?"

"Kenapa, Amber? Tidak tertarik saat pahmu kubuka dan aku menjilati vaginamu? Padahal rasanya akan sangat menyenangkan."

"Jesse, kau gila!" Amber mendorong Jesse menjauh.

"Oh, tidak menyenangkan? Bukan karena tindakannya tapi bisa jadi karena orangnya. Aku rasa kalau orang lain, atau kekasihmu yang menjilatmu pasti suka bukan?"

"Bicaramu makin melantur. Minggir! Aku mau mandi!" bentak Amber.

"Tidak semudah itu, Amber. Karena aku mau ciuman!"

Amber bahkan tidak punya kesempatan untuk mengelak saat Jesse mencengkeram dagunya dan melumat bibirnya. Otaknya tumpul seketika oleh serangan Jesse. Apa yang terjadi pada suaminya? Amber bertanya-tanya dengan bibir Jesse menguasai bibirnya.

.
.
Di Karyakarsa update bab 60.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro