Orange{Oneshoot}

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku jatuh cinta padamu yang tengah menatap langit senja,
Tatapan tajam matamu menggetarkan sesuatu yang ada dalam ragaku,
Melihatmu, seolah-seolah hati ini hanya tertuju padamu,
Bisakah aku memilikimu?
Memiliki raga dan cintamu?

Terlihat seorang gadis berambut pendek memandang seorang pria yang tengah menatap langit senja. Gadis itu, Risabila Natasya Chorren.

Pria merasakan ada sepasang mata tengah mengamatinya. Ia berjalan cepat menjauhi tempat tersebut. Risa yang melihat pria tersebut berjalan menjauh dari tempatnya berdiri, dengan bergegas Risa mengikuti pria tersebut.

Pria itu merasakan ada yang mengikutinya dari belakang. Ia secara langsung memberhentikan langkah dan menoleh ke arah belakang. Risa yang melihat pria itu berhenti, secara otomatis dia juga memberhentikan langkahnya dan berpura-pura menatap ke arah lain.

"Berhenti mengikutiku." ucap pria itu dengan tatapan tajamnya ke arah Risa. Dia Darren Darby Gabrielle, si pemilik tatapan mata yang tajam tetapi menghanyutkan.

"Maaf," ucap Risa menundukkan kepalanya saat kenyataannya ia telah ketahuan. Darren medengus mendengarkan perkataan Risa. Setelah itu memutar tubuhnya, melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Risa yang melihat Darren pergi, ia berlari ke arah Darren mensejajarkan langkah kakinya dengan Darren.

"Darren," panggil Risa memandang wajah Darren. "Kamu kenapa selalu menghindar?" tanya Risa menatap ke arah Darren dengan penuh tanda tanya.

"Bodo amat." jawab Darren dengan mata yang masih memandang ke arah jalan yang di depannya.

"Aku pengganggu ya?" Risa tersenyum kecut dengan memandang ke arah bawah. Diam-diam Darren melirik gadis yang berada di sampingnya.

"Ya." ucap Darren mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Senyum indah menghiasi wajah cantik Risa lagi. "Tapi bodo amat, karena aku senang saat berada di dekatmu,"

"Gila." ucap Darren ketus. Darren melirik Risa yang sedang mengusap-suap kedua tangannya. "Pulang sana, udara dingin." sambung Darren masih dengan nada dingin.

"Iya nih. Aku pulang dulu ya. Bye Darren. Jangan bosen aku gangguin lagi." Risa berlari pergi menjauhi Darren. Dari belakang Darren memandang punggung Risa yang hampir menghilang dari pandangannya.

~~~~~

Risa merebahkan dirinya di tempat ternyaman yang ada di dalam kamarnya, yaitu kasur. Risa menatap langit-langit kamarnya. Ia tengah memikirkan sesuatu.

Darren. Satu nama yang selalu berada dihati dan dipikiran Risa.

"Darren. Kenapa kamu susah hangat dicapai?" tanya Risa dengan gregetan sendiri.

Risa menatap cicak yang sedang berjalan di langit-langit kamarnya. "Dia cuek," guman Risa mendegus kasar. "He's cool." ucap Risa sedikit berteriak.

"Siapa Darren?" tanya seseorang yang berada di belakang Risa. Risa menolehkan kepala. Terlihat seseorang lelaki yang 5 tahun lebih tua darinya sedang bersandar di samping pintu kamarnya dengan melipat kedua lengan tangannya di depan dada.

"Kakak." guman Risa tidak terpercaya siapa yang tengah berdiri di depan kamarnya.

Pria itu tersenyum ke arah Risa, ia merentangkan kedua tangannya ke arah Risa. "Mana pelukan selamat datang?" tanyanya, yang membuat Risa bangkit tidurnya dan berlari ke arah pria tersebut.

"Kangen," ucap Risa memeluk erat pria tersebut.

Pria itu mengelus rambut Risa pelan. "Jadi, siapa itu Darren?" tanya pria itu dengan nada menggoda. Ardiansyah Nevandra Chorren, nama pria tersebut.

"Kakak apaan sih?" ucap Risa menyembunyikan wajah merahnya di dada bidang Ardi. Ardi hanya terkekeh kecil, ternyata adik kecilnya telah beranjak dewasa.

~~~~~

Keesokan harinya. Seperti yang bisa Risa lakukan, ia melihat Darren yang tengah menatap indahnya langit senja di tempat biasanya. Risa melangkahkan kakinya pelan ke arah Darren.

"Senjanya indah ya?" ucap Risa saat tepat di belakang Darren.

"Gak capek gini terus?"

"Capek juga sih," ungkap Risa yang membuat Darren menatapnya. "Tapi sayangnya cowok kayak kamu itu langkah. Karena kamu adalah kamu dan hanya kamu." sambung Risa.

"Sampai kapan, Ren? Sampai kapan aku harus nunggu?" tanya Risa lirih yang tersirat putus asa.

Darren hanya menatap Risa. Risa yang merasakan tidak ada jawaban dari Darren memutuskan untuk melanjutkan perkataannya. "Aku juga bisa hilang seperti senja jika terus digantung."

Darren menatap Risa tajam dengan tatapan matanya. Dapat Risa lihat Darren mengeraskan rahangnya menahan amarah. "Kamu tahukan, Ris?"

"Iya aku tahu kamu masih ragu dengan perasaanmu. Tapi sampai kapan, Ren? Aku juga bisa lelah!" ucap Risa yang mulai emosi. "Besok aku tunggu di sini di waktu senja, untuk menjelaskan apa yang kamu rasakan terhadapku. Jika kamu tidak datang, aku bakalan mundur."

Darren menatap Risa dengan pandangan tak suka dengan apa yang barusan Risa omongkan. "Jawaban mu besok adalah penentuan terakhir. Karena mungkin aku akan pergi dari kehidupanmu." ucap Risa sebelum pergi meninggalkan Darren yang masih mematung di tempat.

Saat perjalanan pulang, Risa mengerutuki apa yang barusan ucapkan kepada Darren. Bagaimana jika jawaban Darren tidak sesuai dengan keinginan Risa? Bisakah Risa melepaskan Darren? Bisa Risa melupakan semua tentang Darren?

~~~~~

Perkataan Risa kemarin membuat Darren tidak bisa tidur. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Sekarang ia benar-benar mengerutuki dirinya yang tidak peka ini. Darren melirik jam tangannya. Dia masih setia berdiam diri di kamar, meskipun jam menandakan waktu senja akan segera menghilang.

Di sisi lain. Seorang gadis tengah menatap senja. Ia melihat jam tangannya ragu. Senja akan segera menghilang, pikirnya. Ia menundukkan kepalanya menatap sepatunya dengan putus asa saat mengetahui tidak ada tanda-tanda pria itu akan datang. Ia berusaha menahan tangisnya, tapi yang terjadi air matanya menurun tanpa di beri aba-aba.

"Don't cry," ucap seseorang pria memeluk Risa dari belakang. Risa tahu siapa orang yang tengah memeluknya, orang yang selalu memberikan pelukan kenyamanan. "I love you so much." Perkataan pria itu sukses membuat air mata Risa tidak bisa berhenti mengalir. Pria itu memutar tubuh Risa agar berhadapan dengannya.

"Jangan menangis, Ris," Pria itu tersenyum mengusap air mata Risa dengan ibu jarinya.

"Kau menyebalkan, Darren," Risa memeluk Darren erat. Darren terkekeh kecil membalas pelukan Risa. "Aku kira kau tidak akan datang."

"Maaf, aku terlalu lama menyadari perasaan ini," Darren mengelus rambut Risa pelan. "I love you."

"Me too,"

"Juga apa?" tanya Darren tersenyum jail.

Risa medengus sebal. "Mencintaimu," Satu perkataan Risa membuat senyum Darren melebar.

"Tau gak kenapa senja itu menyenangkan?" tanya Darren pada Risa. Ya, saat ini mereka sedang menikmati pemandangan senja yang sungguh indah.

"Kenapa?"

"Dia memberikan keindahan walapun hanya sementara. Tapi ia bisa membuat semua orang menatap dan mengaguminya. Dan kamu tahu senja itu mengambarkan kehidupan,"

"Oh ya?"

Darren tersenyum. "Lihat itu," Darren menunjuk ke arah senja. "Hitam menggambarkan kesedihan dan merah perpaduan dengan oren, jingga, dan kuning warna cerah menggambarkan kebahagiaan. Jadi diantara kesedihan selalu ada kebahagiaan." Darren mengelus pucuk rambut Risa lembut.

"Kenapa sekarang jadi sweet banget?" goda Risa menatap Darren.

"Apa?" ucap Darren kembali ketus.

"I love you," Risa tersenyum menahan tawa menatap Darren.

~~~~~
Jeng jeng... Akhirnya selesai.

Motivasinya theWWG :
● untuk menambah wawasan.
Karena ilmu adalah cahaya dunia dan ilmu tidak akan pernah habis di makan waktu.
● menambah teman
Istilahnya banyak teman akan banyak wawasan juga. Kita bisa saling membagi ilmu.
● terkadang saya juga merasa minder dengan orang-orang yang bisa membuat cerita sampai pembacanya itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh cerita tersebut, tapi saya berusaha menyakinkan kalau diri saya itu bisa. Jadi saya ingin masuk ke theWWG untuk bisa menjadi lebih baik dalam membuat sebuah cerita.

#AudisiOnlineTheWWG theWWG

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro