Chapter 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi hari yang indah ini, (name) belum minat untuk membersihkan dirinya. Bahkan sedari tadi ia hanya memakai handuk piyama untuk menutupi tubuhnya setelah aktivitas malam.

(Name) hanya melamun sembari duduk di sofa yang tak jauh berada dari jendela kamarnya. Nito pun sempat memberi tahu padanya untuk segera merapikan dirinya, namun (name) hanya menjawab dengan senyuman. Karena Nito tak tega melihatnya seperti itu, ia sempat ke dapur untuk mengambil roti serta membuatkan teh yang kemudian diantarkan khusus untuknya. Walaupun Nito tahu jika teh buatannya tak akan seenak teh buatan Shino, namun ia tetap meminumnya dan mengucapkan terima kasih. Bahkan tak lupa sebelum Nito pergi, ia telah memberi tahu jika di rumah ini masih ada Shu yang ditugaskan untuk menjaga (name).

Dua jam lamanya melamun rasanya sudah cukup untuknya. Ia pun mulai membersihkan hingga merias dirinya seperti biasa.  (Name) bukanlah wanita yang suka tampil seksi ataupun terlalu menor, namun (name) selalu tampil natural.

Selesai merias diri, (name) langsung keluar kamar dengan membawa nampan kosong ke dapur. "Nyonya, biar saya cuci" ucap salah satu maid yang memiliki tugas di dapur. "Tidak perlu, lagipula ini sedikit. Jadi, biar aku saja" ucap (name) dengan senyuman ramah.

"Jadi saat di mansion milikmu sendiri, kau juga seperti ini ?"

Suara itu membuat (name) menghentikan aktivitas nya sebentar untuk menatap lawan bicaranya sebentar. "Tentu" jawabnya senang. "Ku terbiasa melakukan ini sendiri dan rasanya menyenangkan" sambungnya sambil mengeringkan tangan dengan handuk kecil yang ada di dapur.

"Jadi... Apa yang bisa ku bantu, Shu ? Mademoisselle?" Tanya (name) dengan sebuah senyuman yang terpatri di wajahnya. "Aku hanya khawatir dengan kondisi mu. Aku takut, kau seperti guru yang nantinya akan mengurung diri di kamar selama mungkin" jawab Mademoisselle.

Setelah mendengar pernyataan itu, (name) langsung memeluk lengan kanan Shu dan menggiringnya ke ruang keluarga sambil tertawa kecil. Sesampainya disana, mereka pun duduk secara bersamaan.

"Kau tahu Mademoisselle ? Kau menggemaskan jika bicara tentang Shu" ucap (name) yang kini melihatnya dari jarak dekat. "Hei, Mademoisselle. Katakan, apa Shu suka berbuat sesuatu padamu ? Ya... Kita kan perempuan, jadi jangan ada rahasia" sambung (name).

Shu yang mendengarnya hanya ingin tertawa, namun ia tak bisa begitu saja tertawa. Karena ia sudah lama menantikan hal ini, hari dimana Mademoisselle dan (name) saling bicara satu sama lain.

"Tidak, guru tidak berbuat sesuatu padaku. Guru selalu baik" jawab boneka itu. "Benarkah ? Tapi dia kan menyebalkan, kok kamu betah disisi nya ? Dalam jangka waktu lama lagi" protes (name) sambil memanyunkan bibirnya. "Kamu juga, kenapa kamu mau menikah dengan guru jika tahu guru itu menyebalkan ?" Lempar boneka itu.

Kini (name) tak bisa berkata apapun lagi. Ia merasa bungkam atas pernyataan boneka satu ini. Sungguh tak disangka, boneka satu ini bisa berbicara sedemikian rupa.

"Ada apa dengan tatapan itu ?" Tanya Shu dengan raut wajah yang terkesan marah. (Name) dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menyangka jika Mademoisselle bisa berkata seperti itu" ucap (name) yang masih terkejut atas pernyataan boneka itu. Mendengar penjelasan (name), Shu langsung meletakkan Mademoisselle dan menggendong (name) ala bridal style ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Shu, ia menurunkan (name) perlahan dengan ia berada di atas (name). Yuka-don, itulah yang terjadi diantara mereka saat ini.

Kini (name) merasa canggung sepenuhnya, bahkan ia pun merasa malu untuk menatap manik milik pria diatasnya. "(Name) tatap aku" titahnya. Namun (name) menghiraukannya begitu saja. Melihat perlakuan (name) yang seperti itu, Shu tidak tinggal diam. Ia mulai mengelus pipi (name) dengan sangat lembut hingga pada akhirnya ia menarik pelan dagu (name) agar ia bisa melihat manik indah itu.

Saat (name) sudah menatapnya, Shu merendahkan tubuhnya dan berhenti saat telah mencapai telinga (name). "(Name), kau adalah karya seni yang sangat indah. Bahkan kau mampu mengalihkan pandangan ku dari Mademoisselle, walaupun kau tak pernah tahu hal itu" lirih Shu yang membuat (name) tak sanggup menahan dirinya lagi. Bukannya (name) terlalu maniak, tapi ia masih belum terbiasa dengan kondisi barunya walaupun ia telah melakukan berkali-kali dengan suaminya.

Disisi lain, mereka tidak tahu jika Adonis kembali ke mansion saat siang hari. Ia yang bingung dimana (name) pun langsung menanyakan hal itu pada maid yang dijawab jika (name) berada di kamar Shu. Setelah mendengar hal itu, Adonis merasa lega dan tidak kembali mencari (name). Melainkan ia hanya menitipkan sebuah bingkisan untuk (name) dan ia pun kembali ke kantornya.

*****

Kini para suami (name) sedang dalam topik serius. Pasalnya, Shu telah melanggar persetujuan yang telah mereka buat setelah pernikahan.

Eichi yang mengetahui kejujuran Shu pun hanya bisa memijit batang hidungnya. Ia sudah pusing memikirkan industri musiknya, dan saat ini pun harus memikirkan salah satu suami (name) yang lain.

Sementara itu, (name) terus menerus meminta maaf serta menyalahkan dirinya di hadapan semua suaminya. Ia sadar, jika ia tak terlalu dekat maka pelanggaran ini tidak terjadi. Namun Eichi serta yang lainnya tidak bisa menyalahkan (name), karena mau bagaimanapun ia telah berusaha untuk adil pada mereka.

"Kalau begitu, giliran Shu akan dihapus. Karena ia telah memintanya siang tadi, dan gilirannya yang lain akan maju sehari" putus Eichi. Shu pun langsung membuang muka dan kembali pada boneka kesayangannya. Sementara (name), ia masih menyalahkan dirinya sendiri.

Koga tak sanggup melihat (name) terus menerus seperti itu. Ia pun langsung menggandeng (name) untuk kembali ke kamarnya. Tentu saja, malam ini adalah malam saat ia harus menghabiskan malam bersama (name).

"Koga, aku salahkan ? Aku bersalah lagi kan ?" Ucap (name) yang kemudian terisak. Gadis kecil, itulah pemandangan yang ada dihadapan Koga saat ini. Ia merasa jika (name) semakin lama semakin menunjukkan perubahan sikap menuju kekanak-kanakan. Namun Koga tetap maklum, karena ia merasa jika itu adalah pengaruh dari hormon ibu hamil. Telat seperti yang dikatakan oleh dokter yang memeriksa kondisi (name) saat (name) pingsan.

"Bodoh, kau tidak salah. Kau hanya melakukan tugasmu sebagai seorang istri, bagaimana bisa kau disalahkan seperti itu hah" ucap Koga dengan sakaristik. "Tapi, aku tetap saja salah" ucap (name).

Koga pun mengelus surai (name) perlahan sambil mengeluarkan rona merah muda pada pipinya. "Keluarkan saja amarah atau kekecewaan yang kau inginkan. Aku siap menerimanya" ucap Koga yang belum menghentikan aktivitas nya.

Mendengar hal itu, (name) langsung memeluk erat Koga dan mulai mengeluarkan semua emosi yang ia simpan selama ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro