Case 35 : Anxiety

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gangguan kecemasan.

-

ETHAN tanpa pamit pergi begitu saja dari rumah Alan karena Daniel.

Selain karena janjinya yang telah ia buat sendiri untuk menjemput Daniel tepat waktu, ia tidak mau Daniel berlama-lama dengan Martin. Bisa saja kan, Daniel dicuci otaknya agar menjadi seorang masokist seperti dirinya. Ethan menggelengkan kepalanya, membayangkannya saja sudah ngeri.

Kolonel Atlas alias pamannya melakukan panggilan video, dan meminta agar Ethan melakukan balas budi padanya dengan membantunya untuk membujuk Loski, dalam penyelesaian proyeknya.

"Cih, kalau tidak niat membantu bilang dari awal, paman!" kata Ethan tetap fokus pada jalanan didepannya.

"Kau tahu kan, proyek ini sangat penting. Bujuk ayahmu oke, agar mau memberikan logam berharga itu dengan setengah harga,"

Ethan segera mengakhiri panggilan itu. Apa paman Atlas tidak tahu dirinya bahkan tidak mau peduli dengan urusan yang menyangkut Loski. Oke, ia akui sekarang bahwa Ethan bukan termasuk anak yang berbakti dengan orangtuanya. Tapi dibalik semua itu ada alasannya.

Mana ada orangtua yang membiarkan anak yang bahkan masih balita sudah direkrut untuk bekerja di NASA?! pikir Ethan. Akibat dari semua itu adalah ia kehilangan kehidupan normalnya sebagaimana anak seusianya.

Jika teman-temannya pergi berlatih baseball, justru Ethan tetap dirumah dengan beberapa orang asing yang terus-terusan beralibi melakukan tes padanya. Itu sebabnya ia tidak punya teman hingga masuk universitas. Malah banyak musuh yang ia punya. Ethan tidak bisa melupakan ingatan itu, beberapa jarum suntik bahkan tak segan menembus kulit tangannya. Kini ia sadar, ia sedang diteliti.

"ARGH!" Ethan memukul stir kemudinya, mengapa ingatan-ingatan itu harus muncul lagi.

Masih sepuluh menit lagi menuju rumah Martin. Ethan mulai menyalakan musik.

Kodaline - Sometimes.

But i break down and i lose control,

I won't cry 'cause i'm lucky i know

All of my friends

Don't understand

Maybe i'm crazy, maybe i'm blind

Maybe we all get lost sometimes

Sometimes-NTIN!

NTIN!

Ethan mengklakson mobilnya ketika sudah sampai didepan rumah Martin.

Rumah Martin memang bisa dibilang rumah impian. Namun bagi Ethan, itu adalah rumah jagal. Pemilik rumah mempengaruhi huniannya. Kalau pemiliknya bar-bar, citra rumahnya pun akan berubah.

"Kembali lagi, ya! Lain kali akan kusediakan lebih banyak game lainnya!" kata Martin mengucapkan selamat tinggal pada Daniel.

"Oke! Bye, Paman Martin!"

"Bersenang-senang?"

"Aku senang bersama paman Martin. Aku lebih nyaman jika bersama paman Damian atau paman Alan. Tapi jika bersama paman Damian dia kadang sedikit galak juga, sih. Setidaknya teman-temanmu tidak sepertimu yang selalu sukses membuat orang lain darah tinggi," ungkap Daniel jujur.

Ethan hanya celingukan, sembari memasang ekspresi kayak ada yang ngomong.

"Ah! Ponselku yang ngomong ternyata," lanjutnya saat melihat ponselnya berdering, "Lho, Damian?"

"Biar kuangkat!" potong Daniel.

"Pssst! Brisik, bocah!" Ethan menyingkirkan tangan Daniel yang berusaha meraih ponselnya. Ia mengecilkan musik, mengangkat panggilan itu dengan meletakan ponselnya di dashboard dan melajukan mobilnya perlahan meninggalkan rumah Martin.

"DAMIAN, KAU SUNGGUH BAJINGAN!"

Daniel menoleh kearah Ethan dengan heran dan kaget. Apa yang diperbuat paman Damian sehingga manusia disampingnya ini benar-benar marah? Pikirnya.

"TEMANMU DISINI MATI-MATIAN MEMPERTAHANKAN RIVER, DAN KAU MALAH AKAN MENIKAH?!" Ethan tak bisa mengontrol keterkejutannya sekarang.

"The hell-" Daniel mencuri dengar melalui earbud ditelinga kanan Ethan, ia memasang kuping berharap juga mendengar apa yang dikatakan Damian lewat telepon.

"KESINI KAU CEPAT DAN KUHABISI KAU SEKARANG JUGA!"

"Mengapa kau marah? Iri bilang bos."

"Serius, Dam? Kau mau melepas masa lajangmu disaat-saat seperti ini?! You're insane!"

"Mau gimana lagi, mempelainya setuju kok-"

"SIAPA, KATAKAN!"

"Terimakasih telah menolaknya, ya."

Daniel masih mencerna semuanya, urusan orang dewasa memang sulit dipahami.

"Ok, fine. Dengar, statusmu masih buronan. Temanmu sedang koma parah dan kini NASA kacau. Tapi menikah?! Dengar, bukan maksudku untuk menghalangi takdirmu ya tapi, karepmulah!"

"Fasih juga bahasa jawamu eheh. Jangan beritahu yang lain dulu, aku tidak ingin mereka kaget dan serangan jantung, lalu meninggal,"

"LALU KAU MAU AKU SERANGAN JANTUNG DAN MENINGGAL, HAH?! DENGAN MEMBERITAHUKAN INI?!"

"Halah. Berita seperti ini tidak akan bisa membuatmu meninggal, kecuali-"

"HA?"

"Cepat susul diriku ya, McCagall. Wanita Indonesia mungkin cocok untukmu,"

"TAE!"

"Kau cukup urus masalah River, ok. Tak usah pedulikan masalahku mengenai pencurian Tardigrada itu. Akan kuselesaikan sendiri dengan Moris secepatnya,"

"MEMANGNYA SIAPA YANG PEDULI PADAMU HAH? HAH?"

"Kututup, ya. Kau tahu kan biaya panggilan luar negara? Jangan merindukanku karena aku tidak rindu padamu sama sekali. Dah!"

"DAM-"

Tut.

"Sialan. Marchedez-nya hilang saja dia tidak peduli. Tapi dia bahkan peduli dengan tarif telpon luar negri?!"

"Sepertinya aku harus bilang ke paman Loski kalau putranya ternyata gila-" kata Daniel.

"Kau diam bisa tidak?! Jangan menambah masalah!

"Tidak. Oh ya, Ayah akan menjemputku segera. Tapi tidak bilang kapan, sih-"

"Masa bodoh!"

Sebenarnya Ethan tidak tahu apa yang ia cemaskan. Apa dirinya seorang anxiety? Ia segera melepas dan melempar earbud-nya ke sembarang arah.

Namun satu yang ia rasakan, entah mengapa dengan komanya River, kepergian Loski ke Turki, kedatangan Caitlin yang otomatis akan membantu Alan dalam penelitiannya karena mereka satu bidang, berita yang baru saja Damian katakan, dan kepergian Daniel sebentar lagi membuatnya, merasa sendirian disini.

Tapi boong.

Ethan tidak pernah merasa sendiri saat bersama Hybrid-nya. Walau hanya sebatas hewan, tapi ia rasa hewan lebih mengerti daripada manusia.

Mobil Ethan kini telah sampai di pekarangan rumah. Otaknya yang ngebul rasanya akan segar kembali jika ia segera mandi air dingin. Sayangnya, rencananya harus krmbali gagal.

Nyatanya, Loski sudah berdiri didepan pintu utama saat ia sudah masuk rumah diikuti dengan Daniel, tengah berkacak pinggang menatap tajam dirinya.

"Bisa kau jelaskan semua ini, Ethan Girrigan?"

Marga ibunya disebut. Ethan tahu hal ini tidaklah baik.

NASA

Abis chapter ini lega pokonya.

(jujur) sebenernya cerita ini udah selesai alias tamat. cuma setelah kubaca ulang, eksekusinya kurang baik. tp gue mager revisi gmn dong. jadi yagitu, gue biarin aja sisa chapternya di draft wkwk. nunggu enak aja mo publish next bab kapan.

Ada yang anxiety jg disini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro