|| Part 6 ||

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Happy reading ✨

Hari Minggu yang sungguh menyenangkan. Hari dimana semua insan dapat beristirahat total dari kegiatan sekolah, dan bekerja. Hari menyenangkan itu juga turut dirasakan oleh Fira. Meski kafe tempat dirinya bekerja masih buka, yang menandakan ia tetap harus masuk kerja, setidaknya paginya kali ini kosong karena tidak ada jadwal kuliah.

Pagi-pagi sekali, di saat matahari baru saja menunjukkan dirinya, Fira sudah terlihat begitu rapi. Dengan balutan kaus berwarna merah muda, dan celana joger berwarna putih, gadis itu sepertinya sudah siap untuk melalukan aktivitas rutin setiap minggunya, yaitu lari pagi. Fira memasangkan sneakers berwarna putihnya, kemudian dengan telaten mengikat tali sepatunya.

Setelah selesai mengikat tali sepatunya, Fira lalu mengambil sling bag kecilnya yang hanya memuat sebuah ponsel dan dompet mini. Tak lupa, sebuah topi berwarna merah muda ikut menyempurnakan penampilan paginya untuk berolahraga.

Fira menutup pintu rumahnya, kemudian mulai berlari kecil keluar dari pekarangan rumahnya. Fira berlari mengelilingi kompleks perumahannya. Biasanya, Fira juga mengelilingi kompleks sebelah, yang jaraknya tak begitu jauh dari kompleks perumahannya.

Saat berlari, Fira tidak sengaja menangkap tatapan sinis dari para tetangganya yang kebanyakan ialah wanita berusia 40an tahun. Tidak biasanya, mereka menatap sinis seperti itu. Biasanya, mereka selalu tersenyum kepada Fira, mengingat Fira adalah seorang gadis yang begitu ramah.

Fira tidak ambil pusing dengan semua itu. Ia melanjutkan lari paginya mengelilingi kompleks. Setelah lelah berlari, Fira tidak lupa untuk mampir di warung nasi goreng langganannya. Pemiliknya ialah Pak Harto, yang mempunyai sifat yang ramah kepada pembeli.

"Selamat pagi, Pak Harto," sapa Fira kepada Pak Harto yang tengah duduk sembari menonton televisi kecil yang ada di warungnya.

"Eh, Neng Fira. Selamat pagi juga, Neng," sapa Pak Harto kembali dengan begitu ramahnya.

"Beli nasi gorengnya 1 bungkus ya, Pak."

"Siap, Neng. 1 bungkus nasi goreng, dengan telur setengah matang, dan kerupuk dibanyakin. Betul kan, Neng?" tanya Pak Harto seolah sudah hapal betul dengan pesanan dari Fira, langganannya itu.

Fira mengangguk sambil tersenyum.

"Oke, tunggu sebentar ya, Neng. Biar bapak bikinin dulu."

"Siap, Pak."

Fira lalu duduk di kursi, sembari menunggu Pak Harto membuatkan pesanannya.

"Oh iya, Neng. Bapak mau tanya sesuatu hal, boleh?"

Fira mengangguk. "Tanya apa, Pak?"

"Itu, semalam Bapak gak sengaja lewat depan rumah Neng Fira jam 10 malam, trus lihat Neng Fira diantarin balik sama lelaki. Lelaki itu siapa, Neng?"

"Oh, itu namanya Eriko. Dia teman saya, Pak. Memangnya, ada apa, ya?"

Pak Harto menggeleng. "Enggak apa-apa, kok. Bapak cuma penasaran aja. Oh iya, Neng, saran Bapak ya, jangan sering-sering pulang malam dengan seorang lelaki. Takutnya nanti timbul prasangka buruk dari tetangga-tetangga."

Fira mengangguk mengerti. "Iya, Pak. Terima kasih untuk selalu ingatin. Tapi, Eriko cuma antarin saya balik ke rumah aja sih, Pak."

"Ya, Bapak tahu. Bapak yakin, Neng Fira itu anak baik-baik. Hanya saja, kita tidak tahu apa yang ada di pikiran orang lain. Betul tidak, Neng?" tanya Pak Harto sembari memindahkan nasi goreng yang sudah matang ke atas kertas nasi yang sudah ia siapkan.

"Betul, Pak. Lain kali, saya nggak akan lagi mau diantarin pulang sama cowok deh, takutnya timbul pikiran negatif seperti apa yang Bapak bicarakan."

"Bagus lah, Neng, kalau begitu. Oh iya, ini nasi gorengnya udah siap." Pak Harto lalu memberikan kantong plastik berisi nasi goreng kepada Fira.

"Lima belas ribu kan, Pak? Ini uangnya."

"Terima kasih ya, Neng."

"Terima kasih kembali, Pak. Kalau begitu, saya pamit dulu ya, Pak," ucap Fira berpamitan.

"Iya, Neng, hati-hati."

Sepeninggal Fira, Pak Harto lalu membersihkan wajan bekas memasak tadi.

"Semoga aja neng Fira aman-aman saja."

■■■

Fira kembali berlari kecil untuk pulang ke rumahnya. Jarak dari warung nasi goreng Pak Harto ke rumahnya hanya sekitar beberapa ratus meter, sehingga tidaklah terlalu jauh. Selagi berlari, Fira menebarkan senyuman kepada para tetangga-tetangganya. Mereka masih saja menebarkan tatapan sinis. Fira semakin heran dibuatnya.

Fira menghentikan kegiatan lari kecilnya. Samar-samar, ia mendengar bisikan kecil yang dilontarkan oleh ibu-ibu yang menjadi tetangga di dekat rumahnya.

"Anak gadis zaman sekarang ya, gak bisa jaga attitude. Masa iya, pulangnya udah hampir tengah malam, habis ngapain itu?"

"Ya, paling habis kelayapan, namanya juga anak zaman now, Bu."

"Tapi, sumpah deh, ya, saya itu paling muak lihat anak-anak yang kerjaannya kelayapan mulu, trus pulangnya tengah malam. Apalagi, kalau dia berani bawa teman lawan jenisnya untuk ke rumah. Ih, itu bisa mencemarkan nama baik kompleks kita."

'Apa yang sedang mereka bicarakan? Pulang malam? Bawa teman lawan jenis? Apa mereka lagi bicarain aku?' batin Fira. Gadis itu mengedikkan bahunya, kemudian mengacuhkan bisikan-bisikan gosip itu.

Toh, dia pulang malam bukannya karena kelayapan, melainkan untuk mencari puing-puing rupiah. Dia juga tidak membawa teman lawan jenis ke rumah. Untuk urusan Eriko, lelaki itu hanya mengantarnya saja sampai di depan rumah, tidak sampai masuk ke dalam.

Terkadang, Fira heran dengan mulut ibu-ibu yang suka menggosipkan orang lain, memangnya mereka tidak mempunyai keluarga untuk mereka urus?

Fira berjalan masuk ke dalam rumahnya, memilih untuk mengenyangkan perutnya dengan nasi goreng kesukaannya, dibanding harus mengenyangkan telinganya dengan mendengar gosip-gosip itu.

Saat tengah memasukkan nasi goreng ke mulutnya, tiba-tiba Fira teringat akan ucapan Pak Harto tadi. Apa ucapan Pak Harto berkaitan dengan gosip tadi? Apa ucapannya mengingatkan Fira agar Fira terhindar dari segala bentuk gosip yang timbul?

Jika iya, maka sepertinya Fira harus lebih menjaga nama baiknya. Ia tidak boleh membiarkan Eriko untuk mengantarnya pulang lagi, terlebih saat malam menjelang. Ia tidak mau, ada gosip tidak baik tentang dirinya. Ia paham betul, kompleks perumahan yang ia tinggali ini benar-benar menjaga ketat keamanan dan kenyamanan para penghuninya. Jadi, jika ada yang bersikap atau melakukan hal senonoh, ia akan diusir dari perumahan itu.

Tidak. Fira tidak ingin sampai diusir. Itu adalah hal paling memalukan bagi Fira. Jika pun ia harus mengalami masa paling memalukan di hidupnya, ia tidak ingin hal pengusiran itu terjadi.

━━━┅┅☆★☆┅┅━━━

Gossip isn't an ability, it's a hobby.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro