🍁 19 | Ancaman Publik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hehe ^^

Berusaha konsisten itu susah, guys. Yang enak ngayal doang.

Lo nggak perlu macem-macem jadi cewe. Cukup jadi diri lo sendiri doang. Awas aja kalau lo bertingkah. Gue bisa tahu lo lagi ngapain.

Vanilla mengerutkan dahinya, ini ceritanya dia lagi dapat surat ancaman, begitu?

Aneh banget, penghuni Bumi sekarang. Gadis merobek kertas tersebut dan mengambil pulpen Cassandra yang ada di belakang mejanya, menulis ejaan kata di sana. Lalu, menyimpannya kembali ke dalam laci. Vanilla mempunyai firasat kalau pengirimnya akan kembali lagi.

GuE Nggak TaKut SaMa Lo. MaJu SiNi.

Vanilla menulis deretan tersebut. Bukankah Areliano sudah mengatakan untuk melakukan apapun yang dia mau? Kalau begitu, Vanilla rasa dia perlu bertemu dengan pengirim surat ini secara langsung.

"Loh, Vanie? Lo dateng? Gue kira lo bakalan izin."

Gadis itu langsung berbalik, Cassandra datang dengan setumpuk buku tulis di dalam dekapannya. "Habis ketemu Sir Tom, dia minta untuk dibawa duluan buku tugasnya." Gadis yang menjadi kembaran Alessandra itu menjelaskan saat melihat reaksi bingung dari Vanilla.

"Oh. Gue tadi nyaris nggak bisa bangun. Kemarin diajak Kak Lian jalan-jalan."

"Tumben, biasanya, kan, hari Sabtu Minggu ngajak lo keluar bareng pacarnya." timpal Cassandra yang sudah mengambil tempat di bangkunya. Guru yang bersangkutan belum masuk.

"Gue kemarin ketemu Bang Jake," ucap Vanilla yang langsung mendapatkan dua pasang tatapan mata yang tajam.

Alessandra langsung melepaskan ponsel dari tangan dan memusatkan atensinya kepada gadis yang telah dekat dengannya selama lima tahun, “Lo baik-baik aja, kan? Ada yang luka? Dia nggak tampar lo lagi, kan? Kalau beneran ada, Cassie, lo maju cepat lawan kakek lampir satu itu.”

Cassandra menatap adiknya kebingungan lalu melotot, “Kirain lo yang bakalan tampar balek orang kek gitu. Gue side-kick juga mampus tuh orang.”

“Chill, guys. Bang Jake nggak buat apa-apa, deh. Ada Kak Lisa di sana, Revan juga ikutan sama aku pulang.”

“Omong-omong tentang Revan, tuh orang kapan minggat dari rumah lo?” tanya Alessandra yang tiba-tiba kepo dengan kehidupan pemuda tersebut.

Vanilla memberikan senyumannya dengan lebar setelah memikirkan jawaban tersebut.

“Hari ini.”

“Jadi, ini Park Hyungwoo yang kemarin ikut pertukaran pelajar itu?”

Cassandra dengan tatapan menyelidiknya melihat seluruh bagian tubuh pemuda berdarah Korea itu.

"Hai," kata pemuda yang dilihatin oleh dua orang berwajah sama bergantian.

"Jinjja hanguk saramiyeyo?" tanya Alessandra yang telah berbinar senang ketika melihat Hyungwoo mengangguk kepalanya. Berbeda dengan Cassandra yang telah menghembuskan napas seolah mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini.

"Chinguhae boja!"

Hyungwoo mengangguk dan tertawa pelan, "Urineun chingu."

"Alamak, bukor bakalan terus ngomong bahasa alien setelah ini." bisik Farrel sembari menyeruput kuah mie ayam yang dibeli dari kantin sekolah. Vanilla dan Alvaro yang memang duduk berdekatan dengan anak kelas sepuluh itu terkekeh geli.

"Maklum, Aless memang fangirl sejati. Sampai pengen bangte dapat cowo berdarah Korea." Balas Vanilla dengan pelan sembari mengambil roti selai coklat yang menjadi bekalnya dari Elina tadi pagi.

Alvaro mengangguk paham, melihat dua kakak kelas di sampingnya sudah akrab dengan cepat, meninggalkan Cassandra memasang wajah jutek berlalu ke antrian kantin tanpa bersuara. Ternyata tidak buruk juga berbagi meja dengan para gadis.

Alvaro, Farrel, dan Hyungwoo tidak kebagian kursi. Akarsana yang memang bersama ketiga gadis tersebut langsung mengayunkan tangannya supaya ketiganya bisa duduk untuk makan.

Vanilla baru saja akan menggigit roti tersebut. Namun, makanan di tangannya segera ditarik ke atas dari belakang dan semangkuk mie sop di depannya. Gadis itu langsung membalikkan badannya dan terkejut melihat dalang dari semua ini.

"Van ...," kata Vanilla dengan pelan.

Revan yang berdiri di belakangnya melihat gadis yang duduk itu dengan tatapan tajam, tetapi entah kenapa baik Vanilla maupun Revan tidak risih dengan suasana sekarang, "Lo nggak makan nasi goreng buatan Tante Lina tadi pagi, kan? Memang sudah habis sih, jatah terakhir punya Bang Jovan. Lo emang nggak punya penyakit maag tapi, lo bisa aja kelaparan kalau makan roti terus dari pagi. Makan mie aja."

"Rotinya," ujar Vanilla sambil menunjuk hasil adonan tepung tersebut.

"Buat gue aja. Lo cepat makan mie-nya, bentar lagi bel masuk."

Ketua OSIS itu memilih untuk berdiri di belakang gadis tersebut sampai pada tiga suap mie masuk ke dalam lambungnya. Dia berucap, "Makannya yang bener. Gue duluan ke Ruang OSIS, si Rangga tadi nitip kaleng kopi. Untuk lo, teh botol aja."

Pemuda penyandang nama belakang Ivander itu langsung meninggalkan kantin dan sungguh berjalan ke Ruang OSIS tanpa menghiraukan tatapan dari banyak pasang mata yang terasa dicuekin dari tadi. Vanilla masih sibuk menelan porsi makanannya, diam-diam dia tersenyum saat melihat tidak ada daun sop di dalam mangkuk tersebut.

Biasanya selalu ada dan Vanilla bekerja ekstra untuk menyingkirkan seluruh daun sop yang telah melemas di dalam mangkuk.

"Itu tadi Bang Revan? Serius, Revan Dimas Ivander yang selalu menjauhi cewe?" tanya Farrel yang berucap dengan sendok penuh dengan kubangan kuah dan potongan daging sembari melihat pintu masuk yang dilalui Revan.

"Dia kesambet apa sampai perhatian sama cewe?" tanya Alvaro yang menimpal juga ikut terpaku melihat pintu masuk dengan tatapan bengong.

"Halah, bilang aja ditolak, nyatanya perhatian." Cibir Akarsana sembari sibuk menyemil kue putu di tangannya dan membaginya kepada Hyungwoo yang menerima dengan senang hati di sebelahnya. Karena, Akarsana itu selalu mencari ribut dengannya.

"Denial aja terus, sampai Vanilla kalau ketemu yang lebih baik. Jangan nangis." sambung Cassandra yang sudah balik dari kantin, dia sempat melihat situasinya secara live.

Alessandra yang sudah membuka ponsel langsung berteriak heboh, "Aedeula, igeon bwa!"

Hyungwoo yang paham, langsung mencondongkan dirinya. Berbeda dengan lainnya yang sudah jengah. Alessandra yang peka duluan hanya cengengesan, "Lihat. Duo Van masuk ke dalam base sekolah."

Akarsana duluan merampas ponsel di tangan Alessandra, belum membaca sudah menghilang dari tangannya dan berpindah ke tangan oknum yang bersangkutan tersisa di kantin. Sepasang mata itu terus bergulir melihat post dari anonym.

Keyra_102: "Itu pacarnya?"

Liana_23: "Aku ada di kantin saat foto itu diambil. Revan menukarkan makanannya dengan gadis tersebut."

Dina_Di2: "Itu, kan, gadis cuek yang ketus kemarin itu yang jerit masalah air panas, kan? Aku mengenali wajahnya."

Nana_Moon: "Apakah mereka pacaran? Kurasa mereka tidak ada cocok-cocoknya."

Beverlyyyyy__: "Yang penasaran, gadis itu bernama Vanilla Fransisca Huang, anak kelas sebelas Sosial 2. Dia itu sekelas denganku dan tidak ada bagus-bagusnya bersama kebanggaan kita."

Alexa_Olive: "Ini adminnya mana, woi? SEGERA TAKEDOWN POSTINGAN INI SEBELUM AKUNNYA AKU HAPUS DARI ALAM SEMESTA!"

MarcusArdiyanto08: "Si Revan bikin gaduh lagi, nih."

"Less, ih, hapus komenannya cepat." Vanilla langsung memekik kesal saat melihat komen temannya.

"Biarin aja kali, Van. Kalau dalam lima menit nggak di-takedown. Beneran aku hapus akunnya, dan sekalian mencari tahu anonim satu itu." Alessandra mengantongi ponsel kembali, tatapannya menyalang geram. Dia tidak mungkin membiarkan sahabatnya dicaci maki setelah ini. Walaupun, mereka bukan tinggal di drama Korea yang selama ini dia tonton. Berhadapan dengan Revan, bukanlah hal yang bagus.

"Gue setuju kali ini dengan Aless. Kalau nggak digituin, mereka bakalan meraja rela, Vanie. Lo yang bakalan kena imbasnya. Si Revan sih bakalan sehat sentosa, lo-nya kalau masuk ICU yang bikin panik." timpal Cassandra dengan mutlak membuat Vanilla menarik napasnya dengan pasrah, apalagi saat keempat laki-laki di sana semuanya ikut mengangguk menyetujui perkataan kembar Andra tersebut.

Tanpa mereka sadari, seseorang yang berada duduk berselang tiga meja menatap Vanilla dengan bengis, spaghetti di piringnya menjadi rusak begitu saja karena ditusuk-tusuk oleh garpu di tangannya.

"Awas lo, virus." 

To Be Continue

Ayo dibaca, dicomment sepuas kalian.

Aku gak pernah ngelarang kalian untuk comment, justru dengan kalian comment, aku merasa diapresiasi.

Ya, emang sesederhana itu kebahagiaan.

See ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro