Hero?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ini kisah tentang dua orang yang sama-sama suka dengan tokusatsu. Apaan tuh? Jadi tokusatsu tuh ya semacam power ranger, Kamen rider sama Ultraman gitu lah. Yang CRING! Berubah! Gitu lah ya. Iya, mereka berdua ini doyan banget sama hal-hal yang begitu. Sampe dibilang sama tetangganya, "Kok udah gede sukanya nonton film anak-anak?"

Dan apa jawaban mereka?

"Nggak usah ngejek mereka kalo kalian nggak suka!" Ren.

"Apa? Masalah buat lu? Baku hantam kita!" Haruka.

Oke, oke, jadi intinya di sini jangan ngejek apapun yang orang lain suka. Kalo nggak ya entar jadi perang dunia ketiga (eh nggak, nggak canda doang).

Begitulah kira-kira, dan seperti yang bisa kita lihat sekarang nampaknya Haruka sedang santai-santai sambil dengerin musik. Kalau dilihat-lihat lagi kayaknya nih bocah mau pulang deh. Kupingnya yang disumpel headset segede gaban itu dengan suara musik yang kenceng banget membuatnya fokus jalan sambil makan es krim favoritnya.

Sampailah dia di share house. Tempat dimana dia, adeknya, dan tiga teman band nya kumpul jadi satu. Si adek yang tadinya asik ngobrol sama hewan piaraannya nengok begitu abangnya masuk rumah,

"Aniki~ selamat datang!" katanya.

Tapi dia bodo amat.

"Hee~ kayak biasanya ya, budeg."

"Apa lu bilang?" lah denger toh.

"Eh, enggak kok. Orang tadi aku main masak-masakan kok sama Paru-chan. Ya kan, Paru-chan?"

Dalem hati Paru-chan, "Y."

Haruka nggak terlalu peduli sama adeknya, dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Ngelempar tasnya asal, nggak ganti baju dulu, ngambil handphone dan lanjut nonton serial Tokusatsu kesayangannya. Tipikal anak rajin ya? Setelah dua jam dia marathon nonton, akhirnya dia ngantuk juga. Jam masih nunjukkin angka ke setengah tiga sore, jadi dia mutusin buat tidur aja dulu. Tidur bentar doang kok.

Iya bentar, sampe jam sembilan malem .... (eh enggak, canda)

***

Ren, yang masih pake baju kostumnya sepulang konser lagi asik nonton Tokusatsu juga di ruang tamu. Padahal dia baru aja pulang dari live house sama temen-temennya, Wataru yang udah capek itu pun nyuruh temennya itu buat ganti baju dulu, "Ren, ganti baju dulu."

"Bentar Wataru, lagi asik nih." katanya sambil terus nonton.

"Ren .... nanti kan bisa dilanjut lagi nontonnya. Ayo ganti baju dulu." kali ini Yuto yang ngomong. Tapi dicuekin sama Ren, "Anjir, dicuekin dong gue."

Banri dan Rio yang udah duluan mandi sama bersih-bersih itu cuma geleng-geleng kepala aja karena ngeliat tingkah nih bocah satu yang kagak mau ganti baju dulu. Dengan sigap, Banri ngerebut remot tv dan matiin, Ren langsung kalang kabut pas tahu tv nya dimatiin, tapi Rio langsung nangkep tuh bocah biar nggak banyak tingkah.

"Aaaaahhh aku mau nonton dulu ...."

"Nggak, sebelum kamu mandi dulu! Itu baju udah dipake dari tadi sore sampe malem. Bau tau!" ucap Banri.

"Kalo nggak mandi nggak kukasih makan lho, mau?" kata Rio masih megangin Ren.

Ren yang udah pasrah itu pun mau nggak mau ya mandi dulu aja, dia ngambil handuknya sambil berjalan gontai ke arah kamar mandi. Semua yang ada di situ cuma bisa geleng-geleng kepala, soalnya cuma film Tokusatsu doang yang bisa bikin tuh bocah satu jadi rada beringas dari biasanya. Sampe disuruh mandi aja ntar dulu. Hamdeh ....

***

Hari ini tepatnya pada tanggal 28 Maret, hari dimana film terbaru Tokusatsu dirilis. Haruka yang sangat menantikannya sudah bersiap untuk pergi ke bioskop yang ada di dekat perkotaan sepulang sekolah nanti. Sengaja ia tak memberi tahu pada teman-temannya di sharehouse agar tak ada yang mengganggu acara pribadinya. Ia juga tampak sedang mengecek saldo di dompet onlinenya, cukup banyak untuk membayar satu tiket dan beberapa set makanan di restoran. Jam pulang sekolah yang ia tunggu pun akhirnya tiba, langsung saja ia bergegas untuk pergi ke sana.

Sebuah bis yang akan mengantarkannya telah datang, ia pun naik dan langsung duduk di salah satu bangku. Sambil mendengarkan musik dengan headset-nya, ia menikmati waktu luangnya di hari Sabtu yang sibuk ini. Sesampainya di sebuah mall, Haruka pun berjalan memasuki ruangan itu, masih asik dengan musik yang mengalun di telinganya. Menaiki eskalator untuk mencapai bioskop di lantai tiga, Haruka segera membeli tiket film tersebut dan menontonnya sendirian, tanpa ditemani oleh teman. Ia benar-benar sangat senang bisa menonton acara kesukaanya itu tanpa gangguan siapapun. Selama ini ia selalu diganggu oleh Kanata, atau sinyal yang jelek walaupun dirinya sudah mengisi kuota yang banyak. Tapi kali ini dia tidak perlu memikirkan hal tak menyenangkan itu lagi.

Usai menonton hingga pinggangnya terasa sakit, perutnya merasa lapar karena ia belum makan apapun dari siang tadi. Ia tak membeli apapun di perjalanan tadi, katanya sih untuk menghemat, bahkan ia rela tidak makan es krim selama tiga Minggu hanya untuk ditabung, sudah jelas tabungannya itu untuk apa. Haruka memutuskan untuk memesan semangkuk ramen di sebuah restoran yang ada di dalam mall itu. Selagi menunggu, ia kembali menyetel lagu yang sejak tadi didengarnya, sudah berapa kali ia mendengarkan lagu tersebut, tidak ada bosan-bosannya.

"Chō muchū Spark! Believe!
Dare yori mo kono hoshi wo
Aishiteru terashite iru."

Samar-samar ternyata restoran itu menyetel lagu kesukaannya juga, Haruka tersenyum, tak sadar jika di tempat itu juga dipasang beberapa hiasan bertema Tokusatsu. Hari ini sangat menyenangkan bagi dirinya, hingga saat pulang pun ia sempat menyenandungkannya secara perlahan. Tanpa sengaja ia melihat seorang lelaki berambut biru tua itu tengah menyanyikan juga seorang diri di tengah malam ini. Haruka hanya lewat saja, tak peduli dengan orang tersebut, lagipula walaupun ia punya ketertarikan yang sama belum tentu bisa sangat akrab kan?

"Kamu suka Tokusatsu juga?"

Dirinya menoleh, suara itu berasal dari lelaki biru itu. "Tadi aku denger kamu nyanyiin  lagunya."

Haruka melepas headset-nya dan hanya mengangguk cuek, tapi lelaki itu mulai mendekatinya dan bertanya, "Kalau gitu, kamu suka ranger apa? Kalau aku suka ranger merah!"

"Eh ..... ranger ungu."

"Ranger ungu? Wah, keren ya."

Entah apa yang dipikiran orang ini hingga ia sangat bersemangat membahas hal sepele seperti ini. Kemudian dia mengeluarkan sebuah gantungan kunci kecil ranger ungu, "Ini untukmu, tadi aku membelinya di salah satu toko."

"Mmm .... terima kasih ...." katanya sambil menerimanya dengan gugup. Lelaki itu tetap tersenyum senang, saat melihat handphonenya ia kaget karena angka di jam itu sudah menunjukkan jam setengah tujuh malam, "Ah maaf, aku harus pergi ..... sampai jumpa."

Di tengah malam itu ia berlari, meninggalkan Haruka bersama dengan gantungan kecil itu. Sungguh dirinya masih bertanya-tanya, siapa orang itu? Apakah ia bisa menjalin pertemanan dengannya? Siapa yang tahu?


To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro