OY: Episode 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gue kali ini bikin cerita castnya IqSteff (Iqbaal Steffi :v)
Nggak tau udah ada ato belom :v

By the way,terinspirasi dari drama series Taiwan, 'JUST YOU'
Alsha ada kok, soon di beda judul.

.

.

.

.

.

"Iya, gue nggak akan telat. Bawel deh lo,"ucap wanita itu sambil mencemplungkan bath bomb ke dalam bathub.

"Awas ya kalau lo sampe telat. Jangan lupa nanti jemput Caitlin!"

"Iya iya, bawel banget sih lo."

"Yodah, bye!"

"Bye,bawel!"

Wanita itu memutar matanya malas. Sahabatnya terlalu bawel, pikirnya. Belum lama ponsel canggihnya diletakkan, benda itu berbunyi lagi.

"Ck, siapa lagi."

Ia tersenyum miring begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, bride-to-be."

"Steff, sumpah gue kangen parah sama Karel. Lo bisa cepetan nggak sih?"

"Eh, please deh. Lo yang minta mau gladi bersih lengkap, jadi masa pingitan dilamain juga gara gara lo sendiri ya."

"Ya makanya gue minta lo jemput gue awalan dikit ya. Hehehe."

"MUA-nya dateng jam 3 kan? Gue jemput lo jam 2 deh ya?"

"Jam 1?"

"Nggak bisa say, gue masih harus ambil dress lo dan jemput si Amel."

"Huuft, iya deh."

"Udah pokoknya sabar aja. Ntar pasti puas liatin Karel."

"Okay. Bye."

"Bye, Steff."

Tuuut

Steffi terkekeh pelan sambil menatapi layar ponselnya. Hari ini, sahabatnya akan lamaran dengan pacarnya yang sudah hampir 4 tahun bersama, Karel Susanteo.

"Kapan ya, gue bisa ketemu jodoh gue? Jomblo sendirian nih gue,"gumam Steffi pada dirinya sendiri.

Matanya menerawang jauh ke atas langit langit. Diingatnya lagi tahun tahunnya ketika SMA, tak ada satupun pengalaman percintaannya yang menyenangkan.

Steffi merengut, "Ck. Nginget mantan jadi tambah bete."

Merasa bosan berlama lama dalam bathub, Steffi pun memutuskan untuk menyelesaikan berendamnya. Dinyalakannya shower dan mulai membasuh badannya.

Dibawah kucuran air hangat, telinganya sayup sayup mendengar suara langkah orang dari luar. Steffi mengernyitkan dahinya bingung.

Bukannya kata Om Herry, belum nemu penyewa baru ya?Batin Steffi bingung.

Ia mencoba mengabaikan suara langkah tadi dan kembali fokus membersihkan badan. Tepat ketika ia mematikan shower, ia mendengar lagi suara langkah orang di luar. Kali ini lebih jelas.

Itu beneran ada orang di luar? Kok bisa masuk sih?Batin Steffi bingung.

Ia cepat cepat memakai bajunya dan menuju pintu. Wanita 21 tahun itu pun cepat cepat keluar dari kamar mandi sambil menoleh sana sini, mencari orang asing yang sedari tadi membuat ribut.

"Steffi, ngapain kamu bawa bawa sapu gitu?"

Steffi langsung tersentak begitu ada suara tengah mengajaknya bicara. Belum selesai rasa kagetnya, ia baru sadar bahwa kini di sofa ruang tamunya, ada 2 orang pria tengah duduk.

Salah satunya, pemilik rumah yang kini ia tempati, Herry Ramadhan.

"Om Herry? Ngapain pagi pagi disini?"tanya Steffi bingung.

"Oh iya, sorry sebelumnya masuk nggak bilang kamu. Om kira kamu hari ini masuk kantor,"ucap Herry.

Steffi menggeleng, "Nggak masalah, Om. Toh, ini masih rumah Om."

Pandangan Steffi bergeser ke arah pria disebelah Herry. Rambut hitam tebal, dengan sepasang mata abu abu yang menusuk. Wajahnya tampak begitu gagah.

"Ah iya, hampir lupa. Steffi, kenalin ini anak Om yang baru balik dari UK, Iqbaal,"ucap Herry memperkenalkan.

Steffi refleks mengulurkan tangan pada Iqbaal, namun pria itu hanya menatap Steffi kilat. Steffi hanya tersenyum kaku pada pria yang dipanggil Iqbaal itu, sedangkan pria itu sama sekali tidak bereaksi.

Dih, songong,Batin Steffi dongkol sambil menarik tangannya yang terulur sia sia.

"Iqbaal, kenalin ini Steffi, penyewa rumah ini yang kemarin Ayah ceritain ke kamu,"ucap Herry melanjutkan.

Kali ini, Steffi tak bereaksi ketika Iqbaal tersenyum kaku padanya. Ia tersinggung uluran tangannya tidak disambut.

"Jadi Steffi, kebetulan kamu juga ada disini, Om langsung aja ya. Karena Iqbaal sudah pulang dari UK, Om memutuskan buat ngalihin kost kostan ini ketangan Iqbaal. Otomatis ke depannya mungkin ada sedikit perubahan dari dia."

"Tapi untuk kontrak aku nggak ada masalah kan, Om?"tanya Steffi.

Herry menggeleng, "Tenang aja. Kamu masih boleh di sini sampai batas kontrak. Perkara perpanjang atau nggak, itu Iqbaal yang mutusin."

"Makasih, Om."

"Ya udah. Kalian yang akur ya, sekarang Om masih ada urusan, Om tinggal dulu,"ucap Herry.

"Hati-hati, Om."

"Hati-hati, Yah."

Herry tertawa begitu Steffi dan Iqbaal berbicara bersamaan, "Oke deh."

Sepeninggal Herry, Iqbaal menghela napasnya panjang. Ia langsung menegakkan badannya dan menatap Steffi tajam.

"Ngapain liatin orang gitu amat?"tanya Steffi sewot. Ia kesal dari tadi Iqbaal bersikap sangat tidak ramah.

Iqbaal tidak menjawab sepatah kata pun, hanya membuka tas kerjanya dan menyodorkan sebuah map bening berisi berkas. Ia melirik Steffi, menyiratkan Steffi untuk membukanya.

Ih, nggak bisa ngomong kali ya,Batin Steffi dongkol. Meski begitu, ia meraih dokumen tadi dan membukanya.

Baru membaca judul di atas dokumen, mata Steffi terbelalak lebar.

"Pemutusan kontrak? Apa apaan?"protes Steffi.

"Saya ada rencana lain dengan rumah ini. Tenang saja, saya tidak akan seenaknya mengusir Anda. Segala bentuk ganti rugi, tertera jelas nominalnya di dalam berkas,"jelas Iqbaal.

Steffi mendengus, "Anda nyuruh saya pindah? Alasan apa?"

"Mari jangan mempersulit keadaan, Nona. Saya sudah bersedia memberi kompensasi, sekaligus biaya akomodasi selama Anda mencari tempat tinggal baru. Itu sudah bagus,"ucap Iqbaal.

"Nggak tanpa alasan valid. Saya juga nggak ngelakuin apapun yang menyalahi prosedur kontrak,"balas Steffi kekeuh.

Iqbaal menggeram kesal, "Apa sulitnya sih pindah lebih cepet setengah tahun!"

"Lah lo juga apa sulitnya nunggu kontrak gue abis baru jalanin rencana lo!"balas Steffi tak mau kalah.

"Lo--!"

"Apa lo?!"tantang Steffi tak gentar.

Iqbaal menggaruk kepalanya frustasi. Ia memejamkan matanya erat erat sebelum kembali membuka suara.

"Buka harga. Berapapun, saya terima. Gimana?"tawar Iqbaal.

"T-I-D-A-K."

.

.

.

Halo!

Gue awalnya mau bikin IqNam sih, tapi aneh kalau liat tanda () dimana mana.

Jadi gue ambillah nama Steffi.

That's all, laff u!

Viannaz.

#RamaikanAY

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro