Gentayangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maaf saya gak pinter bikin cerita. suka yg amburadul tp tetep maksa aja. ini ceritanya ikuta GA NTdTK gara2 saya dulu udah simpen ceritanya di lib, tp masih terbuai ama author lain. jadilah belom kebaca. tau2 kontent udah di hapus.
maunya mewek tp kok g pantes amat emak2 mewek beginian.

enjoy it, kalo nggak enjoy ya paksa aja jadi enjoy. muehehehehe

----------

Saat ini jam setengah enam sore. Saatnya adzan magrib, dimana masa-masanya jin buang anak bersiap mangkal.

Seorang anak kecil berbaju muslim warna pink dengan kerudung dihiasi bentuk telinga kelinci baru pulang dari mengaji di rumah wak haji Ubaidillah. Padahal jarak rumah dan tempatnya mengaji tergolong jauh dan harus melewati kuburan.

Rasa takut memang mendominasi pikirannya. Apalagi lima puluh meter lagi ia akan melewati kuburan umum yang menurutnya sangat seram-berdasar kasak-kusuk warga. Konon ada pocong dan kuntilanak yang berkeliaran di sana.

Sang anak mencoba mengalihkan perhatiannya dari rasa takut dengan mengingat pelajaran yang ia dapat hari ini dari tempatnya mengaji. Sebuah doa yang kata Wak Haji Ubaidillah sangat bermanfaat untuk menghindar dari setan di kehidupan sehari-hari.

Pelan-pelan ia terus merapalkan doa yang baru ia tahu.

Hingga tiba-tiba saat ia melewati kuburan, sebuah bayangan berwarna putih terlihat melompat-lompat mendekatinya.

Anak itu mulai ketakutan hingga secara reflek ia mengucapkan doa yang ia dapat dari mengaji hari ini dengan lantang sambil menutup matanya.

"Bismillah, Allahuma bariklana fiima rozaktana wakina adzaa bannar. Amin."

Lalu dengan pelan ia buka kedua matanya, dilihatnya pocong yang tadi mendekat sudah melompat menjauh dengan serampangan seperti peserta lomba balap karung.

Dalam hati ia berpikir, 'wih manjur juga itu doa. Kasih tau emak ahh ... kalo anaknya bisa ngusir setan.'

Dengan santai si anak melanjutkan perjalanan dengan senyum pongah, karena yakin bahwa tidak akan ada setan yang berani dengannya lagi.

Ditempat lain...

"Buset! Gila itu anak!" Pocong misuh-misuh atas kejadian yamg baru dia alami. Selama dua tahun menjadi hantu gentayangan, rekornya belum pernah tercoreng. Namun kali ini dia benar-benar ketakutan.

"Hihihihi ... nape Cong?" Kunti yang sedang bersantai sambil galau di pohon jambu biji penasaran melihat gelagat tidak biasa dari pocong yang ia tahu sering mangkal di jalan depan kuburan.

Pocong bercerita sambil menenangkan napasnya, "Anjir, gue tadi mau nakut-nakutin bocah. Pas gue deketin, gue pasang mimik muka paling serem. Taunya tuh anak ternyata berbahaya. GUE MALAH MAU DIMAKAN!" terangnya dengan teriakan di akhir cerita.

"Sabar Cong, dunia emang udah berubah. Dulu bangsa kita eksis, makanya banyak orang yang takut. Sekarang mah jamannya orang takut kehabisan kuota. Jadi lumrah aja kok." Kunti mulai beranjak dari tempatnya, terbang rendah hingga mendarat tepat di samping pocong yang menurutnya terlihat lumayan ganteng.

Hingga saat mereka saling bertatapan. Munculah benih-benih rasa dalam diri masing-masing. Rasa yang menelantarkan hawa dinginnya kematian di sekitar mereka.

Kunti malu-malu berkata pada pocong, "Eh, kita belom kenalan ya. Kenalin saya Kunti, nama panjangnya Kunti-tipkan hatiku hanya padamu. ihik ihik ihik."

Pocong yang sejak awal melihat wajah Kunti tadi cuma cengengesan angkat suara, "Saya pocong, panggil aja Po."

"Lah kok panggilannya cuma Po?" Kunti yang hantu penasaran makin dibuat penasaran.

"Iya, singkatan Pre Order, saya kan jomblo waktu meninggal. Masih menunggu jodoh yang minat sama saya."

Mendengar jawaban Pocong, Kunti tertawa cekikikan. "Emang Po meninggalnya kenapa?"

"Saya meninggalnya karena saya keracunan sianida di kopi yang saya minum. Padahal saya penggemar kopi, eh meninggalnya setelah lidah menggauli kopi."

Kunti melongo. "Lah kok kayak yang sering disiarin tivi pos ronda? Tahun kemaren lagi rame sidang kopi sianida loh, sebelom kegeser kasus gubernur yang nistain agama."

"Ha ha ha ... kan ide nggak ada yang original. Sebelum ada pesawat, manusia pasti dulunya cuma punya pemikiran buat bikin. Jangankan pesawat, karya tulis yang jumlahnya di dunia ini nggak kehitung juga begitu. Makanya nggak mustahil kalo yang saya alami ternyata di alami orang lain juga. Eh ngomong-ngomong ... Kunti sendiri dulu meninggalnya kenapa? Maaf nih saya ngomongnya ngelantur kemana-mana." Pocong merasa tidak enak hati, dan menggaruk-garuk kepalanya yang tertutup kain kafan.

"Lah selaw Bang Po! Kunti mah santai aja. Kunti dulu meninggalnya gara-gara teh. Ihik ihik ihik."

"Oh teh ya, dulu saya pernah baca, kalau teh itu direndam lebih dari 3 menit bisa ningkat kadar kafein yang keseduh. Kunti punya sakit jantung ya? Makanya meninggal gara-gara minum teh."

"Ihik ihik ihik, bukan gitu Bang Po. Kunti meninggalnya ketembak di kepala. Ini makanya kepala Kunti, Kunti tembel pake paku baja. Kunti meninggalnya waktu pertahanin Teh Gejih Beling hasil penemuan Kunti. Kunti kan doyan nge-teh, terus bikin penelitian buat teh herbal yang banyak manfaatnya. Tapi pas udah jadi yang ngebiayain penelitian minta hak ciptanya, Kunti jadi ngelawan. Eh Kunti malah di dor."

"Wih, Kunti orang pinter. Trus sekarang setelah meninggal, Kunti kegiatannya apa dong? Pasti bingung kan. Ikut Abang aja yuk, kedepan buat nakut-nakutin orang lewat. Lumayan muka takutnya buat hiburan." ajak Pocong.

"Enggaklah Bang! Kunti biarpun udah meninggal tapi tetep berkarya kok. Ini kunti nemu hape android, lumayan buat internetan. Kunti punya akun wetpet yang isinya buku-buku. Jadi masih sering baca buku, kadang juga bikin cerita." Pocong manggut-manggut mendengar penjelasan Kunti.

"Iya, lumayan bermanfaat tuh. Kapan-kapan Bang Po boleh pinjem ya?" tanya Pocong antusias.

"Boleh Bang. Eh Bang, Kunti jadi inget satu judul buku di wetpet setelah cerita-cerita sama Abang." Kunti segera mengeluarkan posel yang ia temukan beberapa bulan lalu.

"Emang cerita apa Dek Kunti?" tanya Pocong penasaran.

Kunti mengetik-ngetikan kata di ponselnya. Lalu menunjukkan layar ponsel tersebut ke Pocong, yang ternyata menampilkan sebuah e-book dengan sampul bergambar kopi dan teh ala energi keseimbangan Yin & Yang. Dengan judul unik yang menghiasinya.

Nona Teh dan Tuan Kopi.

Dengan antusias pocong mengambil posisi yang nyaman di sebelah kunti. Lalu meminta Kunti untuk 'membuka' buku tersebut untuk dibaca bersama-sama.

Namun saat memasuki bab ke 4, mereka kebingungan. Bacaan yang dicari sudah raib.

Ternyata sudah dihapus karena tuntutan penerbitan.

Pocong kecewa, awalnya berharap mendapat sedikit hiburan. Ternyata harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa membaca buku yang sudah menarik perhatiannya. Dan selanjutnya ia hanya bisa menghela napas kecewa.

Sebuah tepukan halus terasa di pundaknya. "Tenang Bang Po, penulisnya lagi bikin challenge nanti yang menang bisa dapet buku. Kunti bakal ikut, siapa tahu menang. Nanti bukunya bolehlah kita baca bareng. Karena Kunti sendiri juga belum sempat baca ceritanya. Oke?"

Perlahan Pocong menarik kedua sudut bibirnya. Dan tersenyum menawan ke Kunti.

END

---------------------

Udah gitu aja, soalnya orang ngawur. Ngawurnya ngetik juga mentok segitu. hahaha

mo mention dek @crowdstroia lagi ahh..

Udahlah, yg penting udah lega nih ikutan partisipasi biarpun g di edit.

moga bisa dapet bukunya buat aku baca sendiri. soalnya nasib kunti tentang NTdTK itu curcol.

ihik ihik ihik (ketawa kunti ala suzana)

rhummer

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro