DUA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

•Odiodidi•
©Elsy Jessy

"Ran, lo nyari tempat, ya. Biar gue yang pesenin. Lo mie ayam sama es teh, kan?"

Rani mengangguk sambil mengarahkan ibu jarinya. "Oke."

Odi segera bergerak masuk kerumunan siswa di depan stan-stan penjual makanan. Kantin di jam istirahat kedua bagaikan pusat perbelanjaan di saat banjir diskon. Ramai dan berisik. Maklum, ini adalah waktunya makan siang.

Setelah berhasil mendapatkan makanannya, Odi menyerahkan pada Rani yang sudah menunggu di meja paling pojok. Kemudian Odi menuju stan minuman. Dia membeli jus jeruk. Kata Rani minuman itu bisa mengobati sariawannya. Sudah beberapa hari belakangan ini dia memang panas dalam, mungkin karena kekurangan vitamin C.

'Prang'

"Sial! Lo udah nggak waras, ya? Rok gue jadi kotor begini!" bentak gadis yang tak sengaja ditabraknya itu.

"Ma-maaf, Kak." Odi merasa bersalah. Dia mencoba membantu membersihkan dengan tisu yang selalu dibawanya. Walaupun beberapa kali tangannya ditangkis.

Hari ini benar-benar sial. Kebiasaan Odi melamun, sangat berbahaya. Saat sedang membawa jus jeruk dan es teh pesanan Rani di tengah keramaian, Odi tak sengaja menubruk Bella. Menumpahkan jus jeruknya ke rok abu-abu gadis itu. Hampir seluruh bagian rok yang terkena. Belum lagi bulir-bulir jeruk yang ikut menempel, membuat Bella semakin emosi.

Sorot mata Bella dipenuhi amarah. Jelas karena dia tak membawa rok cadangan. Padahal sepulang sekolah, ada jadwal sesi pemotretan foto dan shooting konten endorse produk kosmetik remaja, yang mengharuskannya menggunakan seragam sekolah.

"Lo lagi. Lo ada masalah sama gue?" Suara lantang Bella membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Maaf, Kak. Gue bener-bener nggak sengaja," ucap Odi lirih sambil menunduk.

"Halah, dari tadi pagi lo emang udah cari gara-gara sama gue. Tujuan lo apa? Lo mau tenar? Panjat sosial? Hah?!" tuduh Bella.

Bella terus meluapkan kekesalannya pada Odi. Anak-anak lain mulai mendekat, mengelilingi mereka berdua. Awalnya, makian Bella pasrah diterima Odi. Sorakan anak-anak yang berada di sana mulai terdengar. Odi tahu, ini memang salahnya. Tapi apa harus dipermalukan seperti ini? Padahal dia sudah minta maaf. Kesabarannya mulai diambang batas.

"Jawab! Lo denger, kan?!" seru Bella.

Tak ada jawaban.

"Budek lo?! Apa lo nggak diajarin orangtua lo sopan santun?"

Masih tak ada suara.

Merasa menang karena tak ada perlawanan dari Odi, Bella tersenyum miring. "Oh, gue tahu, jangan-jangan lo nggak punya orang tua?"

Perkataan Bella sukses menyulut emosi Odi. Tangannya mengepal, kemarahan memuncak. Bella mulai membawa-bawa orang tuanya. Baik, orang tuanya memang bukan orang tua yang sempurna. Mereka bercerai di usianya belum genap lima tahun. Bahkan ayahnya sudah menikah lagi dan mempunyai keluarga baru. Tapi tetap saja Odi tak terima jika orang tuanya disangkut pautkan.

Entah keberanian dari mana, Odi mendorong Bella hingga tersungkur ke lantai. Ramai tepukan dari anak-anak yang menonton. Bisikan-bisikan pun mulai terdengar. Harga diri Bella terusik. Bella bangun dan membalas, menjambak rambut lurus Odi. Tak mau kalah, Odi juga melawan. Perkelahian mereka tak terelakan lagi.

Tak ada yang memisahkan. Rani yang juga berada di sana tak berani mendekat. Suasana kantin seketika berubah seperti ring tinju. Anak-anak di kantin sibuk mengambil gambar dan video pergulatan itu. Bagi mereka, ini adalah sesuatu yang langka. Sang Queen Bee sekolah melawan si gadis biasa.

Sebelum guru datang, Rio yang baru tiba di sana, melihat keributan itu. Sebagai ketua OSIS yang masih menjabat, dia wajib melakukan tindakan apabila ada yang mengganggu ketertiban sekolah.

"Hei, udah! Berhenti! Kalian kenapa, sih?" Rio memisahkan mereka.

Keduanya mendadak berhenti ketika Rio datang. Memalukan bagi Odi terlihat dengan keadaan seperti ini di depan Rio.

Untung saja Bu Sandra dan beberapa guru lainnya datang. "Kalian berdua ikut ke ruangan saya sekarang!" perintah guru BK itu.

Keadaan Bella sudah tak karuan. Rambutnya awut-awutan. Ada beberapa luka cakaran menghiasi wajah mulusnya. Seragamnya juga tampak berantakan. Bagaimana dengan Odi? Keadaannya pun tak jauh berbeda. Mereka duduk berjauhan dan hanya menunduk.

Rio melepas jaket, menyerahkannya ke Bella. "Nih, buat nutupin rok lo yang basah."

Bella menerima. "Thanks, Yo."

Odi melihat Rio menujukkan perhatiannya pada Bella. Hati Odi merasa tercubit. Harusnya dia yang berada di posisi itu.

Rio meninggalkan mereka setelah Bu Sandra masuk. Bu Sandra menunjukan raut kekecewaan melihat kelakuan kedua siswi ini.

"Apa alasan kalian melakukan hal memalukan ini?" tanya Bu Sandra sambil membetulkan letak kacamatanya.

Mereka diam, tak ada yang mau memulai.

"Apa karena menyukai laki-laki yang sama?" tebak Bu Sandra. Karena alasan klise pertengkaran perempuan biasanya tentang lelaki.

"Bukan. Saya nggak kenal dia. Dia menumpahkan jus jeruk ke rok saya, Bu." Bella angkat bicara.

"Saya nggak sengaja, Bu. Saya juga sudah minta maaf. Tapi Kak Bella terus memaki dan membawa-bawa orang tua saya, Bu. Saya nggak suka," jelas Odi seraya melirik tajam ke arah Bella.

Bella bangkit dari kursi, berdiri sambil melipat kedua tangan. "Dia dari tadi pagi udah ngeliatin saya mulu, Bu. Kayaknya dia iri, makanya sengaja mau ngikutin saya, Bu," tunjuk Bella mencoba membela diri.

"Enggak, Bu. Tadi pagi saya cuma nggak sengaja liatin Kak Bella, soalnya dia cantik." Odi memberi alasan.

"Tuh kan, bilang aja lo mau nyaingin gue! Oh, gue tau. Lo mau numpang panjat sosial sama gue, dengan cara nyerang gue?!" tuduh Bella.

Odi tak terima. "Nggak! Ngapain gue nyaingin lo. Yaelah, kalo sekedar terkenal, gue juga bisa lebih terkenal daripada lo!!" balas Odi sekenanya.

"Dasar figuran! Lo adik kelas tapi nyol ...."

Belum sempat Bella meneruskan, suara Bu Sandra memotong. "Sudah, sudah. Kalian ini kayak preman. Ini sekolah, bukan pasar! Kalian ini perempuan. Tidak sepantasnya berkelahi seperti ini."

"Hanya masalah sepele saja sampai seperti ini. Lihat itu, wajah kalian babak belur. Ya Tuhan, cantik-cantik kelakuan macam berandalan."

"Tidak ada toleransi lagi. Ini sudah keterlaluan. Sebagai hukuman, kalian akan diskors satu minggu," tambahnya.

Hening. Tak ada suara.

"Nabella Agustin, dan kamu. Siapa namamu?"

"Saya Maudi Wulandari kelas sepuluh IPS satu, Bu."

"Kelas sepuluh sudah berulah. Mau jadi jagoan?" Bu Sandra menyudutkan.

"Nggak, Bu," cicit Odi sambil menunduk.

"Ya sudah, ini surat untuk orang tua kalian. Tolong, jangan melakukan hal ini lagi."

Odi dan Bella keluar dari ruang BK. Di luar, dengan senyum remeh Bella tiba-tiba berceloteh, "Heh, coba buktiin ke gue kata-kata lo yang tadi."

"Bisa lebih populer dari pada gue? Mimpi aja lo," lanjutnya kemudian berlalu.

"Lihat aja ntar, gue bakal buktiin ke lo!" ucap Odi penuh keyakinan. Saat ini, harga dirinya dipertaruhkan.

Dengan langkah gontai Odi berjalan menuju kelas. Perkataan Bella tadi selalu berputar di kepalanya. Padahal Odi hanya asal ucap saja karena tak mau kalah dari Bella. Ya Tuhan, apa yang harus Odi lakukan? Apakah Odi bisa lebih populer daripada Bella? Memikirkannya saja sudah membuat Odi pening. Bagaimana bisa Odi mengalahkan Bella?

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro