1. Casavega Group

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nothing's Changed

###

Part 1

Casavega Group

###

"Oh...come on, Mom!" Zaffya menghembuskan nafas kesal sambil menekankan suaranya pada kata 'mom'. Panggilan yang ia suarakan pada wanita yang sudah melahirkannya hanya di saat ia benar-benar sudah berada di ambang batas kesabaran pada wanita paruh baya  yang kini duduk berhadapan dengannya di ruang keluarga kediaman Daniel Farick. Panggilan yang juga sangat di benci oleh mamanya, Nadia Farick. "Dari sekian banyak sekolah di kota ini, apa hanya ini sekolah terbaik yang Mom pilih untuk memindahkan Zaffya?"

"Ini sekolah terbaik yang ada di ne-ge-ri ini, Sayang." Suara wanita paruh baya itu terdengar selembut mungkin, berusaha mengabaikan panggilan yang di ucapkan putrinya. Ia tahu perdebatan ini tidak akan berakhir dengan baik jika ia mengikuti emosi anaknya. "Jika kau sudah melupakan fakta itu, dan kau harusnya sangat bersyukur karena sekolah ini mau menerimamu. Salah. Bi-sa  menerimamu." Nadia membenarkan kata-kata yang lebih tepat untuk maksud ucapannya. "Mengingat prestasi dan rekor fantastis yang kau pecahkan di sekolah sekolahmu yang sebelumnya."

"Dan Mom sudah berjanji kalau Zaffya bisa memilih sekolah mana pun sesuka Zaffya untuk tiga tahun sebelum Mom mau merampas hak Zaffya seumur hidup ke depan. Apa sekarang Mom mau mengingkari perjanjian kita?"

"Ya. Setelah semua perbuatan yang kau lakukan yang membuatmu di keluarkan dari sekolahmu empat kali dalam dua tahun, dan lima kali dengan ini jika kau mulai melupakannya. Dan...Ya Tuhan, Zaffya. Bahkan ini belum ada dua tahun. 1 tahun 3 bulan 10 hari tepatnya." Nadia mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya dengan frustasi.

"Alasan itu tidak membenarkan Mom untuk melakukan apapun sesuka Mom pada Zaffya. Ayolah, Mom. Zaffya hanya meminta tiga tahun di umur Zaffya ini untuk melakukan apa pun sesuka Zaffya."

"Kau selalu melakukan apa pun sesukamu!" Suara dan tatapan Nadia pada Zaffya tampak tak terbantahkan dan tepat di manik mata putrinya. "Dan asal kau tahu... tidak akan ada sekolah manapun yg mau menerimamu saat melihat catatan yg ada di buku raportmu. Terutama sekolah ini." Nadia menunjuk map biru yang ada di meja antara mereka.

"Apa keluarga ini sudah mulai bangkrut sampai tidak bisa memasukkan Zaffya di sekolah selain ini?" tanya Zaffya sarkatis.

"Ini sekolah terbaik dan termahal yang ada di negeri ini, dan mama tidak mau membuang-buang uang mama untuk hal yang tidak penting dan tidak berguna lebih banyak lagi. Mama juga tidak akan menggunakan kekuasaan keluarga kita untuk sekolah mana pun itu yang kau inginkan dan mama yakini akan menjadi salah satu tempat dari sekian banyak tempat untuk kekacauanmu," jawab Nadia tersinggung dengan ucapan putrinya yang mengatakan akan bangkrut. Bahkan jika keluarganya bangkrut detik ini juga, keluarga ini masih bisa membiayai seluruh hidup beserta anak turunnya nanti. "Jika memang masih ada yang mau menerimamu, sekali pun dengan otakmu itu."

Zaffya terdiam. Merasa muak saat menyadari kebenaran dari semua kalimat yang di ucapkan mamanya.

"Pembicaraan kita selesai, Sayang. Sebaiknya kau naik ke kamarmu dan persiapkan dirimu untuk hari pertamamu di sekolah besok pagi."

"Jangan salahkan Zaffya jika nantinya Zaffya akan mempermalukan keluarga ini, " desis Zaffya mengancam.

"Kau sudah lebih dari cukup mempermalukan keluarga ini dengan rekor fantastis yang telah kau pecahkan itu, dan..." Nadia memberikan tatapan lebih tajam pada Zaffya penuh peringatan dan ancaman yang lebih mematikan, "...jika kau berani mempermainkan nilaimu. Kau tahu papamu akan memastikanmu mendapatkan les privat yang mama yakin akan membuatmu lebih menderita daripada masuk ke sekolah yang mama dan papa pilihkan untukmu ini."

"Tapi..." Zaffya menutup mulutnya seketika itu juga. Ancaman mamanya membuat ia kehabisan kata-kata. Ia pun hanya bisa mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras.

"Lagipula dengan kemampuan otakmu itu. Mama menyesal menyetujui perjanjian konyol yang kau ajukan dulu," gumam Nadia pelan. "Kau bisa jadi dokter seperti Ryffa."

"Zaffya janji akan melakukan apa pun asalkan tidak masuk sekolah ini," ucap Zaffya kini dengan wajah tenang dan datar namun dengan kalimat penuh permohonan yang sudah ia usahakan keluarkan sekasihan dan sebisa  mungkin. Namun yang keluar hanyalah suara dan nada dingin dan masih penuh dengan kearogansian.  "Zaffya bisa memulai belajar bisnis setelah pulang sekolah seperti yang mama inginkan,  asalkan tidak sekolah ini."

Nadia tampak terdiam. Mempertimbangkan kalimat putrinya, namun ia juga berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertarik dengan tawaran menggiurkan tersebut. "Kau memang pintar bernegosiasi untuk mendapatkan keinginanmu. Itu penawaran yang cukup menarik. Sangat menarik malah, tapi sayangnya keputusan mama dan papa kali ini sudah bulat. Tidak bisa di ganggu gugat karena ini masalah masa depanmu." Suara Nadia terdengar sangat tegas dengan tatapan lebih tajam yang di lemparkan pada Zaffya. Di tambah dengan kedua tangan yang di silangkan di depan dada sambil bersandar di punggung sofa, menandakan bahwa pembicaraan ini sudah selesai dan tidak ada lagi tawar menawar. "Lagipula... kenapa kau begitu tidak menyukai sekolah ini? Semua pelajar di seluruh negeri ini bisa di bilang mempertaruhkan hidup dan matinya untuk masuk di sekolah ini..."

"Kecuali Zaffya," sambar Zaffya sengit.

"...tidak sembarang orang bisa masuk ke sekolah ini. Kau seharusnya bersyukur. Sangat bersyukur malah. Karena dengan sangat mudah kau bisa masuk sekolah ini. Hanya kau satu-satunya pelajar dari sekian banyak pelajar di negeri ini. Mengingat kaulah satu-satunya cucu pemilik sekolah ini," jelas Nadia panjang lebar dan menekan suaranya di kalimat terakhir.

"Itulah alasan Zaffya tidak mau masuk ke sekolah konyol itu." Suara Zaffya terdengar enggan dan sama sekali tidak tertarik sedikit pun dengan segala bentuk penjelasan tidak penting itu. Yah, semua orang di negeri ini pasti mengenal  dengan sangat baik kerajaan bisnis CASAVEGA GROUP yang di miliki oleh ayah dari mama, sekaligus kakeknya. Kenyataan itu sudah cukup menyita sedikit ruang di otak tanpa mamanya harus menjelaskan panjang lebar tentang kelebihan-kelebihan tersebut. Percayalah, hidup di luar sana sebagai seorang Zaffya amat sangat jauh lebih baik daripada hidup sebagai cucu perempuan dari CHASE CASAVEGA dan putri dari seorang DANIEL FARICK. Walaupun Zaffya merasa tidak keberatan dengan harta dan kekuasaan yang di berikan keluarga itu padanya.

"Itu alasan paling konyol yang pernah mama dengar, " cibir Nadia. "Semua orang di luar sana memuji keberuntungan yang kau dapatkan bahkan sebelum kau di lahir..."

"Sudahlah, Mom." Zaffya kembali menekan kata mom dengan sangat enggan dan mengalihkan tatapan penuh kemalasannya kemana pun asalkan tidak melihat wajah mamanya. Seandainya bisa, ia akan menyimpan telinganya di mana pun itu asalkan tidak mendengar ocehan mamanya itu.

"Ok. Mama akan berhenti dan kau sebaiknya naik ke kamarmu. Keputusan mama dan papa tidak bisa di tawar. Jika kau masih tidak terima, kau bisa protes pada kakekmu, dan... jangan panggil mama dengan sebutan menjijikkan itu lagi atau mama akan mengurangi uang jajanmu 20%." Nadia melemparkan tatapan membunuhnya pada Zaffya.

"Ayolah, mo..." Zaffya menghentikan kalimatnya. Selain karena tentu saja potongan uang jajan sebesar 20% itu sangat besar harganya jika di bandingkan dengan kejengkelannya pada mamanya. Dengan tatapan mamanya itu benar-benar membuat ia tidak berani menantang lebih jauh lagi. "...mama. Zaffya sekolah di mana pun itu sama sekali tidak akan mempengaruhi apa pun. Bahkan tanpa Zaffya menyelesaikan pendidikan pun, warisan kakek sudah cukup membuat Zaffya bergelimang harta tujuh turunan tanpa harus bersusah payah bekerja. Belum lagi warisan dari papa. Masalah penerus perusahaan, Zaffya janji akan memastikan anak Zaffya nanti bisa memegangnya jauh lebih baik daripada papa atau pun kakek. Belum lagi anaknya kak Darius..."

"Bagaimana kau bisa mendidik anakmu dengan baik jika kau bersikap seperti orang tak berguna seperti itu?"

Zaffya menghentikan kalimatnya karena di potong oleh suara baru dan sangat familiar di telinga yang tiba-tiba datang di ruang keluarga tersebut. Lelaki paruh baya yang masih tampak amat sangat bugar di usia yang sudah menginjak hampir tujuh puluhan tahun. Zaffya mematung, wajahnya tampak kaku dan memucat di kulit yang memang sudah putih pucat. Ia tahu semua sudah berakhir.

"Ayah!" Nadia mengalihkan pandangan mencari asal suara tersebut. Kemudian tersenyum menyambut kehadiran ayahnya sambil beranjak dari duduk dan memeluk sejenak setelah pria tua itu berdiri di sebelahnya. "Ada urusan apa ayah ke sini?"

"Tentu saja untuk memberi selamat pada cucu kesayangan ayah," jawab Chase dengan senyum yang memenuhi wajah.

"Kenapa ayah tidak memberitahu kita lebih dulu? Lagipula ayah tidak perlu repot-repot datang ke sini. Bagaimana kabar ayah?"

"Kau lihat?" Chase melebarkan kedua lengan menunjukkan pada putri tunggalnya bahwa dia berada dalam suasana hati dan keadaan yang amat sangat baik. "Ayah baik-baik saja. Apalagi saat mendengar cucuku akhirnya akan bersekolah di Casavega."

Zaffya mendengus kesal melihat pasangan ayah dan putri yang kini sudah duduk di hadapannya, dengan senyum penuh kepuasan sadis padanya. Ia tahu dengan sangat jelas bahwa saat ini merekalah yang menang, dalam permainan kali ini. Tentu saja ia tidak akan membiarkan mereka menang dengan sangat mudah. Ia harus memastikan kalau permainan selanjutnya ia tidak akan kalah.

"Dan kau." Chase kini menoleh dan memicingkan mata pada Zaffya. "Kakek tidak akan mewariskan harta kakek sepeser pun pada orang bodoh tidak berpendidikan dan pemalas seperti cita-cita konyolmu itu."

"Zaffya tidak bodoh," protes Zaffya tidak terima.

"Baguslah," jawab Chase ringan. "Bagaimana kau bisa memastikan mengelolah warisan kakek dengan baik jika kau sama sekali belum pernah menginjakkan kakimu di sana? Kau tahu sekolah itu salah satu warisan yang kakek miliki, bukan?"

"Zaffya bisa menginjakkan kaki di sana tanpa harus bersekolah di sana," jawab Zaffya tak peduli.

"Kalau begitu, biarkan kakek menarik kalimat kakek tadi. Kakek tidak akan mewariskan harta kakek padamu kecuali kau mau bersekolah di Casavega, yang itu berarti kau tidak akan mendapatkan sepeser pun dari harta kakek. Termasuk milik papamu." Suara Chase terdengar ringan namun mampu membuat wajah Zaffya kembali kaku. Menggerutu dalam hati kenapa tidak dari dulu memakai ancaman itu pada cucu kepala batunya.

"Ooohh, baiklah." Zaffya mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. " Kenapa hari ini aku begitu sial, mendapatkan berbagai ancaman licik dari darahku sendiri." Suara Zaffya terdengar sangat sarkastis. "Kalian menggunakan kelemahanku untuk menyerang."

"Jaga ucapanmu, Sayang," ucap Chase penuh nada peringatan yang lembut. "Seorang wanita tidak baik bicara kasar seperti itu."

"Mengertilah, Sayang. Ini semua juga demi kebaikanmu," tambah Nadia dengan nada dan suara yang tidak kalah lembut dan penuh kasih sayang dari Chase. Berharap kata-kata itu mampu menenangkan sang putri, namun ia tahu hal itu sama sekali tidak mempengaruhi suasana hati Zaffya saat putrinya mengalihkan pandangan dari mereka berdua dengan kesal dan tak peduli.

Zaffya menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. Menyerap setiap kata-kata yang diucapkan kakek dan mamanya. Ada satu kesepakatan yang tidak bisa ia ingkari dengan sang mama di balik semua warisan yang harus ia terima, dan ia akan melakukan apa pun untuk satu hal itu. "Kalian menang!" Seru Zaffya dengan tatapan sinisnya. "Dan... Zaffya bukan satu-satunya murid yang akan pindah di sekolah itu."

Nadia mengangguk setuju. "Vynno akan masuk ke Casavega. Mama yang mengurusnya sendiri. Kau tahu paman Nico dan bibi Fani sedang pergi ke luar negeri, bukan."

Ternyata dari awal mamanya sudah merencanakan ini dan pasti mamanya sudah sangat yakin akan memenangkan permainan ini karena memang sudah memegang titik kelemahannya. Ia juga sangat yakin kalau kedatangan kakeknya saat ini berada dalam waktu yang sangat tepat, bukan sekedar kebetulan seperti yang terlihat. Zaffya mengumpat dalam hati menyadari permainan mama dan kakeknya "Zaffya juga tidak mau ada orang yang tahu ada darah Farick maupun Casavega dalam tubuh Zaffya."

Chase mendengkus, "Apa nama belakangmu begitu memalukan untuk diketahui orang banyak? Apa kami mempermalukanmu dirimu?"

"Mungkin," jawab Zaffya.

"Kami begitu mempermalukan wajahmu tapi kau sangat menikmati fasilitas yang kami miliki dan berikan untukmu."

"Itu kewajiban kalian sebagai orang tua."

"Apa?!" mata Chase melebar. "Lalu apa kewajibanmu sebagai seorang anak dan cucu yang sudah kau lakukan untuk kami? Selain kekacauan yang kau berikan pada kami"

"Apa kalian tidak tulus selama ini merawatku?"

"Sudah," lerai Nadia dengan perdebatan ayah dan putrinya.

Keduanya pun hanya diam. Mengalihkan pandangan ke arah lain. Nadia memandang keduanya secara bergantian. Benar-benar seperti cucu seperti kakek.

"Itu tidak mungkin, Sayang. Beberapa staf di sana sudah tahu tentang dirimu. Belum lagi nama belakangmu juga menunjukkan siapa dirimu jika kau mulai melupakannya." Kata Nadia pada Zaffya yang kini memperhatikan lukisan kuda yang ada di dinding sebelah kiri.

"Kalau begitu mama hanya perlu menyuruh mereka untuk tutup mulut, dan lagi... murid di sana juga tidak memerlukan nama panjang untuk memanggil Zaffya," jawab Zaffya tanpa membalas tatapan mamanya.

"Mama akan mengusahakannya," jawab Nadia setelah mempertimbangkan permintaan putrinya sambil mengedikkan bahu sedikit.

"Dan..." Zaffya menoleh pada Nadia. "...Zaffya tidak mau ada pesta perayaan sekecil apa pun di hari ulang Zaffya tahun ini."

Seketika mata Nadia membelalak sempurna dengan di sertai wajah memucatnya, "Itu tidak mungkin, Sayang. Mama sudah mempersiapkan semuanya dan hanya tinggal membagi undangan," protes Nadia keberatan atas syarat Zaffya selanjutnya.

"Baguslah kalau undangannya belum disebar." Zaffya menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan santai, tampak sangat menikmati ekspresi mamanya. Jika ia kalah, lawannya juga haru merasakan kekalahan yang lain.

"Oooohhh.... Ayolah, Sayang. Ini ulang tahunmu yang ke 17. Sweet seventeen..." Nadia mengabaikan tampang jijik yang di pasang di wajah Zaffya saat ia mengucapkan kalimat 'sweet seventeen' , "... semua gadis akan sangat senang jika ulang tahunnya yang ke 17 akan di rayakan sebesar-besarnya. Apalagi..." Nadia tampak kehabisan kata-kata.

"Dan Zaffya bukanlah gadis-gadis yang mama bicarakan itu. Lagipula buat apa Zaffya berumur 17 jika tidak bisa menggunakan hak Zaffya sendiri."

Nadia terdiam. Ya, putrinya memang tidak pernah suka hari kelahirannya di rayakan dengan pesta besar-besaran. Sejak Zaffya berumur lima tahun dan mulai bisa protes dan berpendapat sendiri, tapi hal itu tidak pernah menghentikan dirinya mengadakan pesta cantik dan mewah untuk Zaffya.

Dan tahun ini, sepertinya ia membutuhkan usaha sedikit lebih keras untuk membujuk. "Tidak mungkin, Sayang. Ulang tahunmu tahun ini harus di rayakan sebesar dan semewah mungkin. Bagaimana mungkin kau begitu bodoh melewatkan ulang tahun yang ke 17 begitu saja. Umur 17 hanya sekali seumur hidup dan mama ingin semuanya bisa menjadi kenangan yang sangat special untukmu. Mama tidak ingin kau menyesalinya nanti. Kau tahu..."

Zaffya tidak bisa mendengar ocehan mamanya lebih banyak lagi karena pikirannya sudah sangat penuh sesak dengan semua bayangan yang akan di lalui besok pagi di sekolah itu. Telinganya sudah cukup meluap-luap oleh suara ocehan mamanya yang sama sekali tidak ada yang menyangkut di indera pendengarannya. Sampai akhirnya ia tidak bisa menahan lebih lama lagi dan melemparkan tatapan galaknya pada Nadia sebelum berkata, "Ini atau Zaffya tidak akan pernah menginjakkan kaki di sekolah itu!"

###

Sebelum author bikin cerita Darius, Keydo dan Alan. Ini cerita yang sempat author publikasikan di wattpad. Awalmula kisah sebenarnya ada pada adiknya si Darius ini. Tapi ga banyak yang suka ama cerita ini (atau mungkin belum banyak yang tahu) jadi author hapus. Kali ini author posting dengan tatanan yang lebih baik dari sebelumnya, tapi tidakmerubah isi ceritanya.

Author pengen kalian kasih komen.

Apa yang tidak kalian suka dari cerita ini?

Please....

Wednesday, 17 October 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro