Chapter 30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hei, Sena. Apakah kau percaya jika (Name) tidak berpaling dari kita?"

Sena yang mendengarnya pun langsung berkacak pinggang dan menatap Leo dengan tatapan marah. Sementara (Name), ia langsung diajak pergi oleh Madara.

"Kau ini, aku baru saja pulang, sudah disuguhkan dengan keraguanmu pada (Name)," omel Sena.

Leo pun bangkit dari posisinya dan duduk sambil menatap Sena dengan tatapan malas.

"Kau hanya cemburu pada mereka yang telah menghabiskan malam dengan (Name). Dan seharusnya kau bersyukur bisa menikmati senyuman dan kebahagiaan dari (Name)," omel Sena.

"Urusai naa," ucap Leo.

"Ou-sama! Jika kau berpaling darinya, maka bersiaplah untuk berpisah darinya," ancam Sena.

Ya, kali ini Sena yang mengancam. Karena Sena telah mengetahui semua kejadian yang (Name) alami selama ia tak di rumah. Tentunya, semua berkat koordinasi dari New Dimension secara diam-diam.

"Mattaku ...," gumam Sena yang masih lelah akan perjalanannya.

Disisi lain, kini (Name) tengah bercerita tentang berbagai macam bunga di taman bersama Madara. Ya, cerita tentang arti bunga yang mekar di sana yang membuat Madara kagum dengan sendirinya.

"Sasuga istriku," puji Madara dengan senyuman di wajahnya. "Tentu, aku kan istri empat puluh dua laki-laki hebat. Makanya aku juga harus hebat," ucap (Name) dengan bangga.

"Ngomong-ngomong, apa isi paper bag itu?" tanya Madara yang membuat (Name) teringat jika belum membuka hadiah dari suaminya.

"Sebentar," ucap (Name) yang langsung membuka paper bag itu sambil berkata, "Mari kita buka paper bag ini."

Dan alangkah terkejutnya (Name) saat melihat photobook terbaru dari suaminya. Kilauan kebahagiaan pun terlukis jelas di manik (eyes colour) yang membuat siapa saja terpesona pada pandangan pertama.

"Madara, katakan aku yang pertama mendapatkan ini!" ucap (Name) yang masih terkagum-kagum. "Ya, kurasa kau yang pertama mendapatkannya, (Name)," ucap Madara yang membuat (Name) senang tak terkira.

*****

Kini acara makan malam pun telah dimulai. Para suami (Name) tentunya telah hadir, dan ditambah dengan sosok yang sangat penting bagi (Name), Hidaka Seiya.

Namun, disela-sela menikmati hidangan, tak ada sedikitpun hidangan yang disentuh oleh (Name). Bahkan makanan yang diambilkan oleh Shino pun tak disentuh sedikitpun.

"(Name), ayo makan," ucap Seiya yang dibalas dengan gelengan pelan lalu berkata, "Aroma makanan saja sudah membuatku mual, yah. Jika makan, mungkin ku akan semakin mual."

"(Name), makanlah walau sedikit. Biar aku suapi ya, bilang aaaaaaaa ...," ucap Subaru yang kemudian menyodorkan sendok berisi makanan pada istrinya. Karena kasihan, (Name) pun mencoba memakannya dengan menyuap sangat sedikit, hanya seujung sendok saja.

"Sedikit sekali makannya, tanpopo-chan," sahut Kaoru yang merasa kasihan pada (Name). "Kurasa itu wajar untuk ibu hamil," ucap Jun.

"Ekh!? (Name)-chan! Maafkan Hiyori! Hiyori sungguh tidak peka terhadap mu," ucap Hiyori dengan nada memelas.

'Yang berulah Subaru, yang memelas Hiyori. Sungguh lucu keluarga ini,' pikir Seiya.

"Eh!? Ini bukan salah Hiyori," ucap (Name) yang langsung tampak panik.

"Tapi ini salah mereka yang menghabiskan malam denganmu hingga membuatmu seperti ini," timpal Nagisa dengan wajah datarnya.

"Oh, jadi kau menyalahkan kami," ucap Natsume dengan sinis.

"Aduh ...," gumam (Name) yang tampak bingung harus melerai yang mana.

"Tentu saja, jika kalian tidak berulah, maka (Name) tidak akan seperti ini," sahut Ibara sembari membenarkan kacamatanya yang tidak turun sedikitpun.

"Amazing~♪ sudah lama pertengkaran tidak terjadi diantara para lelaki disini," ucap Wataru dengan penuh semangat.

"Diamlah kau, orang aneh," ucap Tori pada Wataru.

"Sudah sudah," ucap (Name) yang berusaha melerai.

"Puka puka~♪ habis makan langsung masuk kolam renang seperti seru juga," ucap Kanata.

"E-ekh!? Nanti masuk angin de gozaru!" tegur Sengoku.

"Osu! Mari latihan karate bersama, Kuro-senpai!" ucap Tetora dengan semangat.

"Yosh! Malam ini Ryuseitai akan tidur di luar! Untuk uji nyali sekaligus mental!" ucap Chiaki dengan penuh semangat.

"Kurasa tidak untuk hari ini, Tetora," ucap Kiryu yang mendengar suara semangat dari Chiaki.

"Aku ingin mati saja," gumam Midori dengan lesu.

"Hok-chan, kapan kau akan pulang ke rumah?" Seiya pun ikut-ikutan para menantunya yang berakhir mendapat teguran dari anaknya sendiri.

Tak lama kemudian, maid pun datang dengan segelas susu di nampan lalu disajikan khusus untuk (Name). Dengan segera, (Name) melihat Eichi dengan tatapan memohon.

"Kurasa aku akan mengatakan tidak, (Name)" ucap Eichi yang mengerti maksud tujuan istrinya. Tak kehabisan akal, (Name) pun memohon pada Rei.

"Minum saja, ojou-chan," ucap Rei yang membuat (Name) lesu lalu memohon pada Suou.

"Onee-sama minum saja, soalnya aku takutnya kenapa-kenapa," ucap Suou yang kemudian disetujui oleh semua suaminya.

"Diminum pelan-pelan, pasti bisa," ucap Seiya.

(Name) pun hanya bisa pasrah. Ia mulai menutup hidungnya lalu mengambil segelas susu itu dan meminumnya perlahan hingga habis. Setelah habis, (Name) langsung dirundung rasa mual tiada henti.

"Aku tak suka," rewel (Name) di sela-sela mualnya. "Aromanya dan rasanya membuatku mual," sambungnya dengan nada kesal.

"(Name)-chin, kau harus kuat! Demi anak kita!" ucap Nito yang menyemangati istrinya. (Name) pun merasa emosi lalu menjawab, "Kalian yang membuatku begini, kalian juga yang mengatakan hal begitu."

Seiya yang mendengarnya pun tertawa begitu saja. "Ayah juga!" protes (Name).

"(Name), ada baiknya memang kau tetap meminumnya. Agar calon bayi itu tetap sehat," ucap Hokuto. "Iya, aku sudah tak sabar ingin menimangnya, ya kan, Hokke," timpal Subaru dengan riangnya.

"Coba dengarkanlah suamimu," ucap Seiya yang membuat (Name) terdiam sebentar lalu berkata, "A-aku akan berusaha yang terbaik."

*****

Setelah acara makan malam, Seiya pun berpamitan untuk kembali ke rumahnya. Tak lupa, ia pun menitipkan pesan pada para suami (Name) untuk menjaga menantu kesayangannya baik-baik.

Dan setelahnya, mereka pun berkumpul di ruang keluarga untuk saling bercerita ataupun membagi keluh kesah setelah seharian lelah bekerja.

"Maaf, bekal itu bukan aku yang memasaknya ... melainkan para maid," ucap (Name) yang membuat seluruh suaminya tersenyum.

"Tidak masalah, kami senang di perhatikan. Bukan berarti kami ingin diperlakukan seperti itu terus," ucap Koga yang tak menatap istrinya.

"Wanko, kalau bicara seharusnya menatap lawan bicara," goda Rei yang membuat rona merah tipis muncul di pipi Koga sambil berkata "Urusai!"

"Ah iya, Sena! Apa aku yang pertama mendapatkan photobook milikmu?" tanya (Name) dengan tatapan menuntut. "Iya, kau yang pertama," jawab Sena.

"Banzai!!!!" (Name) pun berteriak untuk kesekian kalinya.

"Sebahagia itu ya, mendapatkan photobook Sena?" tanya Ritsu dengan senyuman tipis. "Um! Tentu saja!" jawab (Name) secara spontan.

Malam ini, mereka habiskan dengan penuh canda tawa. Bahkan mereka lebih cenderung mendengarkan cerita (Name) dibandingkan mereka menceritakan tentang penatnya diri mereka dalam dunia kerja. Itu karena mereka tak ingin mengungkit hal yang membuat (Name) sensitif disaat ia merasa bahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro