(55) Masokis - Kaminaga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari RainAlexi123

Fandom: Joker Game

Kaminaga x Sadistic!Tsundere!Reader

Happy Reading!

.

.

.

"Kaminaga, kudengar kau itu masokis?"

Laki-laki berambut coklat dengan manik hazelnut itu langsung tersedak saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari teman sebangkunya—seorang perempuan berambut (h/c) dengan manik (e/c) yang menatapnya dengan tatapan penasaran.

"(Name)-chan, aku tidak masokis," protes Kaminaga meletakkan minumannya di atas mejanya.

(Name) hanya bergumam kecil, mengangguk pelan. Ikut meletakkan minuman di atas mejanya, (Name) menyeringai sambil melirik ke arah Kaminaga.

"Kebohongan publik," sahut (Name) memukul pelan pundak Kaminaga.

"(Name)-chan, jika aku adalah masokis—maka aku adalah masokis paling bahagia di dunia," ungkap Kaminaga.

(Name) menoleh ke teman sebangkunya itu dengan penasaran, kemudian mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa begitu?" tanya (Name), ingin tau alasan temannya berkata seperti itu.

Kaminaga tertawa, kemudian melirik ke arah pintu kelas 2-D yang berada di belakang. Setelah itu dia kembali fokus ke arah (Name) yang masih menatapnya dengan tatapan penasaran.

"Karena aku bisa sebangku dengan 'Sadistic Queen' selama 2 tahun ini," jawab Kaminaga—kemudian mengedipkan sebelah matanya kepada (Name).

(Name) langsung memasang wajah jijik, membuat Kaminaga kembali tertawa. (Name) memutar bola matanya kemudian kembali mengambil minumannya di atas meja lalu meminumnya.

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu, aku bukan 'Sadistic Queen' atau semacamnya," ucap (Name) dengan nada bosan—kembali meletakkan minuman di atas meja.

"Aku tidak akan memanggilmu dengan panggilan itu, (Name)-chan," sahut Kaminaga. "Tapi aku tidak akan menyangkal kalau kau adalah 'Sadistic Queen' di sekolah ini."

(Name) menggerutu pelan, berencana meladeni Kaminaga tapi terhenti saat Kaminaga menunjuk ke arah pintu kelas bagian belakang dengan jempol tangannya. (Name) menoleh ke arah yang ditunjuk dan maniknya menangkap pemandangan yang sudah tidak asing baginya selama 2 tahun terakhir. Di pintu kelas, ada segerombol laki-laki—baik dari angkatan satu, dua atau tiga, baik ikemen ataupun tidak—yang mengintip ke kelas 2-D.

Lebih tepatnya mengintip (Name).

Menghela napas panjang lalu berdiri dari kursi, (Name) berjalan mendekati lemari besi yang ada di pojok belakang kelas—kemudian mengambil sapu dan berjalan menuju pintu kelas.

"Ada perlu apa?" nada dingin terlontar, ekspresi gelap tertempel namun senyum khas tetap terlukis di wajah ayu (Name).

Segerombolan laki-laki itu langsung tersentak kaget, dan wajah mereka menjadi berbinar saat melihat ekspresi killer (Name).

"Aaah, (Name)-sama~ Ekspresi yang cantik," puji mereka—seolah melihat sebuah harta karun dunia.

Kembali menghela napas, (Name) kemudian memijat hidungnya. Manik (e/c)nya kemudian melirik ke arah bangkunya—dimana Kaminaga sedang bercanda ria bersama beberapa perempuan yang sekelas dengan mereka. Tak jarang juga Kaminaga mengelus rambut salah satu dari mereka kemudian tertawa lepas. Kembungkan kedua pipi yang memerah lalu membuang pandangan, (Name) hanya bisa merutuki sang laki-laki dalam pikiran.

'Aku juga mau dielus seperti itu sejak sebangku dengannya,' batin (Name) memandang sepatunya.

Berkedip beberapa kali kala menyadari apa yang dipikirkan, (Name) langsung mengeratkan pegangan pada sapu kemudian menendang tong sampah kosong yang tak bersalah—melampiaskan kekesalan pada benda mati itu.

"AKU TIDAK MAU DIELUS OLEH WOMANIZER SEPERTI DIA! MATI SAJA ORANG SEPERTI DIA!" pekik (Name) penuh kekesalan—menendang tong sampah tanpa henti, menyiksa benda tersebut tanpa ampun dan sesekali memukulnya dengan sapu.

"Aah, aku mau jadi tong sampah itu. Dapat merasakan amukan (Name)-sama," gumam para fans maso (Name).

Seolah dipancing kemarahannya, (Name) menoleh ke arah fans-nya dengan kesal.

"PERGI KALIAN, DASAR FANS MASO!!"

"Aaah~ marahi kami lebih sadis lagi, (Name)-sama!!"

___

"Kaminaga itu masokis, (Name)/(Name)-san."

Pandang kedua teman yang mengikuti klub yang sejenis, (Name) menatap curiga kedua laki-laki itu.

"Permainkan aku, kubunuh kalian," ancam (Name) dengan senyum khas dan ekspresi gelapnya.

"Aku tidak peduli jika kau tidak percaya padaku," sahut Hatano melakukan pemanasan.

"Kami berdua sudah satu sekolah dengan Kaminaga sejak SMP, (Name)-san," ungkap Jitsui juga melakukan pemanasan.

(Name) menghela napas panjang sambil mengayunkan pedang kayu dengan sebelah tangannya. Mengingat kejadian saat istirahat tadi, (Name) kembali mengembungkan kedua pipi—memasang ekspresi ngambek dengan pipi yang sedikit memerah.

"Dan juga, aku ingin dielus olehnya," gumam (Name) mengerenyitkan dahi.

Hatano dan Jitsui hanya diam melihat sang perempuan yang tampak merutuki teman sebangkunya lagi.

"EH, AKU TIDAK MAU DIELUS OLEH WOMANIZER SEPERTI KAMINAGA, OKE!?" pekik (Name) ke kedua temannya yang tampak sudah biasa dengan tingkah shy-shy-cat 'Sadistic Queen' aka (Name).

"Kami tidak bilang apapun," sahut Hatano menyeringai jahil—terkadang sifat (Name) yang ini menjadi hiburan tersendiri bagi kapten klub judo itu.

"Tapi jika (Name)-san mau, akan kami sampaikan ke Kaminaga, bagaimana?" tanya Jitsui tersenyum—yang dapat disimpulkan bahwa kapten klub karate juga menikmati sifat tersembunyi dari kapten klub kendo.

"Kalian mau kupukul pakai shinai* ya?" tanya (Name) tersenyum kepada kedua laki-laki itu—mengayunkan pedang kayu yang dia pegang dengan mudah, dengan hanya sebelah tangannya.

"Sang Ratu Sadis marah," ejek Hatano tak menghilangkan seringai jahil di wajahnya.

"(Name)-san si sadis marah?" tanya Jitsui ikut mengejek (Name).

"Aku tidak mau dengar kata sadis dari Duo Sadistic seperti kalian berdua," sahut (Name) mengayunkan pedangnya ke arah mereka berdua—yang tentu dihindari dengan mudah oleh mereka berdua.

Bagi para masokis (entah laki-laki ataupun perempuan), pemandangan ini adalah eyes candy—tiga orang tersadis di sekolah sedang 'bercengkrama' satu sama lain.

"Ngomong-ngomong, baru kali ini kulihat klub kendo berlatih disini," ucap Hatano melihat anggota klub kendo yang sedang berlatih mengayunkan pedang mereka.

"Latihan disini hanyalah alasan," sahut (Name) melihat anggota klubnya yang berlatih. "Sebenarnya aku mengajak klubku berlatih disini agar aku bisa bertemu dengan kalian berdua."

Jitsui dan Hatano saling pandang, sedikit kaget dengan keputusan (Name) yang membawa klubnya demi alasan pribadi. (Name) yang sadar dengan reaksi kedua temannya kembali mengembungkan pipi dengan kesal.

"Mau curhat tentang Kaminaga?" tanya mereka serempak—seolah tau apa yang (Name) inginkan dari mereka berdua.

"SIAPA JUGA YANG MAU CURHAT TENTANG DIA!? AKU TIDAK MARAH HANYA KARENA TIDAK DIELUS OLEHNYA!!" pekik (Name) kembali mengayunkan pedangnya—kembali menyerang kedua laki-laki itu.

'Jadi memang tentang Kaminaga,' pikir mereka berdua menghindari semua serangan brutal (Name).

"Jadi?" tanya Hatano melihat (Name) mengatur napasnya, tenaganya habis digunakan untuk menyerang kedua temannya itu.

"Sudah kubilang bukan tentang laki-laki itu," gerutu (Name) kemudian pipinya memerah. "Tapi karena kalian mengungkit nama Kaminaga, maka aku akan cerita tentang dia—agar kalian tidak kecewa karena dugaan kalian salah, ok!? Bukan karena aku memang ingin curhat tentangnya," sambungnya kemudian.

'Dasar tsundere sadis,' pikir mereka berdua.

"Ada apa dengan Kaminaga, (Name)-san?" tanya Jitsui.

"Kalian tau, akhir-akhir ini Kaminaga jadi lebih menyebalkan," jawab (Name). "Akhir-akhir ini dia lebih sering berbicara dengan perempuan lain ketimbang denganku. Akhir-akhir ini dia lebih sering mengelus kepala perempuan lain—aku bahkan belum pernah dielus olehnya. Dan dia juga lebih sering menolak ajakanku dan dia jarang berbicara denganku. Aku tidak marah, tapi aku tidak terima kalau diabaikan olehnya seperti ini lalu—"

"Nyatakan sudah perasaanmu pada si maso itu, (Name)/(Name)-san," potong Jitsui dan Hatano—memasang ekspresi kesal karena telinga mereka sudah panas mendengar curhatan penuh kecemburuan yang sama tiap kali mereka bertiga berkumpul.

Sudah bukan rahasia lagi bagi Jitsui dan Hatano kalau teman mereka yang satu ini menyukai Kaminaga sejak kelas satu—sejak (Name) dan Kaminaga jadi teman sebangku.

"P-P-P-P-P-P-P-P-P-P-PERASAAN APA!? DEMI KEGALAKAN YUUKI-SENSEI, NAJISUN AKU SUKA DENGAN LAKI-LAKI SEPERTI DIA!" pekik (Name) dengan volume suara yang keras serta dengan pengucapan secepat kilat.

Suasana menjadi sunyi, Jistui menoleh ke belakang mereka dan melihat anggota dari ketiga klub tampak memperhatikan mereka sedari tadi. Jitsui langsung tersenyum dengan aura khasnya—mengangetkan semua anggota.

"Yare-yare, siapa yang menyuruh kalian berhenti berlatih dan memperhatikan kapten kalian, hm?"

Aura menyeramkan dari kapten klub karate berhasil membuat mereka semua ketakutan dan kembali berlatih seperti biasa—mencoba mengabaikan kapten mereka.

"Sudahlah (Name)—berhenti menyangkal, lagipula Kaminaga suka padamu," sahut Hatano.

(Name) membatu sejenak—lalu menoleh ke arah Hatano dengan ekspresi terkejut. Sedangkan Hatano hanya membalas tatapan (Name) dengan tatapan heran.

"Eh, Kaminaga juga menyukaiku?" (Name) bertanya, dengan nada penuh harap, wajah berbinar serta pipi yang merona imut.

"Juga?" tanya Jitsui angkat sebelah alis—mengajukan pertanyaan yang membuat (Name) menoleh ke arahnya dengan cepat.

"E-eeh—"

"Confirmed: you like him," potong Hatano menyeringai puas—akhirnya bisa menyiduk (Name).

"Aku tidak—"

"Oh, itu Kaminaga."

"EH!?"

Menoleh ke belakangnya dengan cepat, dan manik (e/c) (Name) menangkap Kaminaga sedang melambai ke arahnya dari pintu masuk gedung latihan yang biasanya diisi oleh klub judo dan karate.

"K-K-Kaminaga!? Apa yang dia lakukan disini!?" pekik (Name) panik, menoleh ke arah kedua temannya yang sudah tersenyum bahagia—membuat (Name) berkedip menyadari sesuatu. "Kalian yang memanggilnya kemari!?"

Hatano mengeluarkan handphone-nya dan membuka sebuah pesan yang dia kirim untuk Kaminaga, dimana dalam pesan itu tertulis bahwa (Name) ingin bertemu dengannya dan mengatakan sesuatu.

"Mengatakan sesuatu? Mengatakan apa? Aku tidak punya apapun yang ingin kukatakan padanya!" protes (Name) setelah membaca isi pesan yang Hatano kirim kepada Kaminaga. "Lagipula kapan kau mengirimkan pesan itu pada Kaminaga? Dan bukankah kita dilarang menggunakan handphone di sekolah!?"

"Bukan 'yang ingin kau katakan' tapi 'yang harus kau katakan', paham?" sahut Hatano menyimpan handphone-nya. "Lagipula larangan menggunakan handphone itu hanya berlaku saat pembelajaran di sekolah—bukan saat kegiatan klub."

(Name) terdiam, perlahan dia mengangguk pelan. Melihat respons positif dari sang perempuan, Hatano dan Jitsui tersenyum kemudian mereka berdua menepuk pundak (Name).

"Selamat berjuang, kau tidak akan ditolak olehnya, tenang saja," sahut Hatano.

"Ganbatte, (Name)-san," ucap Jitsui.

"Ditolak apanya—" (Name) berhenti sejenak lalu menghela napas panjang, persiapkan diri guna pertarungan besar.

Berjalan mendekati Kaminaga, detak jantung perlahan semakin cepat saat jarak semakin kecil. Sementara Kaminaga memandang heran (Name), tampak khawatir dengan (Name).

"(Name)-chan? Apa kau baik-baik saja?"

"Apa maksud pertanyaanmu itu!?" pekik (Name) tersentak kaget. "A-a-aku baik-baik saja!"

Kaminaga ber-sweatdrop, "kaki dan tanganmu bergerak disaat yang sama."

(Name) terhenti saat menyadari maksud Kaminaga, lalu melihat kaki dan tangannya—dimana tangan kanan terangkat dan kaki kanan yang ikut melangkah, seperti robot. Suasana menjadi canggung, (Name) secara bergantian menatap tangan dan kakinya lalu ke arah Kaminaga, yang menatapnya canggung.

"Um, (Name)-chan—"

"A-A-ABAIKAN INI! AKU HANYA GUGUP! JANGAN DITANYA ATAU KUTEBAS KAU DENGAN SHINAI*-KU!" ucap (Name) penuh penekanan, sudah mengambil posisi siap menyerang dengan pedang kayunya.

Oh harusnya (Name) menoleh ke belakang dimana Hatano dan Jitsui sedang berusaha keras untuk tidak tertawa—lebih tepatnya tidak tertawa saat ada (Name) karena mereka berdua pasti akan tertawa lepas saat (Name) pergi.

"O-oke, tidak akan kutanyakan," sahut Kaminaga mengangkat kedua tangannya. "Lalu, Hatano bilang ada yang ingin kau ucapkan padaku, ada apa?"

Pipi (Name) memerah saat ingat tujuannya. (Name) menunduk lalu mengangguk pelan.

"Um, bisa kita bicarakan di tempat yang lebih sepi?" bisik (Name) memegang ujung lengan baju Kaminaga.

"Eh, kenapa? Apa tidak enak jika dibicarakan disini? Oh, atau kau malu karena banyak orang—"

"B-BODOH! AKU TIDAK MALU! TIDAK MUNGKIN AKU MALU HANYA KARENA AKU INGIN MENYATA—"

"Oh! Aku ingat di taman belakang sepi karena disana terlalu gelap untuk makan siang, kan?" tiba-tiba teriakan (Name) terpotong oleh suara Hatano—yang terlalu keras untuk berbicara biasa.

"Oh, benar, kudengar disana juga sepi karena jaraknya yang terlalu jauh untuk sekedar makan siang atau berkumpul sepulang sekolah," sahut Jitsui.

(Name) yang sadar karena hampir saja 'membocorkan' rencananya sendiri pun langsung menutup mulutnya dan wajahnya memerah dengan cepat. Lirik keadaan sekitar secara diam-diam, saat itu (Name) sadar bahwa dia menjadi pusat perhatian (lagi). Tanpa pikir panjang (Name) langsung mengenggam tangan Kaminaga dan menyeretnya keluar gedung latihan.

"B-bicarakan di tempat lain saja!"

"Eh? Eh, (Name)-chan?"

___

'DAN AKU LUPA KALAU KAMI AKAN BERDUA SAJA JIKA DISINI!!' pekik (Name) dalam pikirannya saat mereka berdua sudah sampai di belakang gedung sekolah.

"(Name)-chan?"

"Y-ya!?"

(Name) berkedip beberapa kali—sadar bahwa reaksinya buat Kaminaga heran. Tarik napas panjang kemudian menatap manik hazelnut sang laki-laki.

"Kaminaga! Sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak semester genap kelas 1!" ucap (Name) dengan lantang, kemudian tundukkan kepala karena malu dengan apa yang diucapkannya.

Detik demi detik berlalu, suasana masih sunyi dan perasaan canggung mulai kuasai hati (Name). Tak tahan dengan kondisi yang semakin menyesakkan—akhirnya (Name) mengangkat kepalanya dan dia dikejutkan oleh elusan kepala oleh Kaminaga.

'Eh? Eh? Eh?'

"K-kenapa kepalaku?"

"Huh? Bukannya dari dulu (Name)-chan ingin dielus seperti ini?"

Tepis tangan Kaminaga, mundur beberapa langkah dan langsung ambil posisi siap bertarung—mengingat dirinya masih memegang shinai* saat seret Kaminaga kemari.

"Jangan main-main! Kupukul kau!" ancam (Name) dengan wajah merah serta tangan yang gemetaran—membuat pedang kayu yang dia pegang ikut bergetar. "J-jika kau sudah tau dari dulu, kenapa t-tidak mengelus kepalaku sejak dulu!?"

"Karena aku tidak mau dipukul (Name)-chan!" jawab Kaminaga melangkah mendekati (Name).

"J-jangan mendekat!" ancam (Name) semakin panik.

Tapi Kaminaga tidak mendengarkan (Name)—dia justru tersenyum kecil. (Name) tersentak kaget saat Kaminaga mengenggam kedua pergelangan tangan (Name)—yang mengenggam pedang latihannya—hanya dengan sebelah tangan kanannya. Kemudian Kaminaga menarik (Name), membuat (Name) sedikit tersungkur ke depan. Tangan kiri Kaminaga meraih belakang kepala (Name).

Lalu laki-laki itu mengecup dahi (Name).

Manik (e/c) melebar—dan dengan cepat langsung mendorong Kaminaga agar menjauh. Ekspresi kaget terlukis dan dengan refleks sebelah tangan menyembunyikan dahinya.

"A-a-a-apa yang kau lakukan!?"

"Mengecup dahimu."

"Sexual harassement!"

"Eh, tidak bolehkah aku mencium pacarku?"

Berkedip beberapa kali—karena dirinya tidak menerima informasi dengan lengkap.

"E-eh?" tanya (Name) menatap kaget Kaminaga.

"Hm?"

"Apa maksudmu barusan?" tanya (Name) memastikan apa yang dia dengar itu benar atau salah.

Kaminaga hanya tersenyum, melangkah mendekati (Name) lalu kembali mengelus rambutnya. Pipi (Name) kembali memerah dan mencoba untuk menepis tangan Kaminaga, tapi justru ditahan oleh Kaminaga dan ditarik mendekat pada Kaminaga dan pinggang (Name) langsung dirangkul oleh Kaminaga.

"Ayo ucapkan," ucap Kaminaga menyeringai.

"A-apa?" tanya (Name) curiga.

"Kau ingin aku mengatakannya kan? Maka kau perlu kata ajaibnya," jawab Kaminaga.

Manik (e/c) melebar saat mengerti maksud Kaminaga. Dan wajahnya jadi semakin merah.

"B-bodoh, aku t-tidak berharap k-kau mengatakannya, a-aku hanya ingin kau tau, o-oke,"

"Oh? Tidak ingin aku jadi pacarmu? Padahal aku mau jadi pacarmu lho, (Name)-chan~" rengek Kaminaga mengeratkan pelukannya pada pinggang (Name), membuat perempuan yang dipeluk semakin gugup.

"U-uuh, a-aku—" lirik ke arah lain walaupun tak membantu situasi, kemudian (Name) mendecih kesal. "A-aku tidak akan mengatakannya, tidak akan pernah."

Kaminaga menghela napas lalu mendekatkan wajahnya ke telinga (Name), kemudian meniupnya dan berbisik pelan.

"Apa kau yakin?"

Bulu kuduk (Name) langsung berdiri, dan dia berusaha mendorong Kaminaga—namun usahanya tidak membuahkan hasil, (Name) tetap berada di dalam pelukan Kaminaga. Menghela napas dengan gemetaran kemudian meletakkan kedua tangan di dada Kaminaga, (Name) yang wajahnya kini sudah semerah tomat lalu melirik ke arah lain dan bergumam pelan.

"I l-l-like you. B-b-b-become my boyfriend, please."

"I like you too. And the answer is its my pleasure to become your boyfriend~"

Lalu pegangan di pinggang (Name) lepas, dan Kaminaga berjalan menuju ke depan sekolah—meninggalkan (Name) yang tampak masih loading dengan keadaan yang ada.

"E-eh?"

Kaminaga menoleh ke arah (Name), lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Sudah kubilang kalau aku bukan masokis yang menuruti segala keinginanmu, (Name)-chan~"

Manik (Name) melebar saat sadar Kaminaga sedari tadi mempermainkannya.

"L-LAKI-LAKI KURANG AJAAAAAR!!!!"

.

.

.

[*] Shinai: pedang kayu yang biasanya digunakan untuk latihan kendo, dan biasanya sangat berat, berat "minimal" pedang shinai untuk perempuan (berumur 15-18 tahun) adalah 420 gram.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro