(53) Maaf - Shirabu Kenjirou

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari FukuzawaAmanda

Fandom: Haikyuu

Shirabu x Ushijima!Sick!Reader

Happy Reading!

"Kembali ke bangku kalian masing-masing, homeroom akan segera dimulai," ucap sensei memasuki ruang kelas beberapa saat setelah bel berbunyi.

Para murid mulai menyapa sang sensei.

"Pertama-tama-"

Ucapan sensei terpotong oleh suara pintu kelas yang terbuka, menunjukkan sosok perempuan berambut dark olive serta dengan iris mata yang senada, dan ekspresi datar.

"Maafkan aku terlambat, sensei," ucapnya.

"Ushijima (Name)-san," ucap sensei tampak tidak marah ataupun kesal-hanya sekedar menyapanya, "kalau begitu, duduklah di kursimu."

Perempuan itu mengangguk singkat lalu berjalan menuju bangkunya, yang bersebelahan dengan Shirabu Kenjirou, anggota voli SMA Shiratorizawa. Shirabu yang melihat (Name) duduk, hanya bisa terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka mulutnya.

"Selamat pagi, Shirabu-kun," sapa perempuan itu-memotong Shirabu.

"Selamat pagi, Ushijima-san," balas Shirabu kembali fokus pada papan tulis.

"Panggil saja nama depanku, Shirabu-kun," ucap (Name) membuka buku yang sudah dia keluarkan dari tas, "atau panggil kakakku dengan nama pertamanya."

Shirabu menghela napas, "memanggil kalian dengan nama depan itu sedikit...."

"Tapi aku tahu kau tidak nyaman memanggilku dengan marga keluargaku, kan?" tanya (Name), "mengingat kau begitu mengagumi sosok 'Ushijima-senpai' sejak SMP."

Shirabu tidak membalas, dia tidak membantah ucapan (Name), karena apa yang perempuan itu ucapkan benar adanya. Sosok Ushijima di SMA Shiratorizawa sangatlah terkenal, bahkan sebelum Ushijima masuk SMA Shiratorizawa itu sendiri, saat Ushijima masih bersekolah di SMP Shiratorizawa. Ushijima Wakatoshi yang terkenal akan kemampuan non-akademiknya, terutama pada bidang voli. Kekuatan smash-nya yang menggunakan tangan kiri, membuat para libero kesulitan untuk membalas.

Berbeda lagi Ushijima (Name), adik dari Ushijima Wakatoshi. (Name) masuk ke SMP Shiratorizawa melalui jalur tes, dan masuk SMA Shiratorizawa dengan beasiswa akademik-berbeda dengan sang kakak yang keduanya mengunakan beasiswa non-akademik. (Name) juga sering izin tidak masuk sekolah tanpa alasan yang diketahui, namun sekolah tampak memakluminya. Namun, yang paling disayangkan oleh [hampir] seluruh sekolah adalah (Name) tidak mengikuti kegiatan voli seperti yang kakaknya lakukan.

"Ngomong-ngomong, kudengar tim kalian masuk seleksi lomba untuk perwakilan prefektur ya?" tanya (Name) membuat Shirabu menoleh ke arahnya.

"Ya, begitu juga dengan tim putri," jawab Shirabu melihat perubahan ekspresi (Name).

Namun tidak ada perubahan berarti.

"Ooh, kalau begitu aku akan memberi selamat pada kakak," balas (Name) fokus pada sensei.

Shirabu menatap lama (Name), sebelum akhirnya membuang pandangannya dan fokus pada pelajaran.

___

Bel istirahat baru saja berbunyi, banyak murid mulai keluar untuk makan ataupun memakan bekal mereka di kelas. Shirabu yang baru saja ingin berdiri untuk membeli makanan di kantin, harus berhenti tiba-tiba karena gerombolan siswi yang tiba-tiba memasuki kelas.

Menuju meja (Name), lebih tepatnya.

"Ushijima-san! Kami mencarimu sejak minggu lalu!" ucap salah satu dari para siswi.

"Ehm, apa kalian dari klub voli?" tanya (Name).

'Oh, mereka pemain inti klub voli,' pikir Shirabu mengenali wajah para siswi, 'tapi dimana sang kapten?'

"Benar!" jawab mereka, "dan kami dari klub voli ingin meminta tolong padamu."

(Name) memiringkan kepalanya dengan heran.

"Kami mohon, jadilah pemain inti tim voli untuk pertandingan voli mendatang!"

Iris mata Shirabu melebar, kemudian dia melihat wajah (Name) yang nampak tidak berubah.

"Kenapa?" tanya (Name).

"K-kapten kami terkena musibah, dia mengalami kecelaakaan yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit, dan kemungkinan tidak akan sembuh saat pertandingan minggu depan."

"Kalian punya pemain cadangan, kan?"

"Peminat voli putri tidak seramai voli putra, jumlah kami pas untuk membuat tim inti, tapi tidak cukup untuk pemain cadangan."

"Ada murid lain yang atletis, kan? Kenapa harus aku?" tanya (Name).

Para tim voli saling pandang dengan canggung, sebelum akhirnya menjawab.

"K-karena Ushijima-san ... k-kakakmu ace tim voli putra, kan?"

Saat itu, Shirabu dapat melihat perubahan ekspresi (Name)-walau hanya sepersekian detik. Tapi Shirabu yakin, ekspresi singkat yang (Name) tunjukkan bukanlah ekspresi yang bagus.

-Ekspresi yang seolah mengatakan "lagi-lagi tentang kakakku."

"Lalu?" tanya (Name).

"Eh?"

"Kakakku berprestasi, bukan berarti aku juga berprestasi, kan?" tanya (Name), "kenapa orang-orang selalu beranggapan kalau aku kuat seperti kakakku?" gumam (Name) lalu berdiri dan membawa beberapa buku, "maaf aku menolak, aku tidak tertarik-aku juga harus mengantarkan PR-ku ke kantor guru."

"K-kami mohon, Ushijima-san!"

(Name) mengerutkan alisnya, hendak menjawab-

"Kenapa tidak ikuti permintaan mereka, Ushijima-san," ucap Shirabu.

(Name) dan yang lain menoleh ke arah Shirabu, yang membalas sekarang sedang menatap mereka.

"Setidaknya bermainlah sekali lagi, Ushijima-san," ucap Shirabu.

(Name) terdiam, sebelum akhirnya menghela napas panjang.

"Baiklah-" wajah tim voli langsung sumringah, "-tapi aku mau Shirabu-kun memanggilku dengan nama pertamaku mulai sekarang."

Seketika suara ribut kelas hilang, menjadi sunyi sepi. Shirabu awalnya mencerna ucapan (Name), yang kemudian iris matanya melebar kaget, disusul wajah memerahnya.

"Tentu saja, aku akan memanggil nama pertamamu juga," ucap (Name), "hanya itu syaratku untuk menggantikan kapten tim voli untuk sementara."

Kini semua orang menoleh pada Shirabu, yang perlahan merasakan pipinya memanas.

'Apa hubungannya denganku?' pikir Shirabu sebelum akhirnya membuka mulutnya.

"(Name)-san," panggil Shirabu.

"Mhm, Kenjirou-kun," balas (Name) sedikit tersenyum-membuat kondisi wajah Shirabu jadi semakin parah, "baiklah. Kalau begitu aku akan pergi ke ruang guru untuk mengantarkan PR-ku."

"Ushi-(Name)-san, biarkan aku menemanimu," balas Shirabu berdiri dari kursinya.

Mereka berdua keluar dari kelas, berjalan dalam diam, sampai akhirnya Shirabu membuka mulutnya.

"Kenapa kau memberikan syarat seperti itu?" tanya Shirabu.

"Memanggil nama pertamamu?" sahut (Name) menoleh ke arah Shirabu, "aku hanya ingin kau berhenti memanggilku dengan marga keluargaku, karena aku tahu aku tidak bisa menolak permintaan tim voli."

Shiarbu menoleh dengan tatapan tak percaya.

"Haah?"

"Aku hanya tidak ingin marga 'Ushijima-senpai' yang kau puja hancur," ucap (Name), "seorang Ushijima yang tidak jago bermain voli, bukannya terdengar aneh?"

"Apa maksudmu?" tanya Shirabu, "bukannya waktu SMP kau juga pernah bermain?"

Iris olive (Name) melebar, dan dia menoleh pada Shirabu yang fokus pada koridor di depan mereka.

"Eh?"

"Oleh karena itu aku sedikit heran, kenapa kau tidak masuk SMA Shiratorizawa dengan jalur beasiswa non-akademik. Saat SMP, permainanmu sama bagusnya dengan kakakmu."

(Name) terdiam mendengar penjelasan Shirabu.

"Kupikir tidak ada yang ingat," bisik (Name).

"Hm, apa kau mengatakan sesuatu, (Name)-san?" tanya Shirabu.

"Eh, tidak ada kok," jawab (Name) menggeleng.

___

Hari berlalu dengan cepat, dan hari pertandingan pun datang. Setelah pertandingan tim voli putra, SMA Shiratorizawa melawan SMA Karasuno, yang dimenangkan oleh SMA Karasuno-kini dilanjutkan oleh pertandingan tim voli putri SMA Shiratorizawa.

"Nee, nee, Kenjirou."

Shirabu menoleh pada sumber suara dan melihat salah satu senpai, Tendou, sedang memanggilnya.

"Ada apa, senpai?" tanya Shirabu.

"Apa (Name)-chan baik-baik saja seminggu ini?"

Shirabu mengangkat sebelah alis, "dia tidak masuk sejak minggu lalu. Memangnya ada apa, senpai?"

Tendou menoleh ke depan mereka berdua, dimana Ushijima sedang berjalan. Mereka semua sedang berjalan menuju gedung sebelah, dimana dilakukannya pertandingan voli putri.

"Kudengar, minggu lalu-Wakatoshi-chan bertengkar hebat dengan adiknya lho," bisik Tendou.

"Eh, kenapa?" tanya Shirabu-Ushijima bersaudara tidaklah mudah untuk bertengkar karena hal sepele.

"Wakatoshi-chan melarang adiknya ikut pertandingan hari ini, tapi (Name)-chan tetap bersikeras untuk ikut, dan disaat itulah mereka berdebat dan bertengkar," jelas Tendou, "kudengar mereka tidak pernah berbicara semenjak itu."

"Ushijima-senpai melarangnya?" kaget Shirabu.

Saat Tendou ingin menyahut, mereka sudah sampai di gedung dimana pertandingan dilakukan. Begitu mereka masuk, sorakan penonton langsung menyambut mereka. Mereka semua menoleh ke papan nilai.

Deuce, dengan Shiratorizawa memimpin-yang berarti, satu poin, maka Shiratorizawa akan menang.

Shirabu menatap tengah lapangan, dimana dia melihat (Name) sedang mengatur napasnya, dengan keringat yang bercucuran dan wajah yang pucat. Saat itu Shirabu mengerutkan alisnya.

'Seharusnya wajah (Name)-san merah-bukan pucat,' pikir Shirabu.

Peluit berbunyi, server diawali dari Shiratorizawa. Tim lawan menerima bola dengan baik, yang langsung memantul ke daerah Shiratorizawa. Setter langsung bersiap, dan dia menoleh ke arah (Name).

"Ushijima-san!"

(Name) mengangguk singkat, dan mulai berlari. Bola diterima setter, bersamaan dengan melompatnya (Name). Tak sampai disana, setter langsung melakukan quick, ditambah ayunan tangan kiri (Name).

'Seperti Ushijima-senpai,' pikir Shirabu.

Bola melesat, melewati pertahanan musuh dan menghantam daerah lawan dengan suara yang keras. Suasana menjadi sunyi, sebelum akhirnya sorakan meriah memenuhi gedung, menemani suara peluit tanda permainan berakhir-yang dimenangkan oleh tim Shiratorizawa.

Shirabu tersenyum kecil, sambil mendekati (Name) yang tidak ikut perayaan kecil yang dilakukan oleh tim putri, yang dipimpin oleh Tendou, "kau bisa melakukannya, (Name)-san."

"A-aku ... melakukannya," ucap (Name) dengan napas yang semakin berat, dan tangannya memegang dadanya-daerah jantungnya yang berdetak terlalu cepat.

Shirabu berhenti, ekspresi khawatir terlukis di wajahnya, "(Name)-san?"

Pandangan (Name) memburam, dan tubuhnya perlahan jatuh.

(Bruk!)

Iris Shirabu membesar, dan tubuhnya tidak bisa bergerak, bahkan setelah melihat keributan luar biasa serta setelah melihat Ushijima berlari dan mengangkat (Name).

"Apa ... yang terjadi?"

___

Sudah seminggu semenjak pertandingan voli, dan sudah seminggu ini Shirabu mengunjungi rumah sakit tempat (Name) dirawat. Ushijima sudah menjelaskan semuanya pada Shirabu, yang langsung menjawab beberapa alasan kenapa (Name) jarang masuk sekolah dan kenapa (Name) berhenti bermain saat SMP.

"(Name) berhenti bermain voli saat SMP karena saat itu dia baru diketahui mengidap penyakit jantung lemah, yang membuatnya harus berhenti total dari bermain voli. (Name) juga jarang masuk sekolah karena dia harus rutin melakukan rehabilitasi di rumah sakit. Oleh karena itu aku melarangnya bermain."

Shirabu menghela napas panjang, kemudian bersandar pada kursi tunggu yang berada di depan ruang rawat inap (Name). Dia mendecih pelan lalu mengepalkan tangannya.

"Semua ini terjadi karena aku memaksanya," gumam Shirabu menunduk.

"Ini bukan salahmu."

Shirabu mengangkat kepalanya, dimana dia melihat Ushijima sedang berdiri di depannya.

"Ini juga bukan salah tim voli putri," sambung Ushijima duduk di sebelah Shirabu, "ini semua salahku yang tidak bisa menghentikan (Name) sepenuhnya. Aku gagal sebagai kakak, dan sebagai pemain voli."

"Ushijima-senpai...."

"Lalu, apa kau kemari karena (Name) sudah sadar?" tanya Ushijima.

Sehirabu tampak heran, sebelum akhirnya menyadari maksud Ushijima dan dia langsung berdiri.

"(Name) sudah sadar!?" tanya Shirabu tak percaya.

Ushijima mengangguk, "tadi rumah sakit menelponku, mengatakan bahwa (Name) sudah sadarkan diri."

Shirabu tampak senang, sebelum akhirnya dia tersadar dan berdehem pelan.

"Ehm, jika Ushijima-senpai ingin menemui (Name)-san terlebih dahulu-silakan," ucap Shirabu.

Ushijima hanya memiringkan kepalanya, "kau tidak mau menjenguknya? Setelah sesering ini berkunjung ke rumah sakit?"

Shirabu terdiam, dan menggeleng pelan.

"Bagaimanapun, orang pertama yang harus (Name) lihat adalah kau, Ushijima-senpai," jawab Shirabu.

"Kau tidak mengatakannya karena masih merasa bersalah, kan?"

Tubuh Shirabu menegang, tanda tebakan Ushijima benar.

"Aku sudah menghubungi tim voli putri, dan mereka sedang dalam perjalanan kemari," ucap Ushijima, "aku berencana menjenguknya terakhir. Sambil menunggu tim voli putri, kenapa tidak kau jenguk dia?" tanya Ushijima, "aku kemari lebih awal karena ingin mengurus urusan surat registrasi (Name)."

Shirabu terdiam, tampak ragu dengan tawaran Ushijima.

"Lagipula, ada banyak hal yang ingin kau katakan pada (Name), bukan begitu?"

Akhirnya Shirabu mengangguk, dan mulai berjalan memasuki ruangan (Name). sementara Ushijima hanya melirik ke arah Shirabu sebelum akhirnya berjalan menuju ruang registrasi rumah sakit.

'Kau bisa melakukannya,' pikir Shirabu menghela napas singkat setelah masuk dan menutup pintu ruang inap (Name).

Napas Shirabu tercekat saat melihat sosok yang dia kunjungi selama seminggu ini-sudah sadar dan sedang menatap jendela ruang inap. Sadar ada yang menatapnya, (Name) pun menoleh ke arah pintu.

"Ohh, Kenjirou-kun," sapa (Name) sambil melambaikan tangannya.

Shirabu terdiam sejenak, sebelum akhirnya berjalan mendekati (Name).

"Halo, (Name)-san."

Shirabu duduk di kursi yang berada di sebelah kasur, kursi yang biasa dia duduki saat (Name) masih tidak sadarkan diri. Shirabu kemudian menarik napas panjang lalu membuka mulutnya.

"(Name)-san, aku-"

"Jika yang kau ucapkan adalah permintaan maaf, maka akan kupukul wajahmu," ucap (Name) memotong ucapan Shirabu.

Shirabu menutup mulutnya, tampak ragu untuk mengutarkan maksudnya-yang membuktikan bahwa dugaan (Name) benar. (Name) hanya tertawa kecil.

"Hei, Kenjirou-kun, mendekatlah kemari," pinta (Name).

Shirabu tampak bingung, sebelum akhirnya mengangguk. Shirabu berdiri kemudian melangkahkan diri mendekat ke kasur. Setelah cukup dekat, tiba-tiba (Name) menarik Shirabu ke dalam pelukannya-mendaratkan kepala Shirabu di atas bahu kiri (Name).

"(Name)-san!?"

Pelukan (Name) mengerat-membuat Shirabu sulit untuk bergerak. Lalu salah satu tangan (Name) terangkat, dan mulai mengelus kepala Shirabu.

"Shh, terima kasih, Kenjirou-kun," gumam (Name) menenggelamkan wajahnya di rambut Shirabu.

"H-hah?"

"Kau orang pertama yang kutahu, bahwa ada yang mengingat permainanku saat SMP."

"Aku bukan satu-satunya orang yang mengingatnya, (Name)-san," ucap Shirabu perlahan membalas pelukan (Name).

"Tapi aku bersyukur bahwa salah satunya adalah Kenjirou-kun," sahut (Name) tertawa kecil.

Shirabu mengerutkan alisnya, "apa maksudmu, (Name)-san?"

Seketika (Name) langsung melepaskan pelukannya, dan tersenyum pada Shirabu.

"Bukan apa-apa~"

Shirabu menatap curiga (Name), sebelum akhirnya menghela napas dan kembali duduk-yang tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka.

"Sepertinya tim voli sudah datang," ucap Shirabu berdiri dari kursinya, "aku akan kembali setelah urusanmu dengan tim voli selesai, dan pulang saat Ushijima-senpai selesai mengurus surat registrasimu."

(Name) mengembungkan kedua pipinya, "kakakku sengaja menjengukku terakhir agar dia puas menceramahiku karena tidak mengikuti ucapannya," gerutu (Name) tapi kemudian kembali tersenyum ke arah Shirabu, "tapi terima kasih sudah mau menjengukku."

Shirabu hanya mengangguk singkat, lalu berjalan keluar-tidak menyadari mulut (Name) bergerak seolah mengatakan sesuatu padanya.

"Terima kasih Kenjirou, aku menyukaimu."

___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro