LULUH

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Bel berbunyi tepat setelah Dania selesai mengerjakan latihan soal Matematika di papan tulis. Bu Rani tampak puas dengan hasil pengerjaan Dania barusan.

"Baik, soal yang dikerjakan Dania betul, ya. Kalian bisa salin dan pahami lagi materinya. Untuk Dania, kerja bagus. Tingkatkan terus, ya?" ucap Bu Rani mengakhiri kelasnya.

Begitu Bu Rani keluar kelas Pak Musiran melintas di depan. Hampir saja mereka bertabrakan kalau Pak Mus tidak mengerem langkahnya. Pemandangan yang langsung jadi sasaran empuk godaan para siswa.

"Cie ... cie ... cie!! Pak Mus, jadiin napa?" usil salah seorang siswa. Diiringi tawa siswa yang lain.

"Ssst, udah sana pada pulang. Masih betah di sini? Atau mau nginep sekalian." Pak Musiran menguasai keadaan lebih dulu. Sedangkan Bu Rani hanya diam lalu segera pergi dari sana.

Pikiran Dania sempat teralihkan dengan kejadian tadi, dan berhasil menghadirkan senyum tipis di bibirnya. Anjas melihat itu dari jauh.

"Aku janji akan buat kamu senyum lebih ceria lagi dari ini," gumam Anjas. Acara doa bersama jelang ujian nanti Anjas harap bukan masalah besar lagi buat Dania. Anjas punya rencana.

***

Hari Sabtu, acara doa bersama akan diselenggarakan. Dania ingin bolos seperti waktu sebelumnya menjelang semester akhir. Namun sekarang menjelang ujian nasional, artinya ini akan jadi momen-momen terakhir dia sebagai siswi SMA.

Mungkin ada baiknya dia bicara sama Ayah. Siapa tahu ada waktu luang di hari Sabtu, sehingga ayahnya bisa datang. Dania hendak meraih handle pintu, saat terdengar suara ayahnya berbicara di telepon. Lebih baik dia tunda nanti saja. Namun belum sempat Dania beranjak dari sana, terdengar suara Ayah yang menggeram marah.

Suara langkah kaki mendekat ke pintu. Dania berpura-pura mengetuk untuk menutupi kalau dia sempat mendengar ayahnya kesal akan sesuatu. Lalu rencananya nanti dia akan bersikap biasa saja. Ayah pasti tidak suka kalau tahu dia menguping pembicaraan orang lain. Meskipun tadi tidak bisa dibilang menguping, tidak ada info apa pun yang dia dengar.

"Dania? Ada apa?" tanya Bara dengan ekspresi sulit ditebak.

"Kemarilah, duduk di sebelah Ayah," ajak Bara dengan tone suara lebih lembut. Hhh, sebenarnya dia Ayah yang menyayangi putrinya. Semarah dan segalak apa pun, Bara hanya ingin Dania terus bersamanya.

Dania mendekat. Entah kenapa Dania merasa ayahnya sedang bersedih. Bara merengkuh putrinya, mengelus rambut dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Bara memang memiliki ekspresi muka datar, orang bilang susah senyum. Tapi lihat, dia bisa menyayangi sedalam itu pada putri semata wayangnya.

"Yah?"
"Hmm?"
"Dania boleh minta sesuatu?"
"Tumben kamu bilang mau sesuatu? Apa, sih?" Bara menatap Dania.
"Sabtu depan apa Ayah punya waktu?"

Bara berpikir sejenak. "Memangnya ada apa? Bukannya untuk kegiatan sekolah biasanya sama Mbok Yamin?"

Dania pesimis ayahnya bakalan datang ke sekolah. Sebelumnya dia pernah mencoba, dan gagal. Kali ini hatinya berharap Ayah akan memikirkan ulang keputusannya. Dan bersedia menemani di acara itu.

"Sabtu depan, ya? Hmm, sepertinya agak longgar. Tapi Ayah belum tahu ada hal yang mendadak atau tidak. Jam berapa acara di sekolah?"

"Jam sembilan pagi. Acara doa bersama, Yah." Dania mencoba menjelaskan acaranya apa nanti.

Bara terdiam. "Oke, Ayah usahakan bisa datang."

Dania menatap ayahnya tak percaya. "Beneran Ayah mau datang?" Dania tidak bisa menyembunyikan rona bahagia di wajahnya.

Bara mengangguk. Keangkuhannya sirna sesaat. Dania sudah sebesar ini, lulus SMA dan akan jadi mahasiswi. Angannya penuh harap kelak Dania bisa meneruskan bisnis yang sudah susah payah dia bangun.

Namun sayang, Bara lupa tentang satu hal. Dania menyukai kopi dan kue. Selama ini putrinya hanya diam-diam mengumpulkan segala hal tentang dua dunia itu. Dania sendiri tidak menyadari bakatnya menurun dari Retno, bundanya.

***

Saya tadinya bisa berharap lebih dari ini jumkatnya.
Realitanya waktu membatasi. Nanti saya up lagi, oke?

Happy reading.
Saya menunggu saran dan kritik dari kalian. Eh, jangan lupa vote, ya.

Makasih.🙏👍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro