2 | Lari

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[name] mengemasi barang-barang nya kedalam kain yang ia jahit sehingga berbentuk tas.

Ia memasukkan baju —yang sebenarnya sudah tidak layak dibilang baju— lalu perbekalan yang hanya sepotong roti dan setengah botol air, pisau kecil, lalu yang paling penting —foto keluarga kecilnya yang bahagia, dulu.

Ia berencana keluar lewat jendela tengah malam tepat. Ia mengambil kayu dan menyalakan api serta memantrainya. Ia paham betul kalau api itu tak terlalu berguna, tapi tidak ada alat lain selain itu.

Setelah melihat keadaan yang sepertinya sudah sunyi, akhirnya [name] membuka jendela perlahan dan keluar perlahan dari sana. Beruntung kamarnya berada di lantai satu.

Ia berjalan perlahan keluar halaman dengan obor di tangannya. Melewati rumah warga yang sudah sunyi. Dan akhirnya keluar dari pemukiman.

Ia memandangi pemandangan di depannya, hutan lebat yang ia masuki tadi sore. Ia akan masuk ke dalam sana, karena tidak ada jalan lain selain itu.

Ia mulai menyusuri jalan setapak licin dan curam tadi. Obor di tangannya tetap menyala meskipun mulai meredup, tapi syukurlah menurutnya tidak ada vampir di dekatnya.

Itu berkat ia membalut semua luka di tubuhnya sampai benar benar tertutup, jadi bau darahnya tidak terlalu tercium.

Sudah hampir satu jam [name] berada di hutan dan belum bertemu siapapun dan apapun. Hanya ada pepohonan di sekelilingnya.

Entah kenapa [name] malah kesepian berjalan sendirian.

"Huu.. aku lelah." Gumam [name] lalu duduk bersandar di batu besar dan memakan roti miliknya.

"Hoi."

[Name] lantas bergidik ngeri dan mencari sumber suara. Ternyata tepat diatasnya. "Ah! S... Soraru-san?!"

Soraru hanya menatap [name] datar. "Sedang apa kau disini?"

[Name] tersenyum. "Aku lari dari rumah. Dan kini aku ingin mencari desa lain untuk aku tinggali."

Ekspresi Soraru tidak berubah, tetap datar. "Oh."

"Hee? Hanya 'oh'?"

"Lalu aku harus jawab apa?"

"Cih!" [Name] berdecak, ia merasa sia-sia berbicara dengan Soraru —orang yang baru ia temui sore tadi.

"Kenapa kau lari?" Tanya Soraru kemudian.

[Name] tersenyum pahit. "Keluargaku sudah tidak seperti yang dulu. Sejak datangnya wanita itu, ayahku selalu melakukan kekerasan terhadapku."

"Oh." Jawab Soraru singkat.

"'Oh' lagi?!"

"Ya."

[Name] menggembungkan pipinya dan berdiri menatap Soraru yang sedang duduk di atas batu tersebut. "Kau itu tidak suka denganku, ya?!"

"Entah." Jawabnya singkat.

[Name] semakin kesal dan menarik tangan Soraru. "Ugh! Soraru-san jahat!"

Soraru yang tidak seimbang, lantas jatuh ke tanah dengan wajah duluan yang mencium tanah.

"Pfft–" [name] menahan tawa. "Maaf, kau tidak apa apa?"

Soraru bangkit dan menatap [name] kesal. "Apa apaan kau?!"

[Name] tersenyum. Senyum tanpa dosa. "Maaf." Sekejap, Soraru tidak bisa memalingkan pandangannya dari wajah [name] yang putih dengan senyum yang merekah.

"Sudahlah." Soraru merapihkan bajunya yang sedikit kotor. "Kau tidak takut vampir?"

[Name] terdiam. "Entahlah. Hanya saja, aku memang belum pernah bertemu dengan mereka sejak dulu."

"Oh." Jawabnya singkat.

"Ukh, jawabannya itu terus!" Ucap [name] kesal.

"Maaf saja, tapi aku malas berkomentar."

[Name] membelalak. "Apa?! Mana ada orang malas berkomen–"

Ucapannya terpotong karena mendengar sesuatu.

"[Name]! Kau gadis bodoh! Cepat kemari! Kau harus pulang, [name]!" Itu teriakan ayahnya.

"Hei gadis jelek, kau harus melaksanakan tugasmu besok. Jangan bodoh!" Lalu itu teriakan ibu tirinya.

"Cih–" [name] berdecak kesal. "Soraru-san, senang bertemu denganmu. Sebaiknya kau pulang, vampir ada dimana mana tahu! Aku duluan, ya. Dadah."

[Name] kemudian berlari meninggalkan Soraru yang menatapnya bingung. "Kekerasan pada anak, ya?"

[Name] berlari sekencang mungkin menjauhi suara tersebut. Decakan lumpur terdengar di setiap langkah kaki [name], membuat keluarga nya malah mengikutinya.

[Name] berniat untuk semakin cepat berlari. Namun sayang ia malah tersandung akar pohon dan jatuh. "Akh.."

Lututnya terluka, ia tidak bisa berlari dengan benar lagi. Alhasil ia terpincang-pincang berlari.

Tapi tenaga [name] sudah tak ada, dan akhirnya ia terjatuh lagi dan tak mampu bergerak.

Dan keluarganya akhirnya menemukannya.

"Gadis bodoh. Mengapa kau kabur, hah?!" Ibu tiri [name] berjongkok kemudian menjambak rambut panjang [name].

"Ittai.." air matanya menggenang.

"Ayo, bawa dia pulang." Ucap ayahnya dingin.

[Name] terpaksa berdiri dan mengikuti mereka pulang. Pelariannya gagal.

Namun ketika berbalik untuk menuju desa, mereka justru di kepung oleh sekumpulan vampir yang kehausan.

"Makan malam mendatangi kita, iya kan?" Ucap vampir dengan berbadan kecil.

"Haha, kau benar." Ucap yang berbadan tinggi.

"Lalu, kita harus habiskan dengan cara apa?" Ucap yang lainnya.

"Terserah saja. Yang jelas kita harus cepat dan segera mencari pangeran."

"Ya."

[Name] terdiam. Inikah takdir menuju akhir hidupnya?

***

Makasih ya yang udah baca, tetep dukung Rin dan selalu vote dan komen. Ga usah malu malu, Rin ga gigit kok wkwkwk

Jaa, tunggu chap selanjutnya ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro