Babak 2: Plasebo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lebih baik aku berteman dengan orang-orang asing di dalam game daripada bertemu dengan mereka yang mengetahui tragedi apa yang sudah terjadi dalam kehidupanku," ucap Alvin sembari mengenakan headset. Dia sedang bermain bersama salah satu teman dekatnya di sebuah MMORPG (1) dan melakukan farming (2) demi membuat senjata dan kostum yang lebih kuat dan tentunya, menarik perhatian saking ekslusifnya.

[Hei, kamu yakin dengan yang kamu katakan? Bukannya masih ada Cass? Dia itu seniormu, loh. Untung dia tidak aktif sekarang,] balas Erwin, teman satu clan (3) Alvin dan Cass. Dialah orang yang dulu mengundang Alvin ke dalam kelompok dan tidak menyangka bahwa Cass, ketua dari clan bernama ONE SHOT, ternyata berada satu fakultas dengan Alvin; Fakultas Kehutanan di Universitas Clarius Jaya.

"Yah ... kecuali beberapa orang. Mereka yang menghormati keputusanku dan mereka yang lebih baik mengurusi urusannya sendiri dibandingkan orang lain."

Erwin tertawa dan membalas dengan nada mengejek, [Pantas kamu enggak punya pacar. Yakin, deh, mereka mana tahan sama cowok dingin dan cuek macam dirimu.]

Alvin mendecahkan lidah, bukan hanya karena ucapan dari Erwin tapi karena karakter yang dia mainkan tidak sengaja terjatuh dari reruntuhan dan terpaksa mendaki lagi sampai lantai teratas di mana monster slime berwarna-warni berkeliaran di sana. "Halah, ngaca sana. Kamu sendiri, sudah berapa banyak pacar yang putusin kamu, hah? Kamu sendiri lebih banyak ngurusin quest (4) di bandingkan kencan sama mereka."

[Hehehe ... cuman game yang tidak akan pernah mengkhianatiku. Manusia mah, sedikit aja dipengaruhi dengan kata-kata orang sirik, pasti akan berbalik arah menyerang kita. Ah, Al ... aku balik dulu ke ruang gulid (5). Tasku sudah kepenuhan.]

"Hah? Baru juga satu jam di sini. Apa sih yang kamu simpan di sana?"

[Bukan urusanmu kalau kamu tidak mau membelinya. Dah! Aku mau menjajahkan daganganku dulu.]

"Cih, dasar otak pembisnis."

Tokoh yang dimainkan Erwin perlahan menghilang dari ujung kaki hingga kepala, sampai jalur komunikasi mereka berdua ikut terputus. Alvin mendorong kakinya hingga kursi dorongnya membawa pemuda itu ke tengah-tengah kamar.

Alvin mendongak ke atas, memandang langit-langit yang setiap sisinya terpasang lampu LED strip yang diatur berwarna biru muda agar ruangannya tetap terang meski tanpa menggunakan bohlam lampu utama. Dia langsung teringat dengan jadwal minum obatnya setelah melihat lingkaran biru dari lampu itu, di mana kapsul yang biasa dia minum memiliki warna yang sama.

Cepat-cepat dia meraih nakas yang ada di dekat tempat tidur, membuka sebuah kompartemen obat dengan tujuh kotak tembus pandang berisi tiga jenis obat di setiap kisinya. Dia harus meminum obat-obat itu secara berkala atau kilas balik itu perlahan akan merayap di dalam otak dan mempertontonkannya dengan kejadian mengerikan itu lagi dan lagi.

Meski Jeremy sudah memperingatkan Alvin bahwa dia hanya perlu meminum satu jenis obat saja untuk satu hari, tapi Alvin tidak percaya dengannya. Semenjak dia berhenti bertemu dengan dokter Tino, psikiater yang disarankan Jeremy untuknya, Alvin sudah tidak mau lagi berurusan dengan dokter kejiwaan yang lain. Padahal, dokter Tino sudah memberikan surat pengantar agar Alvin bisa mencari dokter yang pas di Makassar karena terapinya belum termasuk kelar.

Setelah Alvin bisa terlepas dari peralatan penyokong nyawa, pemuda itu dibawa oleh Jeremy ke Malang untuk diberi perawatan sembari diawasi di rumahnya. Saat itu Jeremy masih bekerja di RS Lovelette sebagai staf adminstrasi bagian rekam medis, dia berjanji akan berhenti dari sana setelah periode kerjanya berakhir. Padahal, Alvin pun tidak keberatan tinggal bersamanya di Malang dibandingkan Makassar, sebab rumah yang sekarang ditinggal Alvin selalu mengingatkannya akan sosok keluarganya yang sudah tiada.

Namun Jeremy bersikeras untuk tetap membawanya kembali ke Makassar karena Alvin masih harus melanjutkan kuliah yang sempat tersendat. Sayangnya, satu tahun berlalu dan Alvin masih saja tidak mau pergi ke kampus.

Jika ada orang-orang yang lalai dalam pengobatannya tanpa pengawasan ahli, Alvin malah akan lebih rajin jika tidak diurusi kepentingannya. Dia yang merasakan sensasi menyakitkan itu, maka dia tahu saat itulah waktunya untuk meminum obat. Dia juga sempat mencoba apakah bisa meminumnya melewati jadwal? Apa dia bisa tidak mengonsumsinya selama satu hari saja?

Yang terjadi ... Alvin malah mengalami ketergantungan yang cukup parah sebab dia terlalu mengandalkan zat kimia dan tidak menyeimbangkannya dengan terapi kognitif (6) dan sejenisnya.

Sehingga dia berakhir memiliki sugesti yang kuat. Jika dia tidak minum obat, maka dia akan sakit. Hal ini disadari Qaila dan sempat mengakali dengan membuka kapsul obat yang ada dan menjadikannya sebagai obat plasebo (7). Hasilnya Alvin mengamuk karena efek penenang yang biasa dia minum tidak didapatnya.

Selepas kejadian itu, Jeremy dan Qaila menyerah dan sudah tidak akan mengganggu keponakannya itu. Yang terpenting adalah kenyamanan Alvin karena dia pun punya kemauan besar untuk cepat sembuh dari traumanya.

Alvin sudah seperti burung dalam sangkarnya, di mana dia akan menggigil ketakutan ketika pintu kandanganya terbuka, sebab dia menganggap dunia itu mengerikan.

Tiba-tiba terdengar suara email masuk di dalam bantalan headset. Alvin kembali beralih ke meja kerja dan membukan pesan baru itu; undangan ke sebuah game metaverse yang sedang naik daun di tanah air.

"Beh, mantap! Langsung dapat paket VVIP! Mana mungkin aku menolaknya," seru Alvin kepada dirinya sendiri sambil mengetik balasan untuk developer game yang berpusat di Rusia itu.

Berkat hobinya pula, Alvin semakin hatam dalam menggunakan bahasa universal dunia seperti Inggris, Jerman, Mandarin, dan Jepang. Sindiran orang-orang yang mengatakan bahwa video game mempersempit hubungan sosial seseorang itu tidak benar. Malah Alvin punya ribuan teman di luar negeri, dari sesama mahasiswa hingga seorang CEO yang menyempatkan diri melepas stres bersamanya. Dunia game adalah tempat di mana mereka bisa melupakan status maupun derajat seseorang di dunia nyata. Untuk sementara waktu, tentunya.

Tidak butuh waktu lama untuk Alvin menerima balasan dan mendapatkan link untuk menginstal video game yang katanya bisa menjajah kehidupan umat manusia.

Metaverse adalah sebuah teknologi yang disempurnakan dari para pendahulunya, seperti RPG (8) dan Virtual Reality (9). Di mana para pemainnya bisa merasakan dunia tak terbatas dengan melihat, bergerak, hingga merasakannya secara nyata. Sebuah tempat pelarian terbaik dari kenyataan dunia yang mengenaskan dan penuh tragedi. Pemain adalah pemeran utama dalam cerita mereka sendiri di mana mereka punya hak dan kebebasan untuk mengatur dunia kecilnya.

Karena game sekelas metaverse membutuhkan kapasitas yang besar dan peralatan yang cukup kompleks, Alvin terpaksa menunggu paket perangkatnya sampai di rumah, kemudian dia bisa memamerkannya ke para pengikutnya di Youtube.

"Aku bisa main sama artis sekelas Syahrini, nih. Kan dia sudah jadi penjual jilbab ekslusif di sana. Hahahaha," canda Alvin sambil bangkit dari kursi dan melangkah pelan ke jendela kamarnya.

Tirai kamarnya digeser dan cahaya matahari pagi menyapanya dengan hangat. "Ha ... waktunya untuk pemanasan." Alvin berjalan menuju gantungan bajunya, mengambil jaket parasut, topi baseball, dan masker wajah. Tidak lupa mengambil tongkat bantu jalan yang dia genggam di tangan kanannya.

Berbeda dengan tongkat jalan yang biasa digunakan banyak orang, yang terlihat sangat tidak estetik dan membuat penampilan pemuda itu semakin menyedihkan, tongkat yang dia gunakan dimodifikasi sehingga terlihat seperti tongkat yang biasa digunakan pria Eropa di abad pertengahan. Dan bukannya terbuat dari kayu, tongkatnya terbuat dari besi yang kokoh namun tetap ringan.

Bantalan tempat untuk tangannya menumpu pun diberi warna biru metalik yang semakin memberikan kesan menawan untuk sebuah tongkat berjalan. Walau kadang dia mendengar sindiran orang yang mengatakan bahwa dia terlalu muda menggunakan tongkat itu, sebab benda tersebut sering digunakan oleh orang-orang lanjut usia.

Tapi Alvin sudah menutup erat-erat telinganya. Dia tidak peduli dengan siapapun kecuali dirinya sendiri.

"Oke ... semoga hari ini baik untukmu, Alvin." Pemuda itu menyemangati dirinya, kemudian membuka pintu kamar sambil berteriak di lorong, "Aku mau menghirup udara segar di luar dulu."

(1) MMORPG: Kependekan dari Massively Multiplayer Online Role-Playing Game. Permainan bermain peran yang dapat diakses oleh banyak pemain secara massal untuk bermain bersama dalam dunia maya yang terus berkembang pada saat yang sama melalui sambungan Internet dan LAN.

(2) Farming: Istilah untuk berburu di satu tempat atau satu jenis monster tertentu untuk mendapatkan uang, material, barang langka, dan sejenisnya.

(3) Clan: Sekelompok orang yang dipersatukan oleh perasaan adanya hubungan kekerabatan, baik aktual maupun tidak. Sebuah organisasi dalam sebuah game.

(4) Quest: Sebuah pencarian atau misi adalah tugas dalam video game di mana karakter maupun kelompok karakter yang dikendalikan pemain yang dapat diselesaikan untuk mendapatkan hadiah tertentu sesuai tingkat kesulitannya.

(5) Ruang guild: Tempat berkumpulnya anggota klan, serikat, atau kelompok yang hanya bisa dimasuki oleh anggotanya saja.

(6) Terapi kognitif: Atau terapi perilaku kognitif adalah salah satu jenis psikoterapi. Terapi ini banyak digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan, termasuk stres, depresi, dan gangguan kecemasan.

(7) Obat plasebo: "Obat palsu" yang bentuknya dibuat mirip dengan obat asli. Obat ini sering digunakan sebagai pembanding untuk menguji efektivitas suatu obat dalam uji klinis. Meski tidak mengandung obat apapun, placebo bisa menimbulkan efek semu yang membuat penggunanya merasa lebih baik.

(8) RPG: Role-Playing Game atau permainan bermain peran adalah sebuah permainan di mana pemainnya memainkan peran karakter dalam latar fiksi. Pemain bertanggung jawab untuk memerankan peran ini dalam sebuah narasi, baik dengan melakukan akting, melalui proses pengambilan keputusan yang terstruktur, atau pengembangan karakter.

(9) Virtual reality: Realitas virtual, atau realitas maya adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan hasil simulasi komputer, suatu lingkungan sungguhan di dunia nyata yang disalin atau lingkungan fiktif yang hanya ada dalam imajinasi.

*** *** ***

Mungkin buat para pembaca yang masih awam dengan dunia video game pasti lagi garuk-garuk kepala dengan segala singkatan dan bahasa pergamean ini.

Tenang saja ... pelan-pelan kalian akan terbiasa. Kalau mau merasakan setiap definisi yang ada, sudah bisa kalian coba kok di perangkat ponsel kalian. Coba aja main game ringan dulu, kalau sudah ketagihan, kabari aku ya. Wkwkwkwwkw.

Bahas tentang game—game apa aja yang sudah kalian coba? Apa game favorit kalian?

Sampai jumpa di bab berikutnya!

*** *** ***

Author note:

WARNING!

If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you will risk of a malware attack. If you wish to read this story safety, read this in THE ORIGINAL web! Please, support the author with some respect.

Thank you,

Hygea Galenica

--- --- ---

PERINGATAN!

Jika Anda membaca cerita ini di platform lain SELAIN WATTPAD, Anda akan berisiko terkena serangan malware. Jika Anda ingin membaca cerita ini dengan aman, bacalah di web ASLI! Tolong, dukung penulis dengan cara yang lebih terhormat.

Terima kasih,

Hygea Galenica

*** *** ***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro