Short Story

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jadi ini tak ada kaitannya dengan alur cerita sebelumnya ini hanya penghibur agar kalian tak menunggu terlalu lama coret-krnsalahsatuceritablmkenaplot-coret.

Tanpa banyak curhat ini itu kita langsung saja!

Camera

Rolling

Action!

------------

Bagi Furuya seluruh hal di dunia itu ribet
Tapi saat Ruki 'gila' itu lebih ribet

"Yeayy!!!! Akhirnya selesai!!!" sebuah teriakan cempreng terdengar di dapur. Dengan muka penuh tepung serta rambut yang acak-acakan gadis tadi aka Furuka menaruh makanan buatannya di meja

Furuya dan Furuma yang nasibnya 11 12 seperti Furuka menggelengkan kepala mereka. Coba saja kalian bayangkan rencana pertama membuat okonomiyaki malah berubah menjadi gabungan dua makanan antara takoyaki dan yakisoba

"Ne ne kalian nggak mau nih?" tanya Furuka mengambil sesuap makanan. Dia memakannya dengan tenang

"Nggak ah buat kakak aja" sahut si bungsu lalu duduk disebelah Furuka. Furuka melirik ke Furuya yang masih membersihkan wajahnya di wastafel

"Kak, mau nggak?" tawarnya dengan sebuah senyuman, Furuya menggeleng lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk di sana dan mencoba mencari cemilan untuk dimakannya

Mereka hanya tinggal bertiga. Sementara yany lain pergi tadi pagi dengan meninggalkan sebuah note yang ditulis secara asal-asalan dan ogah-ogahan:v

Alhasil kembar tiga itu harus berusaha memasak sendiri saat makan siang nanti karena kedua orang tua mereka (read: Shu&Reiji) masih akan pulang besok

Terjadi keheningan sejenak di dapur sampai suara kursi yang ditarik mengalihkan perhatian mereka

"Hei Ka-Chi-ku~"

"Bisa tidak kau tak usah mengejanya Ruki-kun" Furuya memandang datar Ruki seraya memakan pocky miliknya. Dia duduk di sebelah Furuka yang masih memakan makanannya sementara Furuma sudah terlelap di meja makan

Ruki terkekeh kecil dia kemudian dengan sengaja mengambil satu batang pocky milik Furuya dan memakannya lalu memainkan ponsel miliknya

Furuya mendengus lalu mengambil satu batang lagi dan memakannya dengan pelan, sesekali pandangannya menyisir ke dapur untuk menghilangkan rasa bosannya

Ssreett

"Kak aku ke kamar dulu ya! Mau bocan nih~" ujar Furuka dengan wajah memelas, dia kemudian menyeret Furuma keluar dari dapur dan menaruhnya di sofa depan dan menghilang ke kamarnya

Furuya menghela nafas. Kenapa sih dia selalu saja ditinggal kedua adiknya jika sudah berurusan dengan Mukami satu ini?! Dia malah merasa sebal saat Mukami itu melemparkan tatapan tajam ke adiknya seolah mengatakan 'jangan ganggu kami'

Pft!

Furuya rasanya ingin tertawa jika Ruki sampai berani melakukan hal itu ke Furuka. Terakhir yang dia ingat adiknya itu telah membuat 15 preman kelas kakap babak belur dan bersujud minta ampun di kakinya. Preman yang seperti itu saja tak bisa menandangi kekuatan Furuka apalagi Ruki yang seorang diri?

Furuya menghela nafas lalu membaringkan kepalanya di meja mencoba untuk tidur disana sejenak. Namun pergerakan dari arah lain membuatnya susah untuk tidur

"Kachiku kita keluar yuk!" ajak Ruki tiba-tiba, Furuya hanya membuka satu matanya dan menjawab

"Males"

"Ayolah~"

"Nggak"

"Ayolah~~!!"

"Nggak"

"Kumohon~~"

"Berhenti melakukan itu"

"Kumohon Furuya~~" Furuya mengertakkan giginya sebal, rasanya ingin saja dia menampol muka Ruki yang memasang ekspresi memohon kepadanya terus menerus. Tapi berhubung Furuya anak baek jadi dia nggak ngelakuin

"Ck! Baiklah-baiklah! Kemana?!" serunya geram serta marah, walaupun terlahir santai dan pemalas dia juga masih memiliki emosi jika terus menurus diganggu

Ruki tersenyum senang lalu segera menarik tangan Furuya ke luar mansiom membuat Furuya mau tak mau harus berusaha menyeimbangkan langkahnya

"O-oi! Ruki-kun! Kita mau kemana?!" tanya Furuya kesal serta kelelahan. Hey ini belum ada 500 meter dan si Biru itu kelelahan? Sungguh sifat Shuu menurun bagus kepadanya

Ruki menoleh ke Furuya dia menarik tangan Furuya membuat Furuya terjungkal dan akhirnya menggendongnya ala pengantin masih dengan berlari

Furuya cengo untuk sesaat sebelum akhirnya dia mendongak "Mau kemana?!"

"Ke pe-la-mi-nan~"

"RUKI NO BAKA!!!!"

🐦🐦🐦

Hal yang Reiji dan Furuka takuti adalah hantu.
Tapi benarkah hantu bisa menyamar menjadi seseorang?

Furuka keluar dari kamarnya dengan wajah sayu, dia turun ke bawah untuk mengambil segelas air untuk menghilangkan dahaganya. Ini sudah tengah malam dan dia lupa mengisi gelas air di kamarnya yang membuatnya terpaksa turun

Kkrrrieett

Suara jendela yang dibuka membuat mata Furuka melebar, dia menatap sekitar dengan waspada seakan dia dalam keadaan darurat

Drap..Drap..Drap

Langkah kaki yang beraturan itu membuat nyali si pirang menciut. Dia takut jika itu bukan kakak ataupun adiknya melainkan hantu

Dengan tergesa Furuka mengambil air dan berlari pergi ke kamarnya. Segera menutup pintu dan masuk ke dalam lemari. Furuka menghela nafasnya

"Yokatta..."

Ssrekk
Ssreek
Drap...Drap...Drap
Ceklek

Furuka menelan salivanya susah payah, dia mendengar suara pinti kamarnya dibuka dan langkah kaki yang mendekat. Furuka menyembunyikan wajahnya di baju-baju miliknya. Keringat dingin sudah meluncur mulus di wajahnya

Drap

Langkahnya mendekat ke lemari membuat Furuka mengenggam kuat-kuat ujung bajunya seraya memejamkan matanya dan berdoa bahwa yang akan datang bukan lah hantu

Krekk..krekk

Furuka membeku ditempat saat gagang kunci memutar dan berusaha terbuka. Furuka semakin memojok ke sudut lemari berharap dirinya tak ditemukan oleh hantu itu

Krrieett

Furuka memejamkan matanya rapat-rapat saat pintu lemarinya terbuka, sepertinya ini adalah akhir seorang Sakamaki Furuka yang harus terbunuh di lemari, pintu dibuka lebar dan menampilkan sosok itu. Air matanya sudah mengalir ke pipinya karena ketakutan yang dia alami semakin besar dan besar sampai akhirnya













"Ruka? Kenapa menangis nak? Ayo keluar lah jangan disana terlalu lama" Furuka membuka matanya dan mendongak. Itu adalah Reiji yang menatapnya khawatir

Furuka berhambur ke pelukan Reiji dan menangis disana, tubuhnya sangat dingin dari suhu biasanya serta tubuhnya yang gemetar menahan takut sejak tadi

Reiji terdiam seraya mengelus pelan rambut anak tengahnya tersebut berusaha membuatnya tenang. Namun tiba-tiba tubuh Furuka menegang matanya membelalak melihat sosok di depannya yang baru saja keluar dari kamar seberang






















Itu....

Reiji...

🐦🐦🐦

Bagi Furuma belajar adalah permainannya setiap hari
Bagi orang lain dia seperti robot yang selalu menuruti aturan dimana pun


Furuma menutup buku biologi di hadapannya, dia mengucek matanya sejenak lalu menaruh kembali buku tersebut di rak dan berjalan keluar dari perpustakan

Dia bosan, semua buku yang ada di perpustakaan mansionnya telah dibaca semua dan tak ada hal menarik lain yang bisa dia kerjakan

Tidur? Dia masih cukup normal untuk tidur 7 jam, tidak seperti kakak sulungnya yang bisa tidur berapa jam yang dia inginkan

Bermain? Dia rasa dia sudah terlalu tua untuk bermain dan tak bertingkah konyol seperti kakak keduanya tersebut

Yany lain selalu berkata dia duplikat Reiji hanya saja dia gadis, dia tak menyangkal hal tersebut. Itu semua memang benar dia memang suka belajar dan bereksperimen seperti ibunya. Definisi hidupnya seperti milik Reiji berusaha menjadi nomor 1 walaupun dia tak bisa jika disuruh melawan Furuya yang jauh lebih pintar darinya atau seperti Furuka yang sangat ceria

Walaupun dia selalu menjadi nomor 2 dalam peringkat di kelasnya tapi Furuma tidak pernah dendam ke sang sulung karena jauh lebih unggul. Toh Furuya memang sangat pintar walau sifatnya sangat malas. Dia selalu menekan emosinya dan menjadi defensif persis seperti Reiji

Dia juga tak akan marah jika Reiji lalu mentigakan dirinya toh dia memang yang ketiga dalam keluarga tersebut. Furuma tak akan marah asalkan Reiji juga selalu di sampingnya dan memberinya kasih sayang itu sudah lebih dari cukup

Furuma membuka pintu kamarnya lalu masuk ke dalam segera tenggelam diantara boneka-boneka miliknya dan menatap jendela kamarnya

Dia sangat bosan semua keluarganya sedang pergi dan dia ditinggal sendirian di mansion besar tersebut. Furuma menghela nafasnya dia kemudian bangkit dan mengambil novel miliknya. Dipakainya kacamata baca miliknya dan mulai terlarut di kisah tersebut

[MALAM HARINYA]

Furuma turun ke bawah dengan seragam sekolah miliknya yang selalu rapi dan teratur. Itu dia lakukan karena dia tak mau citranya sebagai siswa teladan tercoreng

Dia melihat kedua kakaknya telah berada di makan dan sedang bercanda dengan Reiji dan Shuu. Yang paling semangat dianatar mereka adalah Furuka. Dia dengan binar kesenangan di matanya bercerita tentang banyak hal yamg sesekali ditanggapi oleh Furuya dan membuat kedua orang tua mereka tertawa kecil

Furuma menggeleng kecil lalu berjalan mendekat ke meja makan "Konbawa" sapanya lalu duduk di kurisnya

"Konbawa Ruma/Arum"

Setelahnya keadaan menjadi hening seolah dari tadi memang seperti ini. Di dalam hatinya Furuma mendengus kesal. Kenapa disaat tidak ada dirinya ke empat orang itu akan berbicara dan bercanda dengan leluasa? Tapi lihat saat dirinya datang keadaan menjadi hening dan sunyi

Furuka yang tak tahan dengan keheningan ini pun berdiri "Ma! Aku panggil yang lain dulu ya"

Reiji mengangguk sekali dan memberi Furuka pesan agar semuanya segera datang ke meja makan

Furuya masih berkutat dengan smatphone miliknya di hadapan Furuyaa ada Shuu sedang tertidur dan Reiji yang menutup matanya seperti memikirkan sesuatu

Tak lama kemudian semua anggota Sakamaki datang dan makan malam pun di mulai dengan tenang

****

Furuma menyandarkan punggungnya di loker baju miliknya kemudian menghela nafas. Kejadian di meja makan tadi masih membekas di ingatannya dan itu menbuat Furuma sedih

Dia merasa dirinya seperti produk gagal yang datang ke keluarga Sakamaki, dia terlalu kaku. Hidupnya terborgol oleh berbagai peraturan yang menyebabkan dirinya tak bisa bersosialisasi dan tak memiliki teman

Dia kemudian membuang nafasnya seraya menatap jendela disana. Irisnya menjadi gelap

Kalau memang dia produk gagal

Kenapa dia tak disingkirkan dari dulu saja?

"Horokade horokade tck, baka Imoutou"

Furuma menoleh dan mendapati Furuya yang tertidur di depan jendela, sebuah senyum mengejek terukir di bibirnya

"Jika kau sendiri mengangap dirimu produk gagal lantas bagaimana dengan orang lain? Tak usab jauh-jauh bagaimana dengan Furuya? Apa menurutmu Furuya sempurna?" pertanyaan Furuya mudah di jawab karena Furuma tahu bahwa kakaknya itu memang terlahir sempurna

"Kakak sempurna asal kakak tahu saja" jawabnya penuh percaya diri. Furuya hanya mendengus dan tertawa kecil

"Sempurna? Akan Furuya anggap itu ejekan"

Hening.

Furuma tak mengerti maksud perkataan Furuya tadi, kenapa dirinya malah menyulitkan situasi ini?

"Begini saja definisi produk gagal adalah dia cacat, apa ada dari dirimu yang cacat?" Furuya kembali mengajukan pertanyaan. Furuma menggeleng tubuhnya memang sempurna

"Ternyata kau belum tahu ceritanya ya" Furuya menggelengkan kepalanya lalu tertawa lecil

"Kau cacat"

Perkataan itu sontak membuat Furuma terkejut, dia tak percaya dirunya cacat. Memang dari dirinya apa yang cacat? Menurutnya semua baik-baik saja

"Hee? Ternyata Kaa-san belum cerita ke kau ya? Pantas saja jawabanmu salah semua" Furuya berdiri dan mendekat dengan wajah datar

"Jika kau menanggap dirinu produk gagal bagaimana dengan Furuya? Furuya hanya bisa bermalas-malasan bahkan Pr saja Ruki-kun yang melakukan atau bagaimana dengan Furuka? Dia selalu mencari soal ulangan di ruang guru saat akan ujian apakah itu tak termasuk produk gagal?"

Furuma menundukkan kepalanya saat 'fermono' kakaknya keluar dan mencekik habis udara disekitarnya. Furuma menggeleng "Tidak! Kalian masih jauh lebih sempurna kalian bukan produk gagal" perlahan air matanya menetes ke pipinya membuat Furuya tersenyum kecil

"Bicarakan dengan Kaa-san dan kau akan tahu jawabannya" Furuya pergi begitu saja dari sana meninggalkan Furuma yang terisak sendirian

Dia terlalu kejam? Itu sudah sifatnya dari dulu

Dia terlalu penuntut? Tentu tidak

Furuya melakukan itu semata-mata tak ingin kejadian saat dirinya masih kecil terulang kembali. Mengangap dirinya aib saat datang di keluarga Sakamaki

Tapi cerita seperti itu seharusnya memiliki bukunya sendiri





Banner by: AgataAbhipraya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro