X. ChaEm Place

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam itu juga, setelah Bon Hwa dan Ae Ri memintanya untuk memecat Baek Hyun, Tae Yeon menelepon kakak sepupunya, Ha Neul. Ia ingin berkeluh kesah dan meminta solusi dari cucu kedua keluarga bermarga Kim tersebut. Tidak terlalu sulit untuk meminta lelaki bertubuh jangkung itu bertemu malam ini, sebab panggilannya langsung diangkat dan diberitahukan di mana lokasinya sekarang.

Tae Yeon keluar dari kamar dan menuruni anak tangga yang berada di ujung lantai dua. Ia berjalan dengan mengentak-entakkan kakinya, sebab kesal akan permintaan Bon Hwa yang membawa-bawa jabatan agar dipenuhi. Bahkan ia mengabaikan Bit Na yang baru saja pulang dan hendak menyapanya. Ia hanya sempat mendengar samar suara Bit Na yang sepertinya berkata, "Orang tuanya pasti menyulitkannya lagi."

Tae Yeon mengakhiri langkahnya saat tiba di halaman belakang rumah. Ia tidak mendapati siapa pun di halaman yang luas ini. Akan tetapi, matanya tertuju pada bangunan kecil yang sengaja dibangun oleh Chanyeol untuk Emlyn.

Bangunan berbentuk lingkaran dengan luas sepuluh meter persegi tersebut menjadi tempat Chanyeol dan Emlyn sering menghabiskan waktu untuk bernostalgia. Karena di dalam sana ribuan foto kebersamaan pasangan tersebut digantung, serta buku-buku karya neneknya disimpan. Tidak lupa semua album kakeknya dan para anggota grupnya dulu juga ada di sana. Bahkan, gitar kesayangannya juga digantung di tempat itu. Dengan lampu warmlight, menjadi pendukung untuk mereka mengingat masa muda dulunya. Tempat ini diberi nama ChaEm Place.

Tae Yeon yakin, Ha Neul ada di tempat itu. Meski itu adalah tempat kakek dan neneknya, tapi tak jarang ia dan Ha Neul mengunjungi tempat itu menemani mereka bercerita.

Tepat seperti dugaannya, ia melihat Ha Neul yang sedang merangkul Emlyn dengan mendengarkan sebuah lagu lawas yang memenuhi seluruh ruangan. Garis bibir Tae Yeon melengkung melihat pemandangan ini. Dua orang yang selalu mendukungnya sedang berada di tempat ini. Bukankah ini kesempatan yang baik untuknya bercerita dan mencari solusi?

Tae Yeon turut merangkul Emlyn hingga mengejutkan perempuan tua itu. "Kenapa selarut ini Nenek belum tidur?"

"Kenapa selarut ini kamu masih mencari Ha Neul?" tanya Emlyn kembali, mengetahui bahwa cucunya sedang tidak baik-baik saja.

Tae Yeon mencoba tetap terlihat biasa saja. Ia tidak ingin mencemaskan perempuan tua itu, meski mungkin suatu saat nanti ia akan meminta tolong padanya. "Aku hanya ingin berdiskusi kecil dengannya," jawabnya simpul. Walau bagaimana pun, ia tidak mungkin membuat neneknya cemas dan turut berpikir untuknya.

"Apa karena foto itu?" tanya Emlyn lagi, berhasil mengagetkan Tae Yeon.

"Nenek yang pertama melihat itu dan menyerahkannya pada paman Bon Hwa." Ha Neul menjawab kekagetan Tae Yeon.

Tae Yeon menunduk mendengar jawaban tersebut. Ia merasa bersalah karena telah membuat orang yang paling percaya padanya melihat hal tidak benar itu. Bagaimana jika neneknya sekarang berada di ChaEm Place karena hal ini?

"Nenek tahu, kamu tidak seperti itu. Tapi, Nenek juga paham apa yang dipikirkan kedua orang tuamu. Mereka paling cemas jika ada berita tentang skandal, apalagi jika skandal itu tentang anaknya. Kamu tahu, dulu, saat kakekmu diterpa skandal dekat dengan seorang perempuan berhijab yang bukan dari kalangan artis, media heboh. Bahkan agensi tidak bisa turun tangan, karena Nenek sudah kembali ke negara asal. Berita itu memang bisa saja mereda sendirinya, tapi para netizen tidak akan pernah lupa," jelas Emlyn sambil menyisir rambut Tae Yeon dengan jemarinya. Perempuan berkepala tiga itu kini telah membaringkan kepala di pangkuan sang nenek. Ia terlihat seperti putri kecil yang mendengarkan kisah cinta zaman dulu.

"Lalu, apa yang dilakukan kakek saat itu?" tanya Tae Yeon antusias.

"Kakekmu? Hmmm ... Sebenarnya tidak ada yang perlu diklarifikasi, karena kami hanya sebatas idol dan penggemar. Tapi, nasib baik, Tuhan menyatukan kami dengan begitu banyak rintangan yang harus dilalui," jawab Emlyn yang tersenyum sambil mengenang masa itu.

"Apa menikahi seorang idol sebahagia itu rasanya?" Kini giliran Ha Neul yang penasaran karena melihat wajah neneknya berseri saat menceritakan hal itu.

"Bukan karena menikahi idol, tapi karena menikahi seseorang yang kamu percayai dapat memberikanmu kebahagiaan yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya," tutup Emlyn sambil mengacak rambut cucunya yang tampan.

"Kamu tahu kesimpulan dari cerita Nenek, kan?" tanya Ha Neul pada adik sepupunya.

"Tentu aku tahu. Aku tidak bodoh. Tapi, aku tidak mau menuruti keinginan Papa. Dia terlalu egois jika meminta aku memecat lelaki itu hanya karena foto yang tidak berdasar itu," keluh Tae Yeon, bangkit dari baringnya. Raut wajahnya kembali berekspresikan kesal karena mengingat permintaan Bon Hwa padanya.

"Kalau begitu jangan lakukan. Bukankah itu keahlianmu, anak manis?" sahut Ha Neul sambil mencolek hidung Tae Yeon.

"Tidak mungkin untuk kali ini. Ini perkara tim kerja. Jika aku tidak mendengarnya, maka setiap hari aku harus membiarkan telingaku mendengar kata yang sama, pecat pecat pecat," balas Tae Yeon dengan ketus.

"Kenapa tidak coba bicarakan dengan lelaki itu? Mungkin dia memiliki solusi untuk permasalahan ini. Bukankah yang ada di foto itu kalian berdua? Lantas, kenapa harus kamu yang memikirkannya seorang diri? Libatkan dia untuk mengambil keputusan terbaik. Itu Nenek rasa menjauhkanmu dari keegoisan." Emlyn turun tangan untuk memberikan pencerahan pada cucunya.

Dengan cepat Tae Yeon menanggapi, "Dia orang yang bekerja, tentu saja dia tidak mau dipecat. Mana ada orang yang mau dipecat dari pekerjaannya? Nenek tahu, dia itu lelaki yang banyak bicara dan banyak tertawa. Aku heran, apa rahangnya tidak kesakitan karena terus tertawa?" cerocos Tae Yeon.

"Jika begitu, bukankah baik untuk mempertahankan dia sebagai stafmu? Dia akan bisa membuatmu tertawa lebih sering," sahut Ha Neul yang disetujui dengan anggukan Emlyn.

Tae Yeon terdiam. Ia tidak ingin mendebat. Ia tahu diri, bahwa ia sangat jarang tertawa untuk hal-hal kecil. Respon paling baik yang sering diberikannya hanyalah dalam bentuk senyuman. Maka, harus diakui, bersama Baek Hyun, ia bisa tertawa karena hal kecil, hanya dengan membiarkan lelaki itu bercerita dalam satu tarikan napas.

"Pertahankan orang yang kamu perlukan. Mendapati orang yang memang kamu butuhkan, butuh waktu sekian lama, kan? Lalu, itu artinya kamu harus melakukan sesuatu untuk membiarkannya tetap berdiri di dekatmu. Begitu, kan?" Itulah jawaban yang Emlyn berikan dalam bentuk pertanyaan. Tanpa menjawab pun, Tae Yeon tahu langkah apa yang harus diambilnya.

Tae Yeon mengangguk-angguk mengerti. Ia memandangi dua orang yang sedang berada di samping kanannya. "Tuhan memang baik. Akan selalu ada orang yang mendukungku tanpa pernah meragukan apa yang aku lakukan di luar sana. Tuhan melahirkanku di keluarga ini, dan menjadikan kalian penguatku saat orang tuaku sendiri meragukanku," ungkapnya dengan seulas senyum.

Emlyn membawa Tae Yeon dalam dekapannya. "Dia juga pasti orang baik, karena dia berhasil membuatmu ingin mempertahankannya."

🍁🍁🍁
Untuk yang mau ketemu Chanyeol-Emlyn, bisa langsung ke ceritaku yang berjudul Let Me Love You 💖

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro