|| Epilog ||

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa tahun kemudian.

Seorang perempuan yang kini tengah dirias wajahnya oleh MUA tersenyum sembari memandangi cerminan dirinya di sebuah cermin besar yang berhadap dengannya. Perempuan itu tidak bisa berhenti menahan senyumnya terkembang, mengingat hari ini ialah hari paling bahagia di sepanjang hidupnya.

Tepat di usianya yang ke 23 tahun, ia telah dilamar. Pada hari inilah, segala wacana mengenai pernikahan akan dilaksanakan. Siapa sangka, bila ia akan tiba di tahap ini dengan begitu cepat? Tidak ada yang bisa menyangkanya. Biarlah kehendak Sang Semesta berjalan dengan semestinya.

Suara pintu yang berdecit kala bersentuhan langsung dengan lantai, membuat aktivitas sang perias wajah berhenti. Semua orang yang ada di ruangan itu, tak terkecuali perempuan yang tengah dirias wajahnya itu menoleh ke sumber suara.

"Fira!" pekik seseorang yang baru masuk itu. Ia dengan segera berlari, dan memeluk perempuan yang wajahnya hampir sempurna dipolesi make up.

"Ya ampun, Fir. Aku kangen banget sama kamu," ucap orang itu.

"Ada-ada aja, deh, Let. Kita baru aja ketemuan 2 hari yang lalu, masa udah kangen aja?"

Leta mengerucutkan bibirnya. "Emangnya gak boleh, ya, kalau aku kangen sama sahabat sendiri?"

"Ya, boleh, dong. Sini-sini peluk lagi."

Fira merentangkan kedua tangannya, kemudian Leta berhamburan ke arahnya, melingkarkan kedua tangannya, khas berpelukan.

"Aku gak nyangka, ya, hari ini bakalan tiba. Doa aku selalu sama, Fir. Semoga, pesta ini akan selalu terkenang, di saat-saat kalian menikmati waktu bersama."

Fira mengaminkan ucapan Leta di dalam hatinya. Perempuan itu benar-benar beruntung memiliki sosok Leta di kehidupannya.

Keduanya masih berpelukan, hingga suara decitan pintu kembali terdengar.

"Aku cariin kemana-mana, ternyata kamu di sini," ujar seorang lelaki yang baru masuk.

"Ih, tenang aja, Sel. Leta gak bakal menghilang, kok. Jangan panik gitu," ledek Fira.

Leta yang melihat raut kekhawatiran di wajah Ansel, mendekat ke arah lelaki itu, dan memeluknya.

"Aku gak dimana-mana, adanya di hati kamu, kok."

Ansel menjitak jidat mulus Leta. "Gembel banget, sih."

Leta mengaduh, ketika jitakan itu berhasil mendarat di jidatnya. Perempuan itu memukul lengan Ansel.

Melihat tingkah keduanya, Fira tersenyum geli. Ada-ada saja tingkah pasangan itu. Ngomong-ngomong, Ansel dan Leta, ialah pasangan suami-istri baru yang perlu kalian ketahui. Bisa dibilang, ini adalah hal yang mengagetkan. Keduanya yang sebelumnya hanya mengenal satu sama lain, dengan sekadar nama saja, kini merajut jalinan pernikahan yang begitu erat.

Semua bermula ketika Leta yang terlambat mengetahui perihal tuduhan Ansel, dan kemudian dari sana, Leta selalu berupaya membalas dendam kepada Ansel. Perempuan itu dendam karena Ansel telah membuat sahabatnya menderita. Namun, tujuan utama pembalasan dendam itu berubah haluan ketika keduanya sama-sama dihampiri oleh cinta.

2 bulan yang lalu, keduanya pun resmi menikah tanpa adanya suatu desakan dari pihak keluarga. Mereka saling mencintai. Dan, benar bahwa cinta datang tanpa bisa kita duga.

"Mempelai wanita, apakah sudah selesai dirias?"

Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar, membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut.

"Sudah, Bu."

"Mari, ikuti saya. Pestanya akan segera dimulai, dan tamu-tamunya akan segera datang."

Fira bangkit dari kursinya, kemudian dengan perlahan ia berjalan. Di belakangnya, ada Leta yang sigap membantu Fira memegang ekor gaunnya yang begitu panjang. Mereka berjalan keluar ruangan, hingga tak jauh dari sana, Fira dapat melihat sosok lelaki idamannya, yang sudah berubah status menjadi suaminya itu.

Lelaki itu ialah Eriko Widanael.

TAMAT.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro