Chapter 10 : The Agartha

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Setelah melewati berbagai rintangan seperti jalanan dengan batu terjal, hutan belantara, dan sungai yang deras, akhirnya mereka sampai di tujuan yang tertera di peta. Tidak ada mesin, persis seperti yang mereka-khususnya 9S-harapkan.

"Kau yakin ini tempatnya?" tanya 2B ragu-ragu.

"Ini yang dikatakan peta," balas 3F.

Mereka berada di sebuah mulut gua. Tempat itu memiliki celah yang cukup lebar dan suasana yang gelap.

"Pod, pindai area sekitar," perintah 3F.

Pod 315 mulai memindai area sekitar sampai masuk ke dalam gua. Hal itu memakan waktu 15 menit.

"Hasil: tidak ada tanda kehidupan dalam radius 500 meter. Terdapat struktur buatan dari besi sejauh 20 meter dari mulut gua. Suhu: ...."

"Cukup," potong 3F.

"Struktur buatan? Mungkinkah ...," tanya 9S dengan nada menggantung.

Mereka berdua-3F dan 2B yang menggendong 9S-memasuki gua tersebut. Tempat itu gelap dan lembap. Banyak stalaktit dan stalagmit yang mencuat dari atas dan bawah dinding gua. Sesekali kelelawar terbang di atas mereka karena terganggu oleh suara langkah kaki atau lampu para Pod. Setiap langkah mereka bergema di dalam sana, sesekali terdengar suara seperti raungan yang merupakan suara pantulan angin.

Gua, mengingatkan 2B dan 9S saat menemukan kerangka anak kecil untuk pertama kalinya.

Mereka terus melangkah sampai menemui stuktur yang berbeda dari dinding gua yang sebelumnya. Struktur yang berbeda itu berada di dalam sebuah lubang di ujung gua.

"Ini buatan," ujar 3F sambil meraba dinding gua yang berbeda itu.

Dinding-dinding gua itu ditopang oleh tiang-tiang kayu setiap tiga meter sekali. Sarang laba-laba terlihat di antara dinding gua dan tiang tersebut. Perjalanan mereka terhenti saat jalan bercabang menjadi tiga, kiri, kanan, dan depan.

"Menurut kalian ke arah mana?" tanya 3F.

"Lebih baik lurus saja, kita tidak tahu jalur-jalur ini akan membawa kita kemana," usul 2B.

Mereka terus berjalan. Suasana terlalu tenang sampai membuat 9S gelisah. Takut sesuatu datang menyerang di area sempit seperti ini dan hanya dia yang tidak bisa bertarung langsung. Di tempat sesempit ini, jarak pemindaian Pod juga ikut berkurang.

Suara derap langkah kaki bergema di seluruh tempat, tidak diketahui berapa orang dan jaraknya.

Sensor para Pod baru berfungsi. "Peringatan : kehidupan organik terdeteksi-"

"Jangan-jangan ...."

Cahaya yang menyilaukan menerpa mereka, sehingga mereka berhenti persis di tengah persimpangan lainnya. Tembakan datang bersahutan.

"Pod! Mode bertahan!" perintah 2B, 3F dan 9S bersamaan.

Para Pod membuat perisai energi di sekeliling mereka yang melindungi dari empat arah tembakan.

"Tahan tembakan!" teriak 3F yang kalah dengan suara desingan peluru. "Kami datang dengan damai!"

Tembakan itu terus terdengar membuat mereka semakin panik.

"Haruskah kita menyerang balik? Kita tak bisa bertahan seperti ini terus," usul 2B yang ditanggapi gelengan oleh 3F.

"Kita kesini bukan untuk bertarung," timpal 3F.

Mereka terus bertahan. Membuat diri mereka sekecil mungkin dengan cara meringkuk dan menutup telinga, berharap semua ini akan segera berakhir. Menit berikutnya suara tembakan semakin berkurang karena pada akhirnya para penembak itu sadar perisai Pod tidak bisa tertembus dengan mudah.

Sebuah benda menggelinding ke arah mereka. Benda itu berbunyi kemudian melepaskan gelombang elektromagnetik. Perisai Pod mendadak tidak aktif dan mereka terjatuh, kesadaran para Android pun perlahan menghilang.

...

Ruangan yang lembap dan temaram. Para Android terkekang di dinding tanpa bisa bergerak. Pod mereka tidak ada untuk menolong.

Kesadaran 3F perlahan mulai pulih. Suara gemerincing rantai yang mengikat lengan dan kakinya membuat 2B dan 9S perlahan sadar.

"Hei! Lepaskan kami!" teriak 3F meronta-ronta.

Di depan mereka ada seorang pria yang sedang mengotak-atik sesuatu. Para Pod! Mereka terkurung di sebuah tabung kaca.

"Oh, sudah sadar rupanya," ujar pria itu.

"Siapa kau? Dimana kami? Kembalikan Pod kami!" tanya 3F bertubi-tubi.

"Tenanglah, sayang, kau sangat berisik untuk ukuran sebuah mesin," jawab pria itu menggoda.

Pria itu bicara lagi. "Pertama yang harus kuucapkan adalah: Selamat datang di Agartha," katanya sambil merentangkan tangannya. "Kedua, harus kukatakan kalian adalah mesin yang unik."

"Kami bukan mesin yang kau kira," bantah 9S berapi-api.

"Ya, ya, terserah," jawab pria itu tak acuh.

Seseorang datang memasuki ruangan tersebut. Tubuhnya besar dan tegap, rambutnya dicukur ala tentara dan sorot matanya mengintimidasi.

"Ketua ingin bertemu dengan mereka," ucap si pria besar.

"Tidak bisakah aku bermain bersama lebih lama dengan mereka?" Pertanyaan itu tidak mendapat jawaban melainkan sebuah tatapan menakutkan.

"Baiklah, baiklah, lakukan sesukamu," ujar si pria pada akhirnya.

"Hei, kemana kau akan membawa kami?! Kami tak akan keman pun tanpa Pod kami!" teriak 3F.

"Diamlah, dan terus jalan!" bentaknya.

"Mainan kecil kalian akan aku urus dulu."

2B dan 3F dirantai seperti tahanan sementara 9S diangkut seperti karung beras di bahu si pria besar dan dibawa ke sebuah tempat. Sepanjang perjalanan, mereka disuguhkan dengan lorong-lorong dan pencahayaan temaram dari obor yang dipasang di setiap tiang penyangga. Beberapa kali mereka melewati belokan dan ruangan yang sangat luas sampai akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan.

Di ruangan itu, seseorang sudah menunggu mereka di balik sebuah meja. Seorang pria bertubuh besar berbalik menghadap mereka. "Selamat datang di Agartha," sambutnya.

"Apa yang akan kau lakukan pada kami?" tanya 3F penuh amarah.

"Ups, maaf atas perlakuan tidak menyenangkan ini," ujar si pria pura-pura bersalah.

Si pria memberi isyarat pada orang yang membawa para Android untuk melepas tali yang mengikat. Wajahnya nampak serius sebelum melontarkan pertanyaan. " Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan di tempat kami?"

"Kami adalah YoRHa," jawab 9S. "Kami kesini untuk bekerja sama dengan kalian untuk memusnahkan para mesin."

"Hmm, menarik. Tapi aku butuh bukti."

"Kami bisa memberimu bukti, kami bisa menghubungkanmu dengan komandan tapi tidak tanpa Pod kami." 2B bersuara.

"Pod? Apa pun itu, profesor pasti sedang bermain dengan mereka."

"Jangan apa-apakan mereka!" sahut 9S.

Si pria mengisyaratkan untuk memanggil orang yang dipanggil profesor itu. Selang beberapa lama orang yang dimaksud pun muncul. Orang pertama yang para Android temui ketika sadar.

"Mereka sangat mengesankan," kata profesor memuji para Pod yang langsung melayang ke pemilik masing-masing.

"Sekarang kalian bisa menghubunginya."

Pod 315 mencoba terhubung dengan Bunker tapi sinyalnya tidak mendukung sehingga beberapa kali terputus.

"Sepertinya dinding-dinding disini menghalangi sinyal kami," keluh 3F.

"Prof," si pria memberi isyarat pada profesor untuk melakukan sesuatu. Si profesor kemudian pergi untuk mengurus sesuatu.

"Betapa tidak sopannya aku. Aku belum memperkenalkan diri," kata si pria basa-basi. "Aku Fritz, pemimpin tempat ini. Pertahanan terakhir umat manusia menghadapi para mesin."

Profesor akhirnya kembali. "Aku sudah memperkuat sinyalnya, tapi kita tetap harus pergi ke tempat yang lebih luas dari ini."

"Kalau begitu, ayo ke sana." Fritz mengajak mereka ke suatu tempat. Melewati lorong-lorong, berbelok, sampai akhirnya mereka tiba di suatu tempat.

Tempat itu seperti ruangan tengah sebuah gua, luas dan melengkung ke atas seperti kubah. Cahaya matahari dapat langsung menembus dan jatuh tepat di atas sebuah kolam yang beisikan teratai dan ikan-ikan.

"Sambungkan," perintah Fritz.

Ketiga Android itu saling bertatapan, seolah bertelepati. 3F akhirnya mengganguk.

"Pod, sambungkan dengan Bunker," perintah 3F.

Pod 315 menyambung ke Bunker dan akhirnya terhubung setelah beberapa kali terputus.

"Di sini Operator 11O. Lagi-lagi kau telat memberi status, 3F," keluh 11O.

"Ini bukan saat yang tepat, Operator. Kami ingin bicara dengan Komandan."

"Baik-baik, tunggu sebentar." Operator 11O menyambungkan, tak lama kemudian wajah Komandan muncul.

"Ada apa, 3F?" tanya Komandan langsung pada intinya.

"Ada yang ingin berbicara denganmu, Komandan."

"Siapa?"

"Aku," sela Fritz. Mereka berdua langsung bertatap muka. Wajah komandan menampakkan raut terkejut sekaligus senang.

Komandan sangat antusias. Mereka berbicara banyak hal dan sampailah pada sesuatu yang sangat dinanti. Kesepakatan terjadi. Agartha akan bergabung bersama YoRHa untuk melawan para mesin, kabar baiknya lagi, Fritz akan menghubungi para sekutu untuk membantu.

-oOo-

Author's Note

Sudah lama tidak update. Mohon maaf bila ada penurunan kualitas cerita dan alur yang dirasa terlalu cepat.

Have a nice day!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro