Chapter 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di pagi yang indah ini, (name) sungguh tidak berani menatap wajah adik kelas yang sudah menghabiskan malam bersamanya. Bahkan ia juga sempat blushing dengan sendirinya saat mengingat wajah yang berbeda dari kenyataan.

Bayangkan, Suou yang notabenenya adalah anak yang riang dan bahkan mudah sekali khawatir akan sesuatu, dalam satu malam berubah menjadi lelaki dewasa seutuhnya. Bahkan iapun sanggup membuat ekspresi yang bahkan mampu membuat wanita lain langsung mengeluarkan nafsunya. Sayang, hanya (name) yang terpilih untuk melihat bahkan memiliki momen itu.

"Ohayou (name)! Eh ? Kau sakit ? Apa jangan-jangan sudah mulai..."

"Sssttt!!!! Aku tidak sakit, hanya saja semalam Suou sangat imut. Ku tidak tahan melihatnya, Kaoru" ucap (name) dengan sejuta kegemasan yang telah ia keluarkan dihadapan suaminya yang satu ini. "Heeh menarik. Tapi (name), apa kau senggang nanti malam ? Jika iya, maka apakah kau mau mendampingiku dalam acara keluarga ?" Tanya Kaoru dengan tatapan yang sangat menginginkan agar (name) mengikuti tawarannya. "Hmmm, baiklah. Aku ikut!" Ucap (name) riang. "Lagipula, inikan acara pertama dengan keluargamu. Jadi tidak masalah untukku" sambung (name).

"Jadi, sekarang berbelanja?" Tawar Kaoru dengan sedikit menggoda. "Maaf, Kaoru. Kemarin, Shu baru saja memberi ku gaun. Jadi, ku akan memakai gaun itu saja" tolak (name) dengan halus.

"Walaupun begitu, apa kau tetap tidak ingin ku belikan sesuatu?" Tawar Kaoru dengan nada berharap. "Hmmm kurasa tidak perlu" jawab (name) polos.

Ya, kini Kaoru bingung akan hal yang harus ia katakan pada istrinya. Pasalnya, untuk pertama kalinya ia bisa melupakan hal penting ini.

"Kenapa, Kaoru ? Apa ada masalah ?" Tanya (name) sambil sedikit memiringkan kepala. Gemas, itulah yang Kaoru rasakan dan itu pula yang membuatnya semakin grogi.

"Iya. Masalahnya ialah ku tak tahu harus bawa oleh-oleh apa pada mereka. Siapa tahu, kau punya saran yang bagus. Selain itu, mereka juga pasti suka jika menantunya yang memilihkan" jelas Kaoru dengan tatapan yang meyakinkan. "Baiklah, ayo!" Sahut (name) semangat.

Kini rumah ini sepi tak berpenghuni, kecuali satu orang yang masih bersiap di kamarnya. Siapa lagi jika bukan seorang pria bersurai blonde yang merupakan pimpinan Fine sekaligus Ensemble Square, Tenshouin Eichi.

Disaat dirinya telah siap, ia pun segera angkat kaki dari kamarnya dengan anggun. Dan sesampainya di meja makan, ia pun merasa aneh. Tidak biasanya mereka pergi secepat kilat tanpa ada tradisi pagi. Ia pun telah. Bertanya pada para maid, dan mereka bilang jika para suami (name) telah berangkat terlebih dahulu. Sedangkan (name) sedang menghadiri acara keluarga dengan Kaoru.

Kali ini Eichi tak menyangkal dan langsung berangkat ke kantor yang berada tak jauh dari rumah ini. Cukup dengan berjalan kaki selama 10 menit, maka kau bisa langsung disambut dengan pemandangan gedung kokoh nan indah yang bertuliskan 'Ensemble Square'.

Sesampainya disana pun, situasi tak jauh berbeda dari huniannya. Bahkan, ingatkan ia untuk memberikan hukuman yang setimpal.

*****

Kini, jam telah menunjukkan pukul 22.00 dan kini Eichi pun telah kembali dari kantornya. Hebatnya lagi, bahkan kali ini kantornya sepi. Sungguh, ia tak mengerti pada hari ini.

Sesampainya di rumah, para penghuni lainnya pun tak pulang. Pikirannya semakin cemas saat mengingat (name) yang belum pulang hingga detik ini pula.

Tok tok tok...

"Eichi ?"

Suara itu langsung membuat pria itu membuka pintu dengan segera. Dan menampakkan seorang wanita yang pernah ia tiduri sehari yang lalu. Ia masih cantik, sama seperti sehari yang lalu. Dengan cemas, Eichi langsung menarik wanita itu dalam pelukannya. Ia tak peduli jika ini nyata atau hanya mimpi. Karena yang ia pedulikan hanyalah wanita yang ia puja telah kembali.

"Eichi, aku lapar. Apa kau mau makan bersama ku ?" Ucap (name) disela-sela pelukan suaminya. Mendengar hal itu, Eichi pun langsung melepas pelukannya dan menatap lekat wanitanya. "Kau tidak salah ? Ini sudah terlalu malam untuk makan" ucap Eichi dengan tatapan khawatir. "Tenanglah, aku takkan gemuk" elak (name) dengan tawa singkatnya. "Baiklah, tapi setelah ini kau harus menceritakan kemana saja kau pergi. Setuju ?" Ucap Eichi dan disambut dengan anggukan penuh antusias dari (name).

Sesampainya di dapur, Eichi langsung menyalakan lampu dapur tanpa melepas genggaman tangan (name).

Klik~

"SELAMAT ULANG TAHUN, EICHI TENSHOUIN !!!"

Terkejut, itulah yang Eichi rasakan. Bahkan, baru pertama kalinya Eichi merayakan ulang tahun bersama keluarga. Perasaan senang yang menggebu-gebu membuatnya tak mampu menahan senyuman untuk para rekan sekaligus suami (name) lainnya. Hingga (name) menuntun jalan untuknya.

Kini Eichi duduk di meja makan dengan sebuah kue ulang tahun serta berbagai macam kado yang telah disusun sedemikian rupa oleh mereka. Acara pun mulai berjalan, mulai dari nyanyian hingga pemotongan kue pun lancar. Bahkan, tak jarang diantara mereka turun mengundang gelak tawa saat mereka menceritakan ulang tahun mereka saat masih kecil hingga remaja.

Namun, pandangan Eichi telah teralihkan pada sebuah kotak berwarna nila yang lengkap dengan pita putih diatasnya. "Um... Kurasa, Eichi belum menyukai ini. Tapi terimalah" ucap (name) yang ragu-ragu, layaknya seorang kekasih yang baru pertama kali menjalin sebuah hubungan. Tanpa pikir panjang, Eichi langsung menerima dan membuka kadonya.

Sebuah amplop coklat masih terbungkus rapih, bahkan masih tersegel itu membuat nya serta beberapa rekannya semakin penasaran. Ia pun mulai membuka amplop nya dan mengambil secarik kertas putih yang telah ternodai oleh tinta. Ia pun meneliti satu persatu hingga ia berhenti pada satu kata.

"Apakah ini sungguhan, (name) ?" Tanya Eichi dengan tatapan mengintimidasi yang membuat Rei semakin mawas padanya. "Um" jawab (name) yang dengan berani menatap Eichi dengan tatapan penuh keyakinan.

Eichi pun bangkit dari singgasananya dan berjalan ke hadapan (name). "Terimakasih banyak" ucapnya dan langsung memeluk erat (name) untuk kedua kalinya.

"EKH !!!! (NAME) !!!! (NAME) HAMIL !!!" Teriak Tetora dengan tatapan sangat terkejut yang membuat Eichi menghentikan aktivitasnya. "He !!! Bagaimana dengan anakku !!!" Protes Tori dengan tatapan kecewa, bahkan hampir menangis jika ia tidak ditenangkan oleh Yuzuru.

Sementara Tsukasa, ia hanya bisa diam sambil blushing tidak jelas. "Ara-ara~ Tsukasa-chan mendahului menjadi seorang ayah" goda Arashi dengan gemasnya dan lengkap dengan tawanya yang sedikit feminim. "Selamat ya, Succhan" ucap Ritsu dengan senyuman beserta disela-sela ngantuknya.

Dan suami yang pertama kali menghabiskan malam dengan (name) pun hanya mengukir senyuman. Tentu saja, hanya beberapa orang saja yang berani mendekat padanya.

Kini suasana rumah ini sungguh ricuh. Karena mereka berebut memberikan nama pada bayi yang akan datang, padahal ayahnya sendiri saja belum sempat atau bahkan belum memiliki niat untuk memberikan nama apapun pada calon bayi itu.

"Terimakasih, (name) atas kadonya" ucap Eichi dengan senyuman tulus. (Name) pun tergerak untuk menyentuh surai Eichi, "Tidak. Tapi aku yang berterima kasih atas segalanya, Eichi" ucap (name) dengan senyum penuh ketulusan.

*****

"Ternyata rencana itu berhasil ya, (name)" ucap pria bersurai biru langit dengan manik yang sangat menenangkan. "Um, walaupun ku tak yakin benar atau tidak. Tapi setidaknya, kuharap itu benar-benar terjadi. Benarkan, Shino ?" ucap (name) dengan senyum yang belum luntur. "Ya, aku pun berharap itu akan terjadi" ucap Shino dengan senyuman yang sangat manis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro