5 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ayd!" panggil Avryn sambil melangkah menuju ke Raiden yang sedang berbual dengan Samuel.

Raiden mengalihkan pandangan ke arah Avryn.

"Where have you been?" soal Raiden lalu mendekati Avryn.

"I went jogging with Ruf," jawab Avryn dengan senyuman nipisnya.

She felt the actual feeling of jog with a sibling.

"Hey," sapa Samuel sambil mendekati mereka berdua.

Avryn hanya mengangguk sebagai balasan.

"Where's Iris?" soal Avryn kerana sebelum dia dan Rufawi pergi bersenam mereka ada terserempak dengan Iris yang baru bangun tidur.

"She was eating breakfast when I last saw her," jawab Samuel mengingati kali terakhir dia melihat adiknya itu.

Avryn mengangguk faham.

"Hey, Avryn. How's life in a castle?" soal seorang menyebabkan perbualan antara mereka bertiga terhenti.

Avryn berasa menyampah melihat wajah bersolek tebal Tengku Nancy. Kalau tampar tak tahu debunya tebal mana.

"It's very well thank you," jawab Avryn dengan senyuman yang dibuat manis.

Tengku Nancy tersenyum sinis.

"Memang pun. Orang yang tak pernah duduk istana memang terlampau selesa. Moreover, you're just an ordinary girl from a legacy." ujar Tengku Nancy dengan senyuman riaknya.

Raiden sudah merenung Tengku Nancy tajam.

"Mind your manners will you?" soal Raiden dengan suara tertahan-tahan.

"Why should I give manners to an ordinary girl?" soal Tengku Nancy sambil melihat Avryn rendah.

Avryn terseyum sinis.

"You know what is the basic qualification to be a princess?" soal Avryn lalu menatap Tengku Nancy tajam.

Tengku Nancy terkelu lidah.

"A princess or prince is the resemblance of her or his country because she or he is the heir apparent of the monarch. Every single person will be observing her or his attitude and behaviour to see if they qualify to be a King or a Queen," kata Avryn lalu berpeluk tubuh melihat Tengku Nancy.

Tengku Nancy tersentak mendengar itu.

Raiden dan Samuel sudah berpandangan dengan senyuman lucu.

"What do you think I will tell others if you don't show me manners at all, Princess Nancy Rosella?" soal Avryn sambil tersenyum sinis.

Tengku Nancy merengus marah lalu melangkah menuju ke dalam istana.

"Nice one, Ryn." puji Samuel dengan tawa kecilnya.

"She deserve it anyways," balas Iris yang berdiri sedikit jauh dari mereka.

"You heard?" soal Raiden pelik kerana dia tidak nampak kelibat Iris tadi tetapi tiba-tiba muncul.

Iris mengangguk sebagai balasan dan melangkah mendekati mereka diikuti Rufawi dari belakang.

Rufawi masih berpakaian sehelai t-shirt tanpa lengan berwarna biru dengan seluar pendek khas untuk berlari berwarna putih dipadankan dengan kasut sukan Nike Zoom Vaporfly 4 Percent berwarna putih.

"Hey bro!" tegur Rufawi lalu berlaga tangan dengan Raiden.

Raiden tersenyum senang meihat adiknya itu. Wajah adiknya itu sangat kacak jika dibandingkan dengar umurnya yang muda. Genetik siapa dia pun tidak pasti.

Rufawi berdiri di samping Avryn lalu memeluk lengan Avryn.

"She's your brother's girl, fella." ujar Samuel melihat perbuatan Rufawi.

Raiden tersenyum kecil.

"She's my sister-in-law anyways," balas Rufawi dengan senyuman manisnya.

"Ayd wouldn't be jealous of his brother, would he?" soal Iris dengan senyuman nakalnya memandang Raiden.

"Why should I? Right baby?" soal Raiden kepada Avryn pula dengan kenyitan mata.

Avryn menjongketkan keningnya.

"Shouldn't you babe?" soal Avryn semula sambil menahan tawanya.

"Should I?" soal Raiden semula sambil ketawa.

"Gosh! You two are unbelievable," kata Iris lalu menghirup kopi yang dibawa bersamanya.

Avryn dan Raiden hanya tersenyum kecil lalu memandang Rufawi yang sedang melentokkan kepala di bahu Avryn dengan mata terpejam.

'I won't leave them anymore,'

***

"Ryn!"

Tengku Marleena memanggil anak gadisnya yang sedang berjalan keliling istana seorang diri.

Avryn melangkah laju menuju ke arah Tengku Marleena yang diiringi bodyguards setiap masa.

"Leave us alone," kata Tengku Marleena kepada bodyguards.

"Mom," sapa Avryn selepas bodyguards beredar.

"Yes my princess. How's life in castle? All good?" soal Tengku Marleena lalu mengambil tempat di bangu yang berhampiran diikuti Avryn.

"It's just fine, mom. Nancy is so annoying just like her mom," rungut Avryn dengan mimik muka yang tidak selesa.

Tengku Marleena ketawa kecil mendengar rungutan anaknya itu.

"You'll get used to it soon, dear. Dah fitting baju belum? Jangan lupa esok ada crowning ceremony. Nanti grandpa mengamuk kalau cucu sulungnya tak munculkan diri," pesan Tengku Marleena sambil mengusap lembut rambut Avryn yang sama sepertinya.

"I just finished altering my dress. Nasib baik tak ada orang nampak. Ruf tolong cover," kata Avryn kerana Rufawi menolongnya untuk berjumpa dengan pereka baju yang dipanggil khas oleh Tengku Marleena agar tidak dilihat oleh sesiapa.

Tengku Marleena tersenyum nipis melihat wajah anak gadisnya yang terpacar sinar kegembiraan.

"Zay datang?" soal Tengku Marleena mengingati perjumpaan dengan lelaki itu tempoh hari.

Avryn menghela nafas berat mendengar nama jejaka itu.

"Yesterday he called and said that he can't come because there is an emergency call from his company's branch at Dubai. He flies there today noon," tutur Avryn sambil melihat sekilas ibunya di sebelah.

Tengku Marleena mengangguk faham.

"Don't be sad, dear. He'll come after he comes back from Dubai to see you. Don't worry," pujuk Tengku Marleena apabila melihat Avryn kelihatan sedih itu.

"I just really miss him, mom." kata Avryn dengan genangan air mata.

Avryn tidak pasti kenapa tetapi hatinya sangat merindui jejaka itu. Lelaki itu selalu berada di sampingnya ketika susah dan senang tidak kira dia sibuk atau tidak. Sudah hampir seminggu dia tidak bersua muka dengan lelaki itu sejak dia dan Raiden tiba di England. Walaupun setiap malam jejaka itu menghubunginya dan FaceTime bersamanya, rindunya terhadap jejaka itu tidak terubat sepenuhnya.

Tengku Marleena menarik Avryn ke dalam pelukan apabila melihat air mata sudah membasahi pipi anakya itu.

"Don't cry, sweetheart. He'll definitely come and see you soon. All love need sacrifice to be together in the end," tutur Tengku Marleena sambil menepuk lembut bahu Avryn yang terhenjut-henjut menangis dalam dakapannya.

Tengku Marleena meleraikan pelukan lalu memegang wajah Avryn yang sudah merah.

"Listen to mom. Tomorrow is your life-changing day, dear. You need to be two times stronger than now to face all of them tomorrow. There will be a big problem tomorrow for sure. You need to be relaxed and ready for tomorrow. Zayden is the love of your life so you must believe in him and no one can change my son-in-law. He will come," ujar Tengku Marleena sambil mengesat air mata pada wajah Avryn.

Avryn mengangguk berkali-kali mendengar nasihat ibunya.

She must be strong no matter what.

"Mom, I am really grateful because I've come back to y'all at last. It's not like I don't like mama it's just I feel I'm back home. Love you, mom." ujar Avryn dengan senyuman manisnya.

"T'aime aussi, cheri."

Tengku Marleena mendakap anaknya dengan air mata bergenang di tubir mata. Dia menunggu terlalu lama untuk bersatu dengan satu-satunya puterinya itu.

'I won't lose my daughter anymore for any sake'

TO BE CONTINUE

VOTES & COMMENTS

^^^

❤STAY SAFE GUYS❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro