7 | Hari Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[name] membuka matanya perlahan, ia bangun dari tempat tidur dan mengusap pelan matanya.

"Sudah bangun?" Tanya Soraru yang tiba-tiba membuka pintu kamar dengan nampan berisi susu dan roti.

"Jelas jelas aku sudah membuka mata, berarti aku sudah bangun, kan?" Jawab [name] sambil terkekeh pelan.

"Siapa tahu mungkin kau tidur dengan mata terbuka, bukankah ada manusia yang seperti itu?  Bisa saja kan, kau salah satu dari mereka~" ejek Soraru. "Makanlah roti dan susu ini, aku bersusah payah mencarinya ke dunia mu, lho tadi malam."

Mencoba mengabaikan ejekan Soraru, hidung [name] sudah mencium aroma yang sangat enak dari susu dan roti bakar yang dibawa laki laki berambut langit malam tersebut. "Wah, enak~ kau memasaknya sendiri?"

Soraru hanya mengangguk dan memberikan nampan itu kepada [name].

"Aku merasa seperti seorang putri, disuguhi sarapan begini."

"Bukankah kau yang seharusnya menjadi pelayan, ku? Aku kan pangeran~"

[Name] hanya menatap datar Soraru dan mengabaikannya. Ia mulai memakan sarapannya yang bisa dibilang sangat enak. Bahkan lebih enak dari masakannya sendiri. "Enak."

"Tentu saja, karena aku yang memasaknya."

[Name] memutar bola matanya malas dan melanjutkan makannya.

Soraru kemudian berjalan ke meja belajarnya dan duduk disana. Ia kembali melakukan kegiatan membaca bukunya yang ia mulai dari [name] tidur tadi malam dan sempat tertunda karena ia mencari bahan sarapan untuk gadis tersebut. Selagi membaca buku, Soraru sesekali mengintip gadis yang sedang memakan sarapan buatannya dengan nikmat.

Ia tersenyum melihat [name].

***

"Whoaaa, ada [Name]-chan!" Panggil laki laki bersurai putih dan mata ruby sambil melambai ke arah [name].

"Ah, Mafu-sama!" Balas [name] sopan.

Mafu tertawa mendengar ucapan [name]. "Mafu saja, aku lebih suka dipanggil Mafu oleh orang orang yang dekat denganku."

"Dekat? Bahkan mengobrol berdua pun baru kali ini—" batin [name].

"Haha, orang orang yang menjadi temanku atau dianggap spesial oleh temanku adalah orang yang dekat denganku! Karena Soraru-san menganggapmu spesial, maka kau orang yang kuanggap dekat!" Jelas Mafu.

"Soraru-san.... Menganggapku spesial?" Pipi [name] bersemu merah.

"[Name]-chan, jangan abaikan aku, dong~ Aku berasa mengobrol dengan angin kalau kau tidak menjawab ucapanku, lho~"

"Ah?" [Name] tersadar dari lamunannya. "B... Begitukah? Terimakasih, ya, M... Mafu. Sudah menganggap ku orang dekat."

"Tidak masalah!" Mafu berkacak pinggang dan tertawa tidak jelas.

"Benar kata Soraru-san... Orang ini memang agak aneh..." Batin [name] sekali lagi.

***

"Ah, Amatsuki-san." Panggil [name] saat melihat Amatsuki yang sedang melihat keluar jendela lorong istana.

"Wah, ada [name]-san." Ucap Amatsuki sopan.

"Kau sedang melihat apa?"

Amatsuki tersenyum dan kembali melihat keluar jendela. [Name] pun ikut melihat keluar jendela. "Aku hanya berpikir... Keberadaan kami sungguh mengganggu kehidupan kalian, para manusia. Benarkan? Aku... Tak pernah ingin menjadi vampir seperti ini... Begitupun Soraru-san, Mafu, Urata-san, dan Sakata. Kami merasakan hal yang sama."

[Name] terdiam, menunggu Amatsuki melanjutkan.

"Aku memiliki seorang teman manusia saat kecil dulu... Bahkan dulu aku juga seorang manusia..."

[Name] terkejut mendengar hal itu. "Amatsuki-san dulu seorang manusia?"

"Iya... Aku dulu tinggal di sebuah rumah di dekat hutan, aku dan temanku sering pergi ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar. Tapi suatu hari kami berdua belum kembali sampai malam tiba. Kami terlalu asik bermain dengan seseorang sampai tidak ingat waktu, lalu tiba tiba saat perjalanan pulang, kami dihadang seorang vampir... Aku menyuruhnya lari duluan karena ia tidak pandai bertarung. Lalu aku mencoba menghalangi vampir tersebut, tapi aku mati."

"Lalu.... Bagaimana Amatsuki-san menjadi vampir?"

"Aku ditolong oleh orang yang kami ajak bermain sampai lupa waktu." Jawab Amatsuki.

"S... Siapa dia?" Tanya [name] penasaran.

"Mafu. Ia orang yang mengajak kami bermain dan menolongku agar aku hidup kembali sebagai vampir." Ucap Amatsuki sambil tersenyum.

[Name] terdiam. Selama ini orang orang di dunia nya selalu memberikan kesan yang buruk terhadap vampir. Tapi yang ia dengar dari vampir vampir ini justru sebaliknya.

Mereka tidak jauh berbeda dengan manusia. Mereka memiliki perasaan peduli terhadap orang lain.

Setidaknya beberapa vampir yang ia kenal begitu...

***

"[Name]-san mau keliling kota? Kami bisa mengantarmu untuk menghindari bahaya." Tawar Urata sambil mengelus rakun miliknya. Sakata juga mengangguk.

"Bolehkah?" Tanya [name] antusias.

"Tentu saja. Ayo, kami antar dengan kereta kuda. Bagaimanapun juga kau adalah tamu spesial Mafu."

Sepanjang perjalanan, [name] bisa melihat keseharian vampir di kota.

"Tidak ada yang berbeda dari kehidupan di dunia manusia..." Pikir [name].

Di sepanjang jalan, ia bisa melihat anak anak vampir yang bermain. Vampir yang sedang berniaga, dan lalu lalang layaknya manusia.

"Bagaimana? Tidak berbeda dari dunia, [name]-san, kan?" Ucap Urata sambil terus mengemudikan kereta kudanya.

"Iya, tidak ada yang berbeda." Jawab [name].

"Ah! Apakah [name]-san tahu? Di dekat sini ada sebuah panti asuhan, lho! Mau melihat? Keluarga kami ada disanaaaa~" ucap Sakata riang yang duduk di sebelah [name].

"Eh? Di dunia kalian ada panti asuhan juga?!"

Urata mengangguk. "Kan aku sudah bilang, kehidupan para vampir tidak ada yang berbeda dari kehidupan kalian. Hanya saja, makanan kami hanya darah."

[Name] hanya mengangguk paham. "Ano... Keluarga kalian kemana? Kenapa kalian tinggal di panti asuhan?"

"Hmm... Kami bukan saudara sedarah... Tapi ayah kami sama sama bekerja sebagai pasukan di kerajaan Mafu. Dan saat perang dengan kerajaan manusia... Kalau tidak salah, melawan kerajaan tempat dimana kau tinggal, mereka berdua gugur. Dan kedua ibu kami tewas tertangkap manusia saat sedang berburu hewan ternak di pedesaan manusia." Jelas Urata.

Sakata berdeham. "Intinya dari ayah, ibu, dan kami berdua. Keluarga kami selalu menempel seperti permen karet dan meja. Tunggu... Permen karet itu apa—"

"....." Urata terdiam. "[Name]-san bisa jelaskan?"

[Name] hanya tersenyum dan mulai menjelaskan apa itu permen karet kepada Sakata sepanjang perjalanan hingga mereka sampai ke panti asuhan itu.

Urata dan Sakata terlihat senang saat mereka bertemu anak anak dan penjaga panti tersebut. [Name] sedikit sedih karena ia tidak diijinkan turun dari kereta kuda dan hanya bisa melihat anak anak panti dari kejauhan.

Tapi ternyata, salah seorang anak kecil menghampiri kereta kuda [name] dan memberinya sebuah boneka lewat jendela kereta. "Kakak mau boneka?"

"Sou... Jangan dekati dia, nanti dia ketakutan, lho!" Teriak seorang anak lainnya yang sedikit lebih tua. Ia kemudian membungkuk kepada [name]. "Maaf atas perlakuan adikku."

"Tapi, kakak ini terlihat kesepian, Eve-nii."

[Name] tersenyum. Kemudian ia mengeluarkan tangannya, mengambil boneka tersebut dan mengelus kepala anak bernama Sou, tersebut. "Namamu, Sou, ya? Terimakasih boneka nya... Aku jadi tidak kesepian lagi karena boneka ini."

Sou terlihat senang dengan elusan [name] di kepalanya. "Sama sama! Tangan kakak, hangat! Nama kakak itu [name], ya?" Tanya Sou. Ia mengetahui nama [name] dari Sakata dan Urata tadi.

[Name] mengangguk dan tersenyum. "Namamu Eve, kan? Adikmu sangat manis, aku jadi menginginkan seorang adik..." Panggil [name].

"Ah.. i... Iya... Sou dan aku sudah tinggal di panti sejak Sou lahir. Orang tua kami menelantarkan kami dari Sou masih bayi. Jadi aku memutuskan untuk membawa diriku sendiri dan Sou kesini."

"Kau kakak yang baik, ya." Ucap [name] sambil tersenyum.

[Name] tersenyum dan turun dari kereta kuda —yang seharusnya tidak boleh ia lakukan— dan kemudian mengelus rambut halus milik Eve. "Jaga adikmu selalu, ya!"

Mata Eve berbinar dan ia tersenyum. "Iya, pasti akan aku jaga. Terimakasih [name]-san."

Akhirnya setelah berkunjung sebentar ke panti asuhan tersebut, [name], Sakata, serta Urata kembali ke istana karena waktu mulai malam.

Soraru bisa marah jika melihat [name] berkeliaran di dunia yang tidak ia kenal terlalu lama.

Selama di kereta kuda, [name] terus memikirkan tentang kedua kakak beradik tadi. Sambil memeluk boneka pemberian Sou, [name] berharap kalau vampir dan manusia bisa hidup berdampingan.

Tapi pasti tidak akan bisa, kan?

***



(Sengaja kubuat agak panjang sebagai permintaan maaf karena 3-4 bulan ga update)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro