(39) Selimut - Kuroo Tetsurou

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Selimut"

Request dari futaries

Fandom: Haikyuu

Childhood!Kuroo x Childhood!Sleepy!Reader

Happy Reading!

"Tetsurou-kun, bisakah kau datang ke rumah? (Name) tidak mau bangun dari tidurnya, padahal sudah kami sudah berusaha membangunkannya."

"Walaupun kalian sedang libur sekolah—tapi bukan berarti (Name) harus seperti ini, kan?"

"Bangunkan (Name), Tetsurou—kau belum pernah membangunkannya, kan?"

Kuroo menghela napas saat mengingat ucapan ibu dan ayah (Name) yang datang ke rumahnya pagi ini. Mereka kini masih berada di rumah Kuroo, berbicara dengan ibu dan ayahnya.

'Bersiap saja kau (Name)—akan kuajak kau jalan pagi,' pikir Kuroo berdiri di depan pintu kediaman keluarga (Surname), dengan kunci pintu berada di tangannya.

(Name) adalah teman kecil Kuroo dan Kenma—yang seumuran dengan Kenma. Tapi pada umur 10 tahun, (Name) harus ikut pindah bersama orang tuanya ke Prancis karena pekerjaan kedua orang tua (Name)—sang ayah yang bekerja sebagai CEO (yang disuruh bekerja di salah satu cabang disana) dan sang ibu yang bekerja sebagai fotografer (yang kebetulan juga mendapat klien disana).

Lalu, 5 tahun kemudian—keluarga (Surname) kembali ke Jepang karena ayah (Name) kembali bekerja di kantor lamanya dan ibu (Name) yang sudah tidak punya klien di Prancis. Dan mereka bertiga perlu setengah bulan untuk kembali merasa nyaman satu sama lain.

Namun ada satu masalah yang tidak bisa diatasi sejak (Name) kembali ke Jepang—dia sulit bangun pagi.

Kuroo tidak pernah diminta untuk membangunkan (Name) semenjak keluarga (Surname) kembali ke Jepang, melainkan ibu Kenma dan ibu Kuroo. Kali ini orang tua (Name) meminta Kuroo yang membangunkan (Name), dan juga diperintah oleh ibu Kuroo sendiri.

"Ojyamashimasu~" ucap Kuroo setelah membuka kunci pintu, dan menutupnya.[1]

'Untuk keluarga kaya, rumah keluarga (Name) terlalu sederhana,' pikir Kuroo melihat perabotan rumah (Name) yang sederhana—bukan dari merk ternama.

Kuroo menaiki tangga rumah (Name), karena dia hapal dimana kamar (Name). Begitu sampai di depan pintu nomor dua sebelah kanan setelah tangga—tanpa ragu Kuroo membuka pintu.

"(Name)~ laki-laki paling tampan di dunia datang membangunkanmu~" ucap Kuroo.

"Ugh—"

Kamar (Name) termasuk sederhana, semua barang tersusun rapi—namun yang menjadi pusat perhatian Kuroo adalah bundelan selimut yang tak diragukan lagi ada (Name) yang tertidur di dalamnya.

"Bangun," ucap Kuroo mengguncang selimut yang melindungi (Name), "ayo jalan pagi."

Tiba-tiba kepala (Name) menyembul dari selimut, kemudian menatap Kuroo dengan tatapan mengantuknya. Pipi Kuroo sedikit merah saat melihat ekspresi mengantuk serta rambut tidur (Name) yang berantakan namun tampak imut di matanya. (Name) langsung merinding tak lama kepalanya keluar.

"Samui," ucap (Name)—hendak masuk ke dalam selimut tetapi kepalanya langsung ditahan Kuroo. [2]

"Om dan Tante menyuruhku membangunkanmu—jangan jadikan liburan untuk alasanmu bagun siang," ucap Kuroo tersenyum lebar, walaupun tick mark di kening Kuroo menandakan dia sedikit kesal.

(Name) mengembungkan pipinya.

"Soto ga samu sugiru," rengek (Name). [3]

"Kalau begitu—akan kutarik selimutmu, agar kau bisa merasakan dinginnya diluar selimutmu," ucap Kuroo tersenyum sadis.

Mata mengantuk (Name) langsung terbuka lebar, dan pegangannya pada selimut langsung menguat.

"JANGAN TARIK!" ucap (Name) panik—dan wajahnya langsung jadi semerah tomat.

Kuroo mengangkat sebelah alis heran, tapi tak membuatnya berhenti menarik selimut (Name).

"Kalau begitu keluar dari selimutmu dan ayo jalan pagi," ajak Kuroo.

"T-tapi diluar dingin—" (Name) berhenti saat melihat Kuroo memberikan tatapan khas kucing marah padanya, "k-kalau begitu, Tetsurou. Bisakah kau menghidupkan heater yang ada disana?" ucap (Name) dengan menatap heater yang berada tak jauh dari kasurnya.

Kuroo memutar bola matanya, lalu menghidupkan heater—seperti yang (Name) pinta.

"L-lalu, tunggulah aku di bawah—"

"Kau akan tidur lagi, aku yakin itu," potong Kuroo.

"K-kalau aku tertidur tutup hidungku!" ucap (Name).

"Itu merepotkan—lebih baik kutarik selimutmu," sahut Kuroo.

"Apapun! Apapun selain menarik selimutku!" pinta (Name).

"Kenapa kau bersikeras sekali?" heran Kuroo, "apa kau menyembunyikan sesuatu di dalam selimutmu?"

Wajah (Name) memucat—checkmate.

"T-tidak ada kok! Serius!" ucap (Name) panik.

'Jelas sekali dia berbohong,' pikir Kuroo.

"Baiklah—kutunggu 10 menit," ucap Kuroo berjalan keluar kamar (Name).

Setelah pintu kamarnya tertutup sempurna, (Name) menghela napas lega lalu mengintip ke dalam selimutnya—dimana dia tidak memakai apapun selain bra dan pansu.

'Mana mungkin aku membiarkan Tetsurou tahu kalau aku tidur dengan pakaian seperti ini,' pikir (Name).

"Aah—aku baru tidur jam 3 pagi karena terlalu asik bermain otoge dan menonton anime dari handphone-ku, sekarang baru jam 6," gumam (Name).

'Tidur 5 menit tidak masalah, kan? Aku hanya perlu bersiap selama 5 menit,' pikir (Name) dengan matanya yang mulai mengantuk—dia begitu nyaman dengan selimutnya, dan kini heater membuatnya kembali mengantuk karena suhu kamarnya yang mulai hangat.

___

"Sudah 10 menit," ucap Kuroo yang selesai membuatkan sarapan untuk (Name)—dengan meminjam dapur rumah (Surname) tentunya.

'Seharusnya dia sudah siap—kalau tidak tertidur, tentunya,' pikir Kuroo menaiki tangga.

Begitu sampai di depan kamar (Name), Kuroo mengetuk pintunya tiga kali.

"Oi, (Name)—sudah 10 menit lho, apa kau sudah siap? Ayo sarapan dulu sebelum jalan pagi," ucap Kuroo.

Sunyi.

"(Name)?"

Sunyi.

'Dia tertidur,' pikir Kuroo langsung membuka pintu kamar (Name).

Dan benar dugaan Kuroo, suhu kamar yang menghangat tentu membuat (Name) kembali tertidur. Kali ini kepala (Name) tidak masuk ke dalam bundelan selimutnya. Kuroo mendekati (Name) yang tertidur pulas.

"(Name)—sudah kubilang kau akan tertidur lagi kan?" ucap Kuroo, "jadi jangan salahkan aku kalau sekarang aku menutup hidungmu."

Tangan Kuroo hendak memegang hidung (Name), tapi Kuroo berhenti saat sadar pegangan (Name) pada selimutnya melonggar. Rasa penasaran Kuroo mulai muncul.

'Kau tidak mungkin menyembunyikan narkoba di dalam selimutmu, kan?' pikir Kuroo lalu tertawa kecil karena pikiran anehnya itu.

Tangan Kuroo yang awalnya hendak memegang hidung (Name), kini berpindah ke selimut (Name). Saat tangannya berhasil memegang selimut, Kuroo melirik (Name) yang masih tertidur. Kuroo mengangguk singkat lalu kembali fokus pada selimut yang membalut tubuh (Name) hingga dagunya itu.

Saat Kuroo berhasil menarik sedikit selimunya, mata Kuroo langsung dihidangkan oleh bahu (Name) yang tidak tertutupi bahkan oleh sehelai benang pun.

"Eh?"

Wajah Kuroo langsung memerah—dan dengan cepat dia menoleh ke arah lain. Segala kemungkinan langsung memenuhi kepala Kuroo—bagaimanapun juga, dia laki-laki normal.

'Astaga—apa (Name) tidak memakai pakaian tidur? Apa dia tidur selalu begini?' pikir Kuroo.

Tapi kemudian Kuroo menggeleng.

"Tidak mungkin," gumam Kuroo lalu kembali menghadap ke arah (Name)—yang masih tertidur, "mungkin saja pakaian tidurnya sedikit longgar."

Kuroo berdehem pelan, dengan pipinya yang semakin memerah.

"H-hanya memastikan," ucap Kuroo kembali menoleh ke arah lain, tapi tangannya perlahan menarik selimut (Name) ke bawah.

Dan tidak sadar kalau (Name) mulai terbangun karena tangan Kuroo menyentuh kulitnya.

'Tunggu—apa yang barusan kuucapkan!? Seharunya aku menutup hidungnya saja! (Name) sudah melarangku untuk—'

Kuroo menoleh ke arah (Name), mendapati perempuan berambut (h/c) sudah tersadar 100% dan menatap syok Kuroo yang sedang menarik selimutnya—hampir menampilkan dada (Name).

"(Name), aku bisa jelaskan—"

"TIDAK ADA YANG PERLU DIJELASKAN SETELAH KULARANG, BAKA!"

(PLAK!)

___

Kedua orang tua (Name) baru saja sampai di depan rumah mereka—setelah berbicara dengan kedua orang tua Kuroo.

"Apa Tetsurou bisa membangunkan (Name)?" tanya ibu (Name) khawatir.

Ayah (Name) tersenyum lalu menoleh ke arah pintu rumah, "kita akan tahu secepatnya—"

Baru saja ayah (Name) hendak memegang ganggang pintu, tiba-tiba pintu rumah mereka sudah terbuka oleh (Name) yang sudah memakai pakaian olahraga dengan zipper yang (Name) naikkan hingga menutupi pipinya. (Name) tampak terkejut saat melihat kedua orang tuanya sudah berdiri di depan rumah.

"Papa, Mama? Darimana?" tanya (Name) tersenyum—walaupun tidak terlihat tapi aura berbunga yang (Name) tunjukkan, dapat dipastikan kalau dia sedang tersenyum.

"Oh, kami dari rumah keluarga Kuroo—apa Tetsurou yang membangunkanmu?" tanya ayah (Name).

"Yup," jawab (Name) tersenyum dengan mata tertutup lalu mengangguk, "aku terkejut—kukira ibu Tetsurou atau ibu Kenma yang membangunkanku."

"Kau mau kemana, (Name)? Dan dimana Tetsurou?" tanya ibu (Name).

"Tetsurou ada di dapur, sedang mencuci piring. Dan aku mau jogging, Tetsurou yang mengajakku jogging pagi. Tadi kami sarapan, Tetsurou yang buat dan dia menyuruhku duluan—padahal aku mau mencuci piring, tapi dia bilang dia saja," jawab (Name).

Kedua orang tua (Name) memasang wajah terkejut, tak menyangka Kuroo berhasil 'membangunkan' anak mereka, (Name).

.

.

.

Omake:

"Kalau begitu aku jogging dulu, Papa, Mama," ucap (Name) setelah menurunkan sedikit zipper jaketnya, kemudian mencium pipi kedua orang tuanya dan pergi jogging.

Orang tua (Name) saling pandang, lalu melihat (Name) yang sudah pergi. Mereka berdua pun masuk ke rumah dengan senyum.

"Sepertinya mulai sekarang kita akan meminta Tetsurou saja," ucap ayah (Name), disusul anggukan kepala ibu (Name).

Saat mereka berdua memasuki dapur, mereka melihat Kuroo yang selesai mencuci piring.

"Tetsurou, terima kasih sudah mau membangunkan (Name)," ucap ibu (Name).

"Jangan terlalu dipikirkan, Tante," ucap Kuroo menoleh ke mereka berdua.

Dan betapa terkejutnya orang tua (Name) saat melihat pipi kanan Kuroo memerah dengan bekas tangan disana—tanda habis ditampar dengan kekuatan penuh.

"T-TETSUROU-KUN!? ADA APA DENGAN WAJAHMU!?"

"Hm, hanya sedikit salam dari seseorang."

"A-A-APA (NAME) HABIS MENAMPARMU??"

"Aah, jangan dipikirkan—dari awal ini memang salahku."

___

[1] Ojyamashimasu : Maaf menganggu

[2] Samui : Dingin (suhu ruangan)

[3] Soto ga samu sugiru : Diluar terlalu dingin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro