Khawatir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Daffa menggeleng samar menatap layar laptop di hadapannya.

Sejak tadi otaknya sudah ia paksa untuk fokus mengerjakan tugasnya tapi akhir-akhir ini otaknya selalu dipenuhi oleh wajah seseorang.

Entah sejak kapan, Daffa nggak tau pasti, Zeva jadi sering mampir di otaknya. Iya, Zevanya Agni Paramitha, si cewek freak itu.

Hubungan mereka jadi berkembang sampai sejauh ini sejak pertemuan pertama mereka, eh kedua -yang pertama kan waktu tabrakan di toko buku- di kafe deket taman kota. Sikap aneh Zeva yang tiba-tiba minta ditemenin makan terus berlanjut ke obrolan absurd dua stranger yang kemudian membawa mereka jadi mengenal satu sama lain lebih dekat.

Daffa nggak tau harus menyebut hubungannya dengan Zeva ini dengan sebutan apa. Mereka teman tapi Daffa sudah mulai terbuka dengan menjadikan Zeva tempatnya berkeluh kesah tentang program moveonnya dari Diba. Zeva pun melakukan hal yang sama dengan dunia wattpadnya.

Tapi, makin kesini hubungan mereka jadi aneh. Perasaannya juga ikutan aneh.

Seperti sekarang ini. Bukannya fokus pada tugasnya Daffa malah memilih mengambil ponsel di atas meja lalu membawanya ke atas kasur di kamar berukuran sedang itu.

Jarinya bergerak lincah di atas layar ponsel. Nggak lama ponsel itu menempel di telinganya.

"Halo, cewek lagi ngapain?"

"Hah? Apaan?"

Daffa mengernyitkan dahinya. "Zeva?"

"Iya kenapa?"

"Kayak bukan suara lo dih."

Suara Zeva terdengar aneh di telinganya. Sedikit bindeng mirip suara kodok.

"Iya, bindeng nih gue. Lagi pilek soalnya."

"Kok bisa?"

"Ya bisa lah, Daffa. Gue kan manusia biasa bukan mutan anti penyakit."

Suara lemah Zeva itu membatalkan niat Daffa untuk meledek cewek itu. Perasaannya jadi nggak tenang sekarang.

"Udah makan?"

"Udah barusan."

"Minum obat?"

"Belum, besok aja. Abis obatnya."

"Nggak bisa beli di apotek emang?"

"Males ah, lemes gue, Daf."

Daffa menghela napas. "Kenapa lo sakit pas gue nggak di sana sih?"

"Ya mana gue tau, emang gue minta sakit?! Jangan bikin kesel lo ya!"

Cengiran Daffa terbit. Zeva tetaplah Zeva yang galak walaupun lagi pilek.

"Lo sih makan junk food mulu. Kalo udah sakit gini, siapa coba yang susah?"

"Iya, iya. Ngomel mulu kayak kakak gue."

"Seneng banget ya lo bikin gue khawatir?"

"Cie khawatir."

Daffa mendecak. Ia sama sekali nggak bermaksud mengkode tapi ia betul-betul khawatir pada Zeva yang ceroboh itu.

"Ck, dikhawatirin bukannya seneng."

"Iya kok seneng, makasih mas Daffa."

"Cepet sembuh, Zev, mau gue bawain apa besok?"

"Besok? Besok masih hari kamis, mas."

"Terus?"

"Lo nggak kuliah emang?"

"Bolos sehari nggak pa-pa lah."

"Dih."

"Buat mastiin lo baik-baik aja."

Daffa mengatupkan bibirnya cepat. Ia menyesali ucapan yang terlalu jujur. Bukan sekarang waktunya untuk itu, tapi nanti saat ia benar-benar sudah lepas dari bayangan Diba.

"So sweet. Nggak usah, Daf. Kuliah aja dulu yang penting, besok gue ke dokter."

"Sama siapa? Kan kakak lo kerja."

Daffa teringat pembicaraannya dengan Zeva tentang kakaknya yang kerja kantoran lima hari seminggu kadang sabtu juga lembur, membuat cewek itu selalu merasa kesepian di rumah saat nggak kuliah dan memilih buat ngebolang ke tempat yang nggak pernah dia datengin.

Zeva memang tinggal bersama kakak perempuannya. Dua orang tuanya bercerai dan sekarang sudah menikah lagi.

"Sendiri lah."

"Jangan maksain, Zeva."

"Ya terus masa gue diem aja gitu?"

"Iya sih, tapi,-"

"Dah ya, debatnya besok lagi, gue mau tidur nih mata udah berat banget."

Daffa menghela napas panjang. "Yaudah, tidur yang nyenyak ya biar cepet sembuh."

"Iya, makasih. Lo nugas ya? Selamet nugas deh semoga kelar ya nggak molor lagi kayak kemarin-kemarin."

Daffa tersenyum lagi. "Yaudah. Tidur, Zeva."

"Iya, mas."

"Good night."

Klik.

Mata Daffa terarah pada langit-langit kamarnya. Memikirkan banyak kemungkinan dari keputusan yang akan diambilnya besok.

Bergegas Daffa bangkit dari kasur dan menuju meja belajarnya. Sekarang fokusnya sepenuhnya tertuju pada tugas. Lebih tepatnya, berusaha fokus pada tugasnya dan berhenti mengkhawatirkan Zeva sejenak.

Uluhuluh Daffa sa ae nih ah elah
Makasih yaaaa buat semuanyaaaa yang udah baca, vote dan komen!
Makasihhhh!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro