5 Juni 2023

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

|| Day 5 || 1150 words ||

| Masuk ke website https://random-ize.com/random-website/ lalu klik tombol "Next Website" satu kali. Buat cerita dengan tema sesuai website yang muncul |

| Fantasy, Drama |
|| Undo Button ||

Aku berbuat kesalahan, yang menurutku bukan seratus persen salahku. Seorang anak mati gara-gara itu.

Tidak masalah. Sudah bertahun-tahun ini aku punya rahasia besar yang selalu menyelamatkan hidupku: aplikasi Make Everything Okay.

Sebuah aplikasi yang hanya diketahui olehku seorang. Mulanya, kukira itu virus. Aku tak sengaja mengunduhnya saat sedang menjelajah mencari game gratisan di situs-situs ilegal. Di aplikasi itu hanya terdapat beberapa kalimat mengenai cara pakai dan satu tombol—tombol bertuliskan Make Everything Okay.

Jika tombol itu kutekan sambil membayangkan hal yang paling kusesali saat itu, waktu terputar kembali ke beberapa saat sebelum hal yang kusesali terjadi. Hanya aku—si penekan tombol—yang ingat dan sadar bahwa waktu terputar kembali.

Tombolnya tidak berfungsi selain untuk mengembalikan waktu ke kejadian yang disesali. Aku pernah mencoba menekannya sambil membayangkan diriku saat masih berseragam SMA, barangkali aku bisa jadi muda lagi. Namun, tidak ada yang terjadi. Harus ada penyesalan dan sesuatu yang ingin kuubah—sesuatu yang bisa di-undo agar keadaan yang salah bisa kembali baik-baik saja.

Sebetulnya kalau dicari-cari, aku pasti punya banyak penyesalan yang bisa mengembalikan waktu ke masa SMA. Namun, kemudian kubaca salah satu aturan pakai aplikasi di bawah tombol itu: perangkat akan terhapus otomatis jika pengguna kembali ke waktu sebelum dirinya mendapatkan aplikasi ini.

Aku mendapatkan aplikasi ini dua tahun lalu, hanya berselang dua bulan setelah orang tuaku kena tipu lalu meninggal. Padahal aku ingin sekali mengubah satu kejadian kena tipu tersebut, terlebih karena saat itu aku juga baru saja menikah dan benar-benar butuh uang.

Ayahku kala itu berusaha memperluas cabang usaha, tetapi berakhir dengan sebagian aset yang disita, tanah milik pribadi jadi lahan sengketa, dan toko sembako yang mestinya kuwarisi berganti kepemilikan. Namun, jika aku mengulang ke titik itu, aplikasi ini akan terhapus, karena semuanya terjadi sebelum aku mengunduh Make Everything Okay. Aku tidak mau kehilangan aplikasi seberharga ini.

Aku sering sekali memakai Make Everything Okay.

Saat main judi online dan kalah; kutekan tombol itu dan memenangkannya.

Saat istriku marah karena aku salah beli sayur paku (mana kutahu yang dia maksud sayuran pakis dan bukannya sayur serta paku); kutekan tombol itu dan membeli sayur yang benar, plus paku sekotak untuk jaga-jaga.

Saat telanjur menjual jam antik peninggalan ayahku dengan harga murah dan mengetahui harga aslinya; kutekan tombol itu dan menjualnya ke orang yang tepat.

Saat aku harus menjemput istriku dari rumah mertua, lalu di tengah jalan turun hujan; kutekan tombol itu, lalu kusuruh dia pulang sendiri.

Saat berselisih paham dengan tetangga dan pria bangkotan itu menghajar mukaku hanya karena aku telat menghindar ke kiri; kutekan tombol itu, lalu menghindari satu tinjunya yang fatal. Sayangnya dia tetap menghajarku sampai babak belur. Jadi, aku menekan tombol Make Everything Okay sekali lagi dan berangkat menemuinya sambil bawa arit. Perselisihan kami selesai dengan dirinya yang meminta maaf setengah hati. Dasar pengecut.

Kali ini, aku butuh aplikasi itu lagi.

Sebagai operator panggilan darurat, tugasku harusnya mudah. Aku cuma perlu duduk menerima panggilan, memberi informasi, menyampaikan situasi darurat, menolong seseorang yang kesulitan lewat percakapan, memanggilkan ambulans, menghubungkan si penelepon dengan pihak-pihak yang bisa membantu masalahnya, dan secara garis besarnya menjadi pahlawan tanpa harus mengangkat pantat dari kursi.

Rupanya pekerjaan ini berat dan menyusahkan. Tingkat stresku naik tiap hari.

Ini salah mereka yang sering melakukan panggilan iseng. Salah mereka yang salah sambung. Salah mereka melakukan panggilan darurat untuk hal-hal yang sama sekali tidak darurat. Satu kali, ada yang mengeluh tentang sarang lebah. Ada pula yang komplain tentang pohon tumbang di jalan. Astaga, begitu saja lapor padaku. Bereskan sendiri!

Sore itu, seorang anak melakukan panggilan darurat karena terkunci di ruang kelasnya. Dia bilang dia sedang dirundung. Kutanyai anak itu kenapa dia tidak menelepon orang tuanya saja, atau teman dan gurunya. Bastian melirik ke arahku dan aku tahu dia diam-diam menghakimi cara kerjaku. Dia pasti menyesal membantuku dapat pekerjaan di sini—pria berengsek itu mau sok pahlawan saat aku menganggur. Aku harus menafkahi istriku, katanya. Aku tahu dia dulu juga naksir pada istriku, tetapi sayang sekali bukan dia yang punya aplikasi Make Everything Okay, jadi dia tidak bisa mengubah apa-apa.

Aku meladeni telepon si anak SMP sedikit lebih lama lagi, lalu memutus sambungan dengan marah begitu mendengar bahwa ternyata dia menelepon ke nomor ini karena terinspirasi dari drama Korea. Dia kira ini main-main?

"Kenapa kau melakukan itu?" Bastian menegurku saat aku menceritakan apa yang terjadi. Lagaknya membuatku muak. "Anak tadi kedengarannya sungguhan memerlukan bantuan. Alihkan saja padaku—"

"Kau ladeni saja telepon yang masuk di bagianmu sendiri!" hardikku. Kalau kubiarkan dia mengambil alih tugasku, apa lagi yang akan dia ambil selanjutnya? Istriku?

Malamnya, berita kematian anak itu masuk televisi—aku mengenali nama dan asal sekolahnya. Anak itu sedang dijaili oleh teman-temannya saat menghadiri eskul. Dia dikunci di ruangan kelas di lantai tiga, lalu teman-temannya membakar setumpuk dedaunan kering di lorong untuk membuatnya panik. Apinya memang tidak berbahaya, hanya merusak beberapa petak lantai koridor sekolah, tetapi anak yang terkunci itu sungguhan panik saat melihat asap yang masuk lewat ventilasi, lalu melompat lewat jendela.

Aku menggigiti kuku jari tanganku dengan gugup. Apakah mereka akan menginvestigasi kematiannya? Dia, 'kan, cuma anak SMP. Apakah riwayat panggilannya bakal diselidiki? Menurutku menghukum teman-temannya saja sudah cukup. Mungkinkah aku akan dimintai pertanggungjawaban karena mengabaikan permintaan tolongnya? Sial, Bastian pasti sadar anak ini adalah anak yang melakukan panggilan darurat sore tadi.

Ponselku. Mana ponselku?!

Aku menepuk jidat saat melihat dompet istriku di atas meja. Ada ponselnya di dalam. Tadi dia pergi beli martabak. Dia pasti salah membawa dompet beserta ponselku di dalamnya.

Kugunakan ponsel istriku dan menghubunginya. Saat dia mengangkat, aku langsung mendesaknya untuk kembali. Sekarang juga.

"Martabak tidak penting!" teriakku. "Aku butuh ponselku sekarang!"

"Kenapa, sih?" tanyanya jengkel. "Apa ada sesuatu yang tidak boleh kulihat di sini? Kamu selingkuh lagi?"

"Awas kalau kau berani mengecek ponselku!" Kumatikan sambungan dan berlari keluar untuk menyusulnya.

Aku baru sampai pintu depan saat chat dari istriku masuk. Dia mengirimi tangkapan layar berisi aplikasi Make Everything Okay. Ujarnya: Ini apa? Situs porno? Awas saja nanti di rumah kalau ini isinya aneh-aneh.

Aku berusaha meneleponnya lagi saat tiba-tiba pndanganku jadi buram. Pemandangan di sekitarku terdistorsi seolah dunia berubah jadi tayangan televisi rusak, penglihatanku seperti ditutupi tampilan statis, lalu segalanya menghilang.

Bzzt.

***

Aku bangun pagi ini dengan kepala yang sakit luar biasa. Rasanya seperti terbangun dari mimpi panjang melelahkan. Saat mengecek jam, layar ponselku menampakkan tulisan, "Pencopotan aplikasi selesai—semua data yang bersangkutan telah dibersihkan."

Apakah aku menghapus sesuatu secara tak sengaja? Ataukah ada orang lain yang menyentuh ponselku?

Kugosok mataku dan menyadari hari ini resepsi pernikahan Fania dengan Bastian diselenggarakan. Wanita sialan. Harusnya dia jadi istriku. Bertahun-tahun kami pacaran, untuk suatu alasan dia menolak lamaranku enam bulan yang lalu dan malah lari ke pelukan temanku. Bastian bajingan, tukang tikung teman.

Wanita itu yang rugi! Dia mencampakkanku, padahal dia bisa dapat kehidupan layak dengan pria mapan sepertiku! Kekayaanku banyak, ditambah lagi aku akan mewarisi usaha keluarga. Malah, hari ini ayahku akan bertemu teman lamanya untuk negosiasi—dia hendak memperluas bisnisnya dan membuka cabang toko.

Fania akan sangat menyesal menolak menikahiku.

Website yang saya dapat random untuk tema cerita ini:
http://make-everything-ok.com/

Saya nda tau itu website apa, isinya gimana. Mau pencet tombolnya, takut aneh-aneh ;-;)

Adakah di antara kalian yang terlahir nekat atau punya hobi pencet tombol sembarangan?
Kalau ada yang berani, ceritain sini dong itu tombolnya kenapa kalau dipencet. Saya kepo ;-;


Next>>> 6 Juni 2023

'-')/ Pencet bintang di bawah ini takkan bikin jari Anda hilang 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro