ebook

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku cuma mau mengumumkan...

Si Monyet dan Babang Singa udah ada di playstore yaaa...

Buat kalian yang mau ebooknya, boleh dicek hehe

Permintaan aku cuma satu...

Sayangi mereka dgn cara mengadopsi mereka lewat platform resmi ya.. Sekalian membantu aku supaya aku bisa jadi crazy rich kayak Nina *eh

Nggak deng, kalimat terakhir aku becanda kok. Biar nggak serius serius amat hihihi

Oke, sebagai penutup yang manis untuk kisah dua sejoli kita yang cuma agak timpang ini, enjoy my last last last extra part, khusus buat kalian, pembaca setia dan pendukung aku di wattpad. This is for you 😘

***

Bandara hari ini cukup ramai. Ada satu-dua penerbangan yang mendarat dalam waktu bersamaan dengan kami.

Aku menarik koperku dan berjalan di sebelah Terry, sembari mengecek ponsel.

Bagas sudah sampai, baguslah.

"Lo pulang bareng gue?" tanyaku pada Terry.

"Nggak, gue dijemput."

"Dijemput?" ulangku, mendadak bodoh.

Nggak mungkin Terry dijemput dia, kan?

"Iya. Nina jemput gue. Gitu-gitu dia punya SIM, lho. Cuma belum sanggup beli mobilnya aja. Gue pernah nawarin dia buat bantu DP, tapi dia malah marah sama gue," cerita Terry sambil tertawa. "Pusing gue punya adek kayak dia. Belagu. Harga dirinya selangit. Kelihatannya doang iya, manut-manut. Aslinya, behhh.."

"Oh..."

"Coba kalau dia matre. Gampang lo deketinnya."

Justru karena aku tahu dia tidak matre, aku semakin kagum dengannya.

"Sial."

Terry terbahak.

"Lo udah dijemput? Ketemu Nina dulu ya. Kenalan. Siapa tahu bisa temenan. Kan lumayan."

"Sekarang?"

"Iya, sekarang. Masa tahun depan? Eh, itu anaknya."

Mataku otomatis mengikuti arah pandang Terry, dan menemukan sosok itu.

Saat Terry bilang kalau kembarannya mungil, aku tidak pernah menyangka dia semungil ini.

Kulitnya putih, hampir sama dengan Terry. Tingginya ... Aku bahkan tidak yakin ujung kepalanya menyentuh bahuku.

Bagaimana bisa Terry yang nyaris setinggi aku, punya kembaran semungil ini?

Rambutnya pendek sebahu, dengan poni yang membuatnya tampak seperti anak sekolah. Dia memakai sweater kedodoran, membuatnya kelihatan semakin mungil.

Wajahnya mendongak, menatapku bingung.

Dan matanya yang bulat dan jernih menatapku penasaran, tanpa ragu dan tanpa malu-malu.
Ini sesuatu yang jarang kutemukan pada manusia lain yang berhadapan denganku.

Kalau aku belum bilang aku telanjur menyukainya sebelum hari ini, aku akan berkata aku jatuh cinta padanya hari ini.

She's gorgeous.

Aku mengulurkan tanganku padanya dan menyebutkan namaku dengan suara parau.

Sial.

I really like her.

Dia menyambut tanganku, dan menyebut namanya.

"Nina..."

Hanya satu kata, namun jantungku langsung berulah.

Sial, aku akan sangat beruntung jika bisa berteman dengannya.

Karena aku tidak yakin aku bisa bersikap normal di depannya.

Bagaimana kalau aku justru membuatnya takut?

Satu tepukan pelan di bahuku membuatku sadar, dan menoleh. Terry tersenyum padaku, seakan berkata, santai saja. Let it flow.

Aku mengangguk, dan kami berpisah.

Aku menatap punggung Terry dan Nina yang beriringan menjauh, dan menghela nafas panjang.

Let it flow.

Biar apa yang terjadi, terjadilah.

Jika kami bisa bertemu lagi...

Jika kami bisa berteman...

Berteman saja, aku tidak minta muluk-muluk. Hanya berteman pun ...

I'll be the happiest man alive.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro