Chapter 23

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sena, aku ikut!" Titah (Name) sembari menahan pria bersurai silver dengan perut yang menggembung dari balik piyamanya. "Kau tidak boleh ikut apapun alasannya, chou urusai" ucap Sena dengan tatapan tak suka. Namun bukannya takut, (Name) justru semakin menantang dirinya dengan membalas tatapan tak suka pula.

"Sudahlah, lepaskan saja dia. Biarkan dia pergi" ucap Mademoisselle yang selalu berada dalam pelukan Shu. "Tidak mau ! Tidak boleh ! Tidak ! Jangan !" Ucap (Name) secara berurutan yang membuat empat puluh dua suaminya pusing di pagi hari.

Ya, pagi hari ini (Name) tak mengikhlaskan kepergian salah satu suaminya yang tsundere, Izumi Sena untuk pergi pemotretan di Italia. Dan (Name) pun sebelumnya juga mengancam pria itu untuk menuruti keinginannya, jika tidak maka ia akan menceraikan mereka semua lalu menikah bersama seseorang yang sempat mereka cegah. Tentu saja mereka tak mau kehilangan orang yang telah mewarnai serta menghiasi kehidupan mereka selama ini, sehingga mau tak mau mereka membujuk (Name) agar membiarkan Sena pergi bekerja hingga saat ini.

"Hiks... Hiks... Kalian jahat !!!" Ucap (Name) yang kemudian berlari ke lantai dua dan membanting pintu kamarnya dengan sangat keras.

Helaan nafas keluar dari mereka, bahka beberapa dari mereka pun tampak memijit pelipisnya. Mereka tak tahu jika semakin hari, kondisi kehamilan (Name) telah mempengaruhi sifatnya dan membuatnya semakin sulit dimengerti.

"Izumi-chan, segeralah pergi. (Name) akan ku urus. Kalian juga... Tidak baik jika disini terus menerus. Dan Izumi-chan, aku takkan merebut giliranmu" jelas Arashi dengan nada keibuan yang membuat empat puluh satu suami (Name) meninggalkan hunian itu dengan berat hati sekaligus khawatir. Ya, mereka khawatir jika (Name) akan semakin menjadi-jadi.

Setelah para suami (Name) yang lainnya pergi, Arashi pun mulai mendekati istrinya secara perlahan-lahan. Ia pun mencoba mengetuk pintu, namun selalu dapat respon berupa pengusiran dari istrinya. Sungguh malang nasib Arashi, ia dipakai disaat-saat seperti ini.

"(Name)-chan, ayo keluar... Kita jalan-jalan sejenak ya" bujuk Arashi yang setia menemani dari balik pintu. "Tidak mau ! Aku maunya Sena !" Jawab (Name) yang membuat Arashi menghela nafas sembari mereset ulang kesabarannya agar tak membuat keadaan semakin memburuk. Dan disaat itu pula, Arashi menyadari satu hal yang seharusnya ia lakukan dan katakan sedari dulu pada suami (Name) yang lainnya.

*****

"(Name)-chan, ayo keluarlah" ucap seorang pria paruh baya dari balik pintu yang ditemani oleh Arashi.

Klik~

Pintu pun terbuka yang membuat (Name) terkejut dan langsung memeluk pria paruh baya itu. "Ayah, mereka jahat !!!" Adu (Name) pada pria paruh baya itu. Namun siapa sangka jika pria paruh baya yang diundang oleh Arashi dan dipanggil 'ayah' oleh (Name) adalah ayah dari Hidaka Hokuto, Hidaka Seiya.

Hidaka Seiya dan (Name) memanglah sangat akrab. Bahkan saking akrabnya, (Name) tak tanggung-tanggung untuk menceritakan semua yang ia alami saat bermalam bersama suaminya, yang intinya segala informasi baik suka maupun duka selalu ia berikan pada pria paruh baya itu. Karena (Name) sangat tak ingin mengganggu orang tuanya dengan cerita rumah tangganya.

"Tenanglah, (Name)-chan. Ayah disini, takkan terjadi apapun padamu" ucap Seiya sembari mengelus surai (Name) dengan penuh kasih sayang yang membuat Arashi sedikit lega, maupun cemburu disaat bersamaan. "Ayah, apa ayah sibuk hari ini ? Tadinya aku ingin jalan-jalan sama Sena, tapi Sena memilih pekerjaannya dibandingkan aku. Memangnya aku ini apanya Sena sih, yah ?" Adu (Name) dengan sikap anak kecilnya yang semakin menjadi-jadi hingga membuat Arashi sweatdrop mendengarnya.

"Tentu saja kau istrinya, anakku" ucap Seiya yang tak hentinya menenangkan menantunya yang tengah hamil ini. Mengerti akan kondisi, Arashi pun ke dapur untuk menyiapkan minuman serta camilan yang dibantu oleh para maid.

"Kau belum mandikan ?" Tanya Seiya yang disambut dengan gelengan singkat dari (Name). "Pantas bau, cepatlah mandi. Akan ayah tunggu dibawah" ucap Seiya yang membuat (Name) mengerucutkan bibirnya. "Ayah pun jahat ! Ya sudah, ku mandi dulu" ucap (Name) yang kemudian berangkat untuk membersihkan dirinya. Sementara Seiya, ia turun menemui Arashi yang tengah duduk di ruang keluarga bersama tiga teh yang lengkap dengan camilan ringan dihadapannya.

"(Name)-chan akan kemari, jangan khawatir" ucap Seiya yang kini telah duduk dihadapan salah satu suami (Name) dengan wibawa. "Maaf telah membuat Anda kemari, Seiya-san" ucap Arashi dengan sangat bersalah, karena tak mampu menenangkan istrinya. "Jangan khawatir, sebagai orang tua, sudah tugasku untuk selalu membantu anak-anakku jika mereka merasa kesulitan" jelas Seiya setelah meneguk secangkir teh hangat dihadapannya.

"Aku tak habis pikir jika akan seperti ini akhirnya. (Name)-chan mengancam akan menceraikan kami jika Izumi-chan tetap pergi" jelas Arashi sembari mengingat kejadian sebelumnya dengan helaan nafas yang penuh kesabaran. Suara tawa ringan dari pria paruh baya itu membuat Arashi mengerti jika mereka memang belum siap untuk mengurus satu wanita yang sangat berperan dalam hidup mereka.

"Wanita hamil memang sulit dimengerti. Jadi bersabarlah" ucap Seiya yang memaklumi keluhan Arashi. Karena ia telah melewati fase yang pernah dialami oleh anak kandung bahkan suami (Name) yang lain.

Namun tak lama kemudian, pembicaraan pun semakin serius karena Seiya yang memancing Arashi untuk angkat bicara mengenai suatu hal.

"Maaf menunggu lama" suara (Name) pun membuat mereka segera menutup mulut dan bersikap sangat tenang. "Tidak apa, (Name)-chan. Kemari lah, kita bincang-bincang sedikit agar kau tenang" ucap Seiya yang membuat (Name) menurut dan meminum teh yang disediakan oleh Arashi. Namun manik (Name) terkunci pada camilan yang Arashi bawakan.

"Itu manisan ?" Tanya (Name) setelah meneguk teh. "Iya, (Name)-chan. Apa (Name)-chan mau ? Ini enak lho. Tsukasa-chan yang menyimpan ini untukmu" ucap Arashi yang membuat (Name) mengerti jika manisan itu memang sering ia habiskan jika bersama dengan Suou. Namun bukan itu yang (Name) inginkan sekarang.

"Aku ingin strawberry"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro