2. Fase Terakhir dari Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ternyata memang benar, orang yang tulus dalam hubungan tidak secepat itu menemukan pengganti. Itulah yang saat ini dirasakan Camila, rasa sepi itu memang kerap kali datang padanya.

Ini hanya tentang kebiasaan, kebiasaan membuat bekal, makan bersama, pulang bersama, main berkedok kerja kelompok, dan lainnya.

"Aku rindu kenangannya, bukan manusianya."

"Camila, coba ceritakan perasaan kamu saat ini," titah Bu Arin dalam kelasnya yang bertema isi hati remaja.

"Semua yang terjadi, itu pasti yang terbaik."

Semua teman-teman Camila ikut sedih mendengar kabar berakhirnya hubungan mereka.

"Apa yang kamu harapkan dari diri kamu sendiri?"

Camila tersenyum dan menghela napas sebelum membuka suara.

"Melupakan semua yang terjadi kemarin. Kalau bisa, rasanya ingin menghilangkan beberapa scene," ucap Camila dengan tenang.

Bu Arin tersenyum dan mendekati Camila. "Jangan dilupakan ya, Mila. Akan lebih baik jika kamu jadikan itu sebagai pelajaran. Ibu percaya kamu bisa bangkit dan kembali seperti dulu. Kamu masih muda, jalanmu masih panjang, banyak yang harus kamu bahagiakan, termasuk diri kamu sendiri. Semangat, Camila."

"Semangat Mila!"

"Mila lo keren, Mil!"

"Kita dukung kamu move on, Mil!"

Camila tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Setidaknya dari satu orang yang mengkhianatinya, menghadirkan puluhan orang yang mendukungnya.

Kelas Bu Arin memang menjadi kelas favorit murid-murid SMA Pelita ini. Bu Arin sendiri merupakan guru BK. Tak jarang ia masuk ke kelas yang kebetulan jam kosong dan mengisinya entah dengan materi tata tertib, kedisiplinan, atau dengan curhat-curhatan seperti ini. Intinya, tergantung suasana.

Khansa mematikan ponselnya. Ia mengembuskan asap rokok dari mulutnya. "Sial." Hatinya menjadi tak tenang saat melihat video Camila yang diunggah teman-teman sekelasnya.

"Cowo kayak gue emang pantes lo lupain, Mil. Semoga lo dapet yang lebih baik daripada gue."

Entah benar atau tidak, hatinya belum sepenuhnya rela mengatakan itu semua.

***

Sore ini, Camila kembali duduk di halte menunggu jemputan. Ia menatap lurus ke depan, ia jadi teringat beberapa alasan yang pernah menjadi alasan mereka putus.

Seseorang yang bukan takdirmu, akan menemukan jalannya untuk pergi. Kalimat itu Camila benarkan saat ini.

Saat asyik menatap lalu lalang jalanan, matanya teralih dengan dua orang di depan sana. Clara tampak naik ke atas motor Khansa. Keduanya menaiki motor dan pergi melewati jalanan di depan Camila.

Khansa sempat melirik Camila dari balik helm nya. Clara sendiri tidak mau mempedulikan Camila, baginya ia dan Khansa adalah pasangan sempurna dan akan lebih sempurna lagi jika tidak melibatkan Camila dalam hubungan mereka.

Ia tersenyum tipis. Semoga Khansa bahagia, dan semoga Clara memang yang terbaik untuk lelaki itu. Masa lalu memang sebaiknya dilupakan. Benar bukan?

"Jangan pernah mengabaikan orang yang mencintaimu, peduli padamu, dan amat sangat merindukanmu. Karena suatu hari, kamu mungkin terbangun dari tidurmu dan menyadari bahwa kamu kehilangan bulan saat menghitung bintang."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro