Wings tetralogy by Aprilynne Pike

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



Judul: Wings (#1), Spell (#2), Illusions (#3) dan Destined (#4)

Penulis: Aprilynne Pike

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2012, 2012, 2013, 2014

Rate: 3 out of 5 stars

Goodreads rate: 3.75

Novel ini adalah novel ketiga setelah Twilight series karyanya Tante Stephanie Meyer dan The Lord of The Ring-nya Tolkien yang membuatku jatuh cinta dengan dunia fantasi. Tapi mari kita abaikan dulu bagaimana Tante Meyer udah menjungkirbalikkan gagasan vampire yang buas menjadi vampire yang sparkle-sparkle macam Edward dan dengan mudahnya jatuh cinta pada manusia. Aku baca novel ini sudah sangat lama, tahun 2012-an untuk buku pertamanya, buku terakhir sekitar tahun 2014 (tumben penerbit minyak gosok gercep ya nerbitin novel berseri)

Wings menyajikan dunia peri. Kalau kalian pernah nonton Tinker Bell, pasti paham mengenai peri yang terbagi-bagi menjadi Peri Musim Gugur, Musim Panas, Musim Semi dan Musim Dingin. Dalam tetralogi Wings, peri Musim Dingin menjadi kasta tertinggi. Mereka memiliki sihir yang kuat, biasanya menjadi pemimpin dan jumlahnya hanya sedikit. Peri Musim Gugur identik dengan membuat ramuan dan mempelajari obat-obatan. Musim Panas memiliki kekhasan mengenai festival, membuat kembang api, dll. Sementara peri Musim Semi berada di kasta terendah, tipe peri pekerja.

Wings berisi kehidupan remaja sekolah tingkat senior (jadi kau tahulah di sini banyak hormon labil bertebaran) Heroine-nya, Laurel, hampir sama seperti Bella Swan. Untungnya dia punya nilai plus: strong, cukup egois, tapi jika dihadapkan pada cowok tampan, tetep saja luruh... (kayak kamu kagak, Jou)

Konflik dimulai setelah Laurel menemukan sesuatu tumbuh di punggungnya. Kau tahu apa? Kelopak bunga. Ya, kelopak bunga raksasa mekar di punggungnya. Berlanjut ke kejadian-kejadian tak terduga setelahnya melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh David (aku menyebutnya si cowok biologi) Laurel menemukan bahwa ternyata darahnya tidak berwarna merah, melainkan bening seperti getah tumbuhan. Dan dia tidak menghirup oksigen lalu mengembuskan karbon dioksida, tetapi menghirup dan mengembuskan kebalikannya (ini akan menjadi keuntungan David kalo tenggelem -___-, like, tenang Davidddd, kamu punya pacar yang menghasilkan oksigen murni!). Keunikan-keunikan ini membuatku tertarik. Aprilynne Pike membuat kisah yang sangat ga biasa hahaha, aku sukaaa.

Tapi kemudian muncul Tamani, cowok peri berkulit tan manis, mata hijau, pangkal rambut kehijauan dan doyan brokoli, yang ternyata adalah peri teman kecil Laurel, aku langsung mengernyit, 'PLEASE NO LOVE TRIANGLE PLEASE NO LOVE TRIANGLE PLEASE NO' Yep its love triangle. Hhhh, aku oke kok soal ini. Hanya saja, setelah penat dengan Twilight, aku jadi agak gimana dengan Love Triangle. Seperti makan permen yang sama hanya saja kemasannya berbeda. Dan, Love Triangle sepertinya tetap jadi kesukaan para penulis sampai sekarang (lo juga bikinnya love triangle njiirrr)

Aku toh tetep lanjut baca. Bahasanya sangat amat ringan khas remaja (yang artinya dominan dialog ketimbang narasi dan kamu bahkan ga perlu mikir) konfliknya juga ga berat-berat amat: troll-troll berwujud manusia tidak simetris, mengidap dermatitis dan gemar memakai kacamata hitam, berusaha merebut tanah di belakang rumah Laurel karena di sana adalah portal menuju dunia peri. No shocking part, no plot twist yang bikin kamu terperangah, juga bagian-bagian yang harusnya emosional, tidak banyak berefek padaku. Mungkin belum.

Character development Laurel cukup bagus. Jiwanya diuji dengan banyak hal di buku kedua dan ketiga. Tapi sayang, tidak ada yang begitu khas tentang Laurel yang membuatku terpukau. Juga David (nama David saja membuatku berjengit, entah bagaimana aku selalu tidak suka karakter berawalan D. Drake, Im looking at you. Not you, Darren) Dan Tamani? Oh, Tuhan... dia begitu naif, mirip karakter Peeta di Hunger Games. Apa ya yang membuatnya terasa sama? Lemah, tapi keberadaannya menenangkan. Tamani suka tebar pesona, mentang-mentang punya sihir penarik.

Di buku ketiga, Illusion (yang paling tebal dari empat buku) dan Destined, konflik mulai meningkat. Seorang peri Musim Dingin dengan sihir tingkat tinggi mengancam kedamaian dunia Avalon. Okeh di sini perlahan-lahan terasa menyenangkan karena AKHIRNYA aku bisa melihat pertumpahan darah (bukan darah sih, getah maksudku). Tapi karena bukunya tipis-tipis, paling tebal 370 halaman, kesenangannya cepat sekali berakhir. Kurang memuaskan. Begini, mungkin karena ini debut Aprilynne Pike, jadi... dia tidak menguak lebih dalam tentang dunia peri, aku tidak merasakan sensasi tenggelam ke dalam ceritanya.

Dulu, saat selera novelku masih semacam-lahap-buku-apapun-yang-kautemukan, Wings tetralogi membuatku terkagum-kagum. Dan sekarang, novel itu terasa terlalu remaja dan ringan untukku. Tapi tetap bisa menjadi bacaan yang bagus di waktu santai, terutama karena Aprillyne menawarkan dunia yang ga biasa.

BEWARE, SPOILER NEXT

Dan... ending... ayo kita bicarakan ending. Di atas sudah kuberitahu aku agak gimanaaa dengan love triangle. Tapi ending Wings tetralogi... Aprilynne Pike memutuskan untuk mematahkan dugaanku bahwa Laurel akan memilih bersama David (soalnya bagian David lebiihhhhhh banyak)

BUT,

NO

Kau sudah diperingatkan lho. SPOILER INIIIH

Laurel akhirnya ingat bahwa ia telah bersama Tamani sejak kecil. Bahwa mereka dulu memiliki hubungan sebelum ingatan Laurel dihapuskan demi memenuhi misi untuk melindungi tanah portal Avalon dan tinggal di dunia manusia. Di ending, ia memilih kembali bersama Tamani.

AND,

Bagaimana sih rasanya terlibat cinta segitiga sementara kau adalah satu-satunya manusia? Tanpa kekuatan sihir dan lainnya? Di akhir semua petualangan epik, bagaimana rasanya menjadi pihak yang ditolak? Di sini, aku sangat bersimpati untuk David. Oke, oke jangan pelototi aku, aku bersedih untuk David. Di suratnya pada Chelsea, ia menceritakan bagaimana sulitnya ia berusaha melupakan itu semua: Laurel, Avalon, semua kenangannya di masa SMA. Ia memilih jurusan kedokteran dan berpikir bahwa ia bisa mengalihkan pikirannya dengan belajar dan terus belajar... tapi mimpi-mimpi buruk terus datang, hingga akhirnya Laurel membuatkannya Eliksir ingatan yang akan menghapuskan semua ingatan tentang peri, dan dunia Avalon.

SHIT

Harusnya aku berbahagia karena Tamani akhirnya ama Laurel, tapi David... sialan, oke ini berasa ada ninja pemotong bawang di sekitarku. Pedih-pedih gimana di mata rasanya.

Aku nyesel udah meremehkan karakter David. Astaga, dia begitu baik hati. Apakah benar-benar mungkin ada seseorang memiliki hati sebesar dirinya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro