XIV. Penelusuran

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Baek Hyun sedang menikmati segelas strawberry smooties—minuman kesukaannya—sembari menghayati lagu yang dilantunkan lembut oleh penyanyi kafe yang begitu dikenalnya, siapa lagi kalau bukan Jae Hyun. Selepas dari pertemuannya dengan nenek Tae Yeon, ia langsung mendatangi kafe tempat Jae Hyun bekerja. Jae Hyun bekerja hanya malam hari untuk menghibur para pengunjung yang bertandang ke kafe ini.

Tidak hanya sendiri, Baek Hyun ditemani oleh Jin Young yang juga baru selesai bekerja. Meski tidak bekerja untuk artis besar, Jin Young bertanggung jawab atas seorang kalangan elit yang sangat memperhatikan penampilan, istri seorang pejabat yang sudah berusia setengah abad.

"Sepertinya kali ini kamu kembali diterpa masalah," tebak Baek Hyun saat melihat air wajah Jin Young yang tampak lesu.

Jin Young memutar-mutar sedotan dalam gelasnya yang hampir kosong. "Si tua itu kembali bertingkah. Dia seolah tidak sadar diri dengan usianya, tapi masih saja meminta pakaian yang harus memperlihatkan belahan dada dan paha layaknya gadis berumur dua puluh tahunan," keluh Jin Young sambil mengingat wajah majikannya.

Tawa Baek Hyun sangat jelas saat mendengar cerita sahabatnya. "Dulu kamu yang kesenangan saat mendapat tawaran darinya untuk bekerja. Katamu, bekerja untuk ibu-ibu sosialita tak serumit menghadapi artis muda. Kamu seolah lupa bahwa di rumah kita selalu kelimpungan menghadapi perempuan yang membesarkan kita," respons Baek Hyun sambil menyindir orang tua mereka yang akan selalu saja merepet saat mereka melakukan kesalahan kecil. Baek Hyun terkadang tidak mengerti, apa yang membuat perempuan sanggup mengomel di setiap waktu? Mulut mereka seakan tidak lelah untuk bergerak, dan suara mereka seakan tidak akan habis untuk berbicara.

"Dulu dia tidak demikian. Dia selalu bersikap sopan dan elegan. Sejak kecelakaan itu dia berubah ingin tampil jauh lebih sexy dari usianya. Mungkin benturan di kepala mengacaukan seleranya," ujar Jin Young tak semangat.

Baek Hyun menyuapi sepotong dessert ke mulut Jin Young agar sahabatnya itu tidak murung terlalu lama. Sembari menunggu Jae Hyun yang masih tampil di depan, mereka berdua turut mengikuti lirik yang dibawakan oleh Jae Hyun.

Damn, I like me better when I'm with you
I like me better when I'm with you
I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause
I like me better when
I like me better when I'm with you

Lagu milik Lauv ini menjadi andalan Jae Hyun saat tampil. Lagu ini memang memiliki makna tersendiri baginya. Semua terjadi beberapa tahun lalu dan ini berkaitan dengan seorang perempuan yang didekatinya. Perempuan itu adalah temannya sejak duduk di bangku SMA. Tidak pernah ada keberanian bagi Jae Hyun untuk menyatakan cinta, hingga saat pertama kali bekerja sebagai penyanyi kafe, ia pun mengajak perempuan itu untuk mendengarkan nyanyian pertamanya. Tidak seperti kisah cinta kebanyakan, nasib Jae Hyun malang sebab cintanya tidak diterima sekalipun perasaannya terpendam selama bertahun. Perasaan tertolak, maka ia pun menutup pintu hati untuk perempuan yang mendekati, kecuali Tae Yeon. Perempuan itu adalah sumber inspirasinya dalam bernyanyi.

"Hei, kalian jauh-jauh datang ke sini untuk menjemputku pulang?" tanya Jae Hyun yang sudah selesai bernyanyi. Ia menyesap sedikit minuman milik Baek Hyun dan juga memotong dessert yang ia tidak tahu punya siapa.

"Baek Hyun mengajakku menemuimu, padahal aku sedang dalam suasana yang tidak baik," sahut Jin Young seraya merebahkan kepalanya di atas meja berbantalkan lengan kokohnya.

Baek Hyun berdeham. Ia mengatur posisi duduk terlebih dahulu supaya lebih fokus. "Aku ingin meminta bantuanmu. Carikan aku perempuan yang pernah terjebak skandal dengan aktor Kim Bon Hwa," ucapnya pelan, agar tidak ada yang mendengar perbincangan mereka.

"Bukankah dia papanya Tae Yeon? Untuk apa kamu mencari tahu kasus lama?" pertanyaan yang diajukan Jae Hyun mengangkat kepala Jin Young segera. Matanya membulat dengan bibir sedikit terbuka.

"Ada beberapa hal yang harus kulakukan untuk membantu anak malang itu. Salah satunya ini. Bukankah kamu punya keahlian untuk mencari tahu itu semua? Kamu mengagumi Tae Yeon, maka tolonglah lakukan ini untuknya," pinta Baek Hyun yang dengan sengaja menggiring nama Tae Yeon untuk meluluhkan Jae Hyun.

Jae Hyun memandang manik cokelat Baek Hyun lekat. Satu hal yang pasti tentang Baek Hyun, ia tidak akan meminta bantuan sejauh ini jika bukan mengenai hal yang penting. Dirinya memiliki kemampuan yang cukup baik dalam bidang IT. Jika harus dikategorikan sebagai hacker, maka Jae Hyun bisa disebut sebagai hacker semi elite. Ia bisa mencari data yang sekalipun sudah dilenyapkan. Maka dari itu, sebab ini bukan kasus dalam kurun waktu dua-tiga tahun, melainkan di atas tiga puluh tahun yang lalu, Baek Hyun meminta pertolongan darinya.

Hal ini tentunya akan sangat sulit untuknya mengingat sekitar tahun delapan puluhan tidak adanya internet atau pun media sosial seperti sekarang. Ia tidak akan bertanya jauh terkait apa yang sebenarnya hendak dicari tahu oleh Baek Hyun, sebab ia yakin itu adalah privasi. Jika memang bukan rahasia, pastilah Baek Hyun akan memberitahunya tanpa diminta.

Mengambil laptop pribadinya dari ransel, membuat senyum di bibir Baek Hyun mengembang. Jin Young yang sedari tadi tak semangat pun kini mulai bergairah saat melihat jemari Jae Hyun aktif di atas keyboard. Bagi Jin Young melihat keahlian Jae Hyun adalah kesenangan tersendiri, meski tak begitu paham dengan apa yang diketik-ketiknya.

Satu-dua jam mereka menunggu masih juga tidak ada hasil. Baek Hyun memesan segelas latte untuk Jae Hyun. Itu adalah minuman kesukaan lelaki berlesung pipi tersebut, sekaligus untuk membantu matanya agar tetap segar dan dapat terus melakukan pencarian dengan apa yang dimintanya.

Tidak hanya Baek Hyun yang menyumbangkan latte, Jin Young juga turun memberikan pijatan di bahu Jae Hyun agar tidak lelah saat memainkan jari di atas keyboard. Mereka saling bantu antar satu sama lain demi mempercepat proses kerja Jae Hyun. Beruntung kafe ini buka dua puluh empat jam, sehingga tidak akan masalah seberapa lama pun mereka memanasi tempat duduk itu dengan bokong mereka.

"Yassshhh...!" Tepat pukul 03.00 Jae Hyun berseru sambil meninju udara kosong. Seruannya menyadarkan Baek Hyun yang terkantuk sambil menopang dagu, dan membangunkan Jin Young yang tertidur di meja dengan dua stik kentang di mulutnya.

"Apa kamu menemukan sesuatu?" tanya Baek Hyun setengah sadar sambil menggosok-gosok matanya. Ia bahkan menguap lebar karena rasa kantuk yang luar biasa.

Jae Hyun yang masih segar sebab efek latte, tersenyum sumringah dan mengangguk mantap. "Aku berhasil menemukan lima perempuan yang pernah menjalin hubungan dengannya. Ada dari kalangan biasa seperti kita ada pula dari kalangan selebriti. Aku tidak tahu siapa di antara mereka yang kamu cari, tapi kuharap ini bisa membantumu."

Baek Hyun memeluk Jae Hyun segera. "Ah, terima kasih. Kamu sangat-sangat bisa kuandalkan," pujinya sambil menepuk-nepuk punggung Jae Hyun. "Di mana alamat mereka?" tanya Baek Hyun dengan binar harapan di matanya.

Jae Hyun terdiam sesaat. "Aku tidak mencari sejauh itu."

Baek Hyun mengempaskan kembali tubuhnya di atas kursi. "Bagaimana aku bisa menemui mereka jika aku tidak tahu alamatnya?" geram Baek Hyun dengan jemari yang ingin mencakar Jae Hyun.

"Tenang-tenang," Jin Young menyela cepat. "Jae Hyun kita masih sanggup begadang kalau hanya untuk sekedar mencari alamat. Bukankah begitu?"

Baek Hyun memetik jarinya pertanda setuju dengan Jin Young. Mereka pun menepuk pundak Jae Hyun beberapa kali dan kembali merebahkan kepala di atas meja guna tidur sesaat. Sementara Jae Hyun hanya bisa menggurutu dengan jemari yang kembali menari di atas keyboard untuk menuntaskan bantuannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro