November 28

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pertama... maafkan aku yang terlambat memublikasikan catatan harianku ini, Kak Nika. Bahkan menunggak tiga hari. Saat mengunduh tema, aku menyadari, detik-detik November terakhir, temanya akan memancing sisi emosional diriku, jadi maafkan karena aku membutuhkan waktu lama untuk memulihkan emosi-emosi yang berkelebatan. Aku juga nggak paham, ini kesannya, 'sentuh, langsung nangis kejer', hehe.

Eum, untuk orang-orang tedekat.

Karena di dunia nyata, aku hanya merasa dekat dengan kedua orang tua, bagian ini—sekali lagi, ditujukan untuk mereka. Oh, dua keponakan uculku juga. Mungkin ada, seseorang yang dekat denganku di luar bagian keluarga, seperti teman, atau kenalan yang tidak terlalu kenal—hanya asal sapa kalau ketemu, namun mereka nggak terlalu membekas dalam hati juga pikiranku. Mungkin, aku cuma meminta maaf jika aku pernah menyakiti kalian, dari caraku bicara atau diriku yang sering nggak mengenali kalian jika kita berpapasan lagi, maaf untuk itu.

Untuk kedua orang tuaku, maaf belum bisa menjadi anak yang baik. Aku masih egois, masih ada keinginan memberontak. Kalian tahu betul, kalau aku nggak suka peraturan, jadi maaf, belum bisa menjadi patuh. Maaf, aku belum bisa mandiri, belum bisa membahagiakan kalian.

Di masa mendatang, aku memiliki niat terbesar untuk membuat kalian merasa bangga kepadaku, melihatku berkembang yang nggak pernah terduga oleh kalian. Hm, tentu, aku paham bagaimana seorang anak yang nggak akan pernah bisa membalas jasa kedua orang tua, jadi aku hanya akan memberikan sebentuk rasa bangga itu. Bahkan terkadang, kata 'aku sayang mama, aku sayang papa', itu belum cukup. Aku ingin membuktikannya melalui tindakan.

Lalu, untuk kedua keponakan menyebalkan, tapi herannya aku sayang, maaf ya, mbak belum bisa menjadi kakak tertua kalian yang bisa dicontoh. Tolong, jangan mencontoh apa-apa dari diri yang belum dewasa alias setengah matang begini. Tahukah kalian? Kadang kala aku merasa kesal, kemudian marah-marah kepada kalian, tapi akhirnya aku sendiri yang menangis di kamar, merasa bersalah. Meski sepenuhnya, aku marah karena ada alasan, diri ini terlalu cengeng kalau habis marah. Di masa depan, jangan nakal-nakal lagi, kalian akan beranjak dewasa, jadi berhenti main-main, bersikap seriuslah kalau memang keadaan serius, bercanda ada waktunya, bukan?

Dan, Puti—ah, aku tahu, Puti bukan 'orang', tapi Puti sahabat terdekatku. Maafkan majikanmu yang sering membuatmu jatuh ke lantai, ke semen, atau bahkan ke trotoar tajam. Tanganku sering licin karena keringat, maafkan aku. Kamu yang sering kehujanan, atau terbentur dinding saat diriku sedang bekerja, juga maaf. Aku pernah berpikir, kalau Puti bisa berbicara, Puti adalah tempat terbaik, untuk diriku berdiskusi tentang bagaimana dunia lagi-lagi mempermainkan manusia.

Terakhir, untuk orang-orang terdekat di dunia maya, maafkan aku yang sering seperti bunglon—kadang begini, kadang begitu. Maaf jika ada tulisanku yang pernah menyinggung perasaan kalian, bahkan hingga melukai. Percayalah, aku nggak pernah berniat untuk membuat kalian sakit.

Inti dari semuanya, aku menyayangi kalian.














- N O V E M B E R 2 0 1 9 -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro