DUA BELAS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

•Odiodidi•

©Elsy Jessy

"Hallo?"

"Hallo, Di. Lo di mana?"

"Gue di rumah, Ran. Bete banget nih, males ngapa-ngapain."

"Gue ke rumah lo, ya."

"Oke."

Sambungan telepon terputus.

Selang dua puluh menit, Rani tiba di rumah Odi. Rani membawa beberapa makanan manis dan es krim untuk meredakan kegalauan Odi.

"Gue sebel, tapi gak tau apa yang gue sebelin," kata Odi sambil menjilat es krim conenya.

"Ya udahlah, Di. Lagian lo kan emang nggak berhak marah atau sebel. Lo aja bukan siapa-siapanya Kak Rio. Lo tuh kadang-kadang aneh. Lo nggak berani nyapa Kak Rio langsung, tapi galau-galau nggak jelas gini," Rani menyendokan es krim ke mulutnya. "Gue berasa ngeliat penganut bias is mine yang galau denger kabar biasnya datting sama idol lain," sambungnya.

Tok ... Tok ...

"Di, ini gue." Suara Gery dari balik pintu.

"Masuk aja, Bang. Nggak dikunci," balas Odi.

Gery masuk membawa beberapa kantong plastik. "Nih gue bawain es boba sama nasi padang, mau nggak?"

"Maulah, Bang. Tau aja kalo gue lagi galau butuh asupan banyak makanan, thanks ya abang ganteng," ujar Odi sambil mengambil kantong plastik yang dibawa Gery.

Rani kaget karena ada banyak bungkusan nasi padang dan es boba. "Banyak banget, Bang. Buat se-RT?"

"Satu buat lo, Ran. Satu buat gue. Dan itu semua sesajen buat si perut karet ini kalo lagi galau." Kebiasaan Gery mengacak rambut Odi.

Mata Rani membulat. "Hah? Lo bisa makan sebanyak ini, Di?"

Odi mengangguk sambil terus menikmati es krimnya yang tinggal sedikit.

"Kalo ada lomba makan, pasti lo menang, Di," ujar Gery sambil tertawa.

"Gue rekam ya, Di. Gue baru tau kalo lo makhluk langka." Rani mengambil ponselnya dan mulai merekam.

"Ah, gue punya ide. Lo kan ngebet banget pengen populer, Di. Gimana kalo lo bikin channel Youtube aja," usul Gery.

"Oh iya, betul juga, Bang. Lo cerdas banget. Nggak sia-sia gue nempel lo terus selama ini," ujar Odi sambil memukul-mukul lengan Gery.

Rani mengacungkan jempol. "Nah, kalo ini gue setuju."

"Ran, tanyain nenek, dong. Senter di mana?" ujar Gery ke Rani.

"Senter buat apa, Bang?" tanya Rani.

"Buat lighting, biar terang," jawab Gery.

"Oke." Rani langsung menuju ruang keluarga mencari nenek.

"Kamar gue udah terang benderang gini kok, Bang," protes Odi.

"Udah deh siapin aja, ntar juga kalian tau."

Rani menyerahkan senter pada Gery. "Nih, Bang."

"Di, coba lo geser ke kanan dikit, agak ke sana lagi, nah iya bener." Gery mengatur pencahayaan dan background agar gambar terlihat lebih bagus.

"Ran, tolong ambilin piring yang agak gedean, kalo pake bungkusan gini nggak enak dilihatnya," perintah Gery pada Rani.

"Siap, Bang." Rani buru-buru menuju dapur.

Gery lanjutkan memberi instruksi, "Dan lo, Di. Benerin tuh rambut, jangan cepolan berantakan gitu."

"Kalo perlu, mandi dulu gih," imbuhnya.

Gadis itu membaas dengan tatapan sinis dan memajukan bibirnya seperti bebek. "Gue udah mandi, Bang. Lo tuh yang masih bau."

Gery tergelak. "Ya udah. Lo siap-siap. Mau bikin video harus keliatan cantik dikit, dong."

Odi tak terima. "Oh, berarti gue jelek?"

"Iya. Lo jelek." Gery terkikik.

Boneka beruang melayang ke arah Gery yang sedang tertawa. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Odi.

"Lagian lo tanya begitu. Lo cantik, kok. Makanya biar tambah cantik lo benerin tuh penampilan."

Odi patuh. Dia membetulkan pakaiannya dan segera membubuhkan bedak dan pewarna bibir berwarna nude pada wajah dan bibirnya

Sambil menyisir rambut Odi berkata, "Pake kamera hape emang nggak apa-apa, Bang?"

"Nggak apa-apa, buat sementara. Ntar kalo udah sukses jadi youtuber baru lo beli kamera profesional."

"Nah, gini kan seger. Kalo gitu lo foto buat thumbnail dulu ya, Di," lanjutnya sambil membidik Odi.

Semua sudah siap, shooting dimulai dengan perkenalan diri.

"Hai, guys. Gue Odi. Ini video pertama gue."

"Ini video pertama gue, jadi mohon maaf kalau ala kadarnya begini." Odi tertawa canggung untuk mengurangi rasa gugupnya di kamera. Maklum saja baru pertama kali dia membuat video seperti ini.

"Di video ini gue mau mukbang nasi padang dan es boba." Odi meperlihatkan makanan dan minumnya ke kamera. Lalu Odi memakan empat bungkus nasi padang yang dijadikan satu piring dan lima gelas es boba beraneka macam rasa hanya dalam waktu yang relatif singkat. Rani yang melihat secara langsung pun sempat tak percaya. Lagi-lagi Rani menggelengkan kepalanya. Takjub. Sedangkan Gery yang sudah terbiasa melihat Odi hanya senyum-senyum sambil terus mengambil gambar.

Gery melihat hasil rekamannya, "Nah, sekarang tinggal bikin akun Youtube terus upload."

"Wah, hasilnya bagus banget, Bang," ujar Odi setelah melihat hasil videonya.

Dengan tampang sombongnya Gery berkata, "Iya, dong. Gery Mahardika gitu loh."

"Ampun, Bang Jago!" respons Odi. "Tapi, makasi banget ide sama videonya," katanya lagi.

Geri hanya membalas singkat. "Santai! Kayak sama siapa aja lo."

Tak terasa senja menjelang, Gery pamit pulang. Ada tugas katanya. Odi dan Rani sibuk mengedit video yang akan diunggah ke akun Youtube channelnya.

Rani yang berada di samping Odi yang sibuk di layar laptopnya tiba-tiba bertanya. "Di, ni akun mau lo namain apa?"

Seketika gadis itu berhenti melakukan aktivitasnya dan berpikir. "Emmm ... Karena ini akun ngebahas tentang gue jadi gue namain Odiodidi, gimana?"

"Odiodidi? Apaan tuh? Aneh banget," ucap Rani keheranan.

Odi menanggapi sahabatnya itu. "Mendadak kepikiran aja. Nggak ada arti khusus, sih. Cuma nama panggilan gue yang diulang-ulang terus kedengarannya unik,"

Rani menganguk-angguk. "Boleh juga. Lagian buat branding juga cukup bagus." Gadis itu menjeda perkataannya saat matanya melirik layar monitor. "By the way, judul video lo ini apa?"

"Gue belum kepikiran sama sekali. Emm ... Apa, ya? Pokoknya harus yang menarik, sedikit clickbait tapi bukan pembohongan juga." Odi berpikir sejenak, tetapi tak juga menemukan jawabannya. "Menurut lo apa, Ran?"

"Gimana kalo 'TMO alias Tantangan Makan Odi'? Lo kan tadi makan cepet banget. Jadi kayak semacam tantangan melawan waktu gitu," jelas Rani.

"Boleh juga, tuh."

Setelah beberapa menit video itu akhirnya selesai diedit Odi. "Oke tinggal upload dan selesai, deh. Duh, gue deg-degan, nih. Ada yang bakalan nonton konten gue nggak, ya?"

"Ya, makanya upload dulu. Gimana bisa tau ada yang nonton atau nggak kalau lo aja belum upload."

" Kok gue jadi ragu-ragu. Apa nggak jadi aja?"

"Ya elah buruan upload. Sayang kan kalau nggak jadi di-upload. Katanya lo mau ngalahin kepopulerannya Kak Bella."

"Tapi ..."

"Ah, kelamaan." Rani yang tak sabar akhirnya mengunggah videonya.

Setelah satu jam menunggu hanya ada beberapa orang yang menonton kontennya.

Odi mulai risau. "Gimana nih, Ran? Yang nonton dikit."

"Sabar, dong. Baru sejam di-upload. Tenang aja." Rani berusaha menenangkan.

Tetapi Odi tetap saja merasa gelisah. "Kalau nggak ada yang nonton lagi, gimana?"

Rani menatap Odi. Dia memberi pencerahan pada teman sebangkunya itu. "Iya, nggak gimana-gimana. Kan lo baru upload satu video. Lo terus buat lagi aja video yang lain. Satu video wajar kalau belum banyak yang nonton."

Odi sedikit merasa lebih tenang. "Berarti gue harus banyak upload video?"

"Iya. Emang nggak gampang, sih. Sekarang youtuber menjamur. Banyak banget. Persaingan pasti ketat. Tepi lo nggak boleh nyerah. Semua itu nggak ada yang instan. Mie instan aja direbus dulu baru bisa dimakan." Rani memberi nasehat lagi.

"Terus gimana, Ran?" Odi bertanya lagi.

Rani jadi sedikit sebal dengan pertanyaan Odi yang baru saja masuk ke telinganya. "Tau ah, lo dari tadi gimana gimana mulu."

Terdengar ponsel Rani berdering. "Bentar, ya. Gue angkat dulu. Bokap gue, nih."

Odi mengangguk.

Rani sedikit menjauh dari tempat Odi, lalu menakan ikon hijau."Iya, Pah."

"..."

"Ini Rani masih di rumah Odi. Bentar lagi pulang."

"..."

"Iya. Ya udah, ni Rani pulang sekarang. Bye, Papah."

Rani mengakhiri sambungan telepon dengan sang ayah. Kemudian kembali duduk di samping Odi.

"Kenapa? Bokap lo nyuruh balik?" tanya Odi.

"Iya, Di. Calon nyokap gue sama anaknya mau ke rumah," jawab Rani.

Sangat hati-hati Odi bertanya lagi. Dia takut menyinggung perasaan Rani. "Jadi beneran bokap lo mau nikah lagi?"

Rani mengembuskan napas kasar. "Iya," balas Rani singkat.

"Serius lo nggak apa-apa?"

Rani tersenyum. "Iya, gue nggak apa-apa, kok. Tenang aja. Lagian gue yang nyuruh bokap buat cari pendamping lagi." Rani mengambil tas dan bersiap pulang. "Ntar deh, kapan-kapan gue ceritain. Gue balik dulu, ya."

"Ya udah. Makasih buat kuenya ya, Ran. Ati-ati di jalan."

Rani sudah pamit pulang lima belas menit yang lalu. Odi melihat viewers videonya tak ada kenaikan yang signifikan. Odi sudah pesimis. Pasti gagal lagi. Dia menutup laptopnya.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro