XVIII. Hukuman Tambahan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tae Yeon pulang di atas jam sembilan malam. Baek Hyun benar-benar mampu menghiburnya hari ini, dengan segala tingkah kocaknya yang tidak henti membuat Tae Yeon tertawa. Senyuman tidak henti mengembang di bibirnya sebab mengingat tingkah lelaki tersebut.

"Lagi senang ya?" tanya Do Yun yang baru saja keluar dari dapur dengan sepiring cemilan yang dibuatnya sendiri. Inilah kelebihan Do Yun, sebagai seorang penulis yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, ia juga mandiri untuk memenuhi isi perutnya. Sejak masih duduk di bangku SMP, ia meminta pada kepala asisten rumah tangga untuk mengajarkannya memasak. Saat masih remaja, ia memikirkan bagaimana kehidupannya ke depan jika harus bergantung pada asisten rumah tangga. Bagaimana jika ia kelaparan tengah malam, tidak mungkin membangunkan mereka yang terlelap hanya untuk memenuhi nafsu perutnya.

"Apa begitu kentara di wajahku?" tanya Tae Yeon seraya menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi. Terasa panas dan sepertinya ada yang bersemu.

"Aku hanya menebaknya," sahut Do Yun dan melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Begitulah kelakuan cucu tertua di keluarga ini. Dia tidak sehangat adiknya, tapi bukan berarti ia tidak peduli pada siapa pun. Ia hanya akan bertanya seperlunya dan kemudian berlalu untuk melanjutkan kegiatannya—mengurung diri seharian di kamar hanya untuk menulis. Tidak ada yang akan protes atas tindakan Do Yun, bukan karena dia cucu tertua, melainkan karena mereka menghargai privasi satu sama lain. Pun, Du Yun bukan mengurung diri sebab depresi atau semacamnya, tapi karena ia hanya bisa menulis di kamar dan dalam kondisi sunyi. Saat ada perkumpulan keluarga atau reuni teman ia akan bergabung dan bersikap seperti biasa.

Sebelum Tae Yeon melanjutkan langkahnya ke kamar, kepala asisten rumah tangga yang sepertinya buru-buru keluar dari kamar saat tahu Tae Yeon pulang segera berjalan cepat menghampirinya.

"Kenapa belum istirahat? Ini bukan waktunya kalian masih berkeliaran, kan?" tanya Tae Yeon heran dengan sikap kepala asisten rumah tangga tersebut.

Keluarga Kim memang menerapkan jam kerja yang tidak mengurangi jam istirahat para staf di rumah. Setiap pukul sembilan malam para asisten rumah tangga diwajibkan menyelesaikan semua pekerjaan dan langsung istirahat. Chanyeol dan istrinya tidak ingin ada staf yang mengeluh tidak cukup tidur atau kehilangan fokus saat bekerja karena mata mengantuk. Itu adalah kesalahan yang fatal saat bekerja. Istirahat yang cukup akan menjaga stamina mereka untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

"Tadi Tuan Bon Hwa pesan, begitu Nona Tae Yeon pulang diharap menemui beliau di ruang kerja. Beliau akan menunggu sampai Nona menemuinya," ucap perempuan yang diperkirakan berusia di atas empat puluh tersebut dengan posisi membungkuk.

Senyum dan keceriaan yang sedari tadi tergambar jelas di wajah Tae Yeon, kini perlahan memudar. Ia memiliki firasat buruk dengan adanya panggilan ini. Entah masalah apa lagi yang kini menantinya. Sepertinya ia tidak bisa dibiarkan tersenyum sebentar saja.

Setelah mengucapkan terima kasih dan meminta kepala asisten rumah tangga tersebut kembali ke kamarnya, Tae Yeon berjalan malas ke ruang kerja papanya yang terletak di balik tangga.

Menarik napas sebelum mengetuk pintu adalah langkah yang tepat agar menetralisir perasaannya dari rasa cemas. Apa pun yang terjadi di dalam nanti ia harus bisa bersikap santai tanpa menentang omongan orang tuanya.

Begitu ketukan pintu yang dilakukannya mendapat respons dari papanya di dalam, ia langsung masuk ke ruangan yang didominasi warna kayu tersebut. Di bagian kiri dan kanan dipenuhi dengan rak buku dan beberapa DVD lama, termasuk yang dibintangi oleh Bon Hwa saat ia masih seorang aktor. Saat sedang senggang, terkadang ia memutar film lawas untuk menghibur diri.

Lampu remang yang dinyalakan membuat suasana sedikit mistis. Bon Hwa duduk di kursi dengan posisi membelakangi Tae Yeon. Kepulan asap yang tampak mengudara menandakan papanya sedang mengisap rokok. Tae Yeon mengambil kesimpulan, Bon Hwa sedang dalam kondisi stres. Hanya itulah alasan orang tuanya merokok, ketika beban dan tekanan bertumpuk.

"Di mana kamu seharian ini dan bersama siapa?" tanya Bon Hwa tanpa memutarbalik tubuhnya. Ia kembali menarik gulungan tembakau tersebut.

Tae Yeon tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Jelas Bon Hwa tahu apa yang dilakukannya hari ini. Padahal ia sudah sangat berhati-hati hari ini agar tidak ada yang melihatnya bersama Baek Hyun. Hanya ada satu kemungkinan, antara Bon Hwa atau Ae Ri, mereka menyelundupkan mata-mata.

"Aku bermain musik di apartemen."

Tae Yeon tidak berbohong sama sekali. Tempat ia menghabiskan waktu bersama Baek Hyun tadi adalah apartemen miliknya yang biasa digunakan untuk healing. Asal ia memiliki beban atau tekanan yang ingin dilepaskan, maka ia akan menghabiskan waktu di apartemen selama berjam-jam—atau bahkan seharian—dalam kesendirian.

"Dengan siapa?" Bon Hwa mengingatkan Tae Yeon bahwa pertanyaan yang diajukan olehnya ada dua, dan Tae Yeon hanya menjawab salah satunya.

Mendengar tidak ada tanggapan dari putri sulungnya, Bon Hwa memutarbalikkan kursi dan memadamkan puntung rokok yang tersisa setengah. "Apa kurang jelas peringatan yang kami berikan padamu, Tae Yeon? Haruskah kami menggunakan cara keras agar kamu paham apa yang kami minta darimu? Berhenti menemui lelaki itu!" bentak Bon Hwa seraya membuang napas kasar. Tergambar jelas kekecewaan dari raut wajahnya

"Kamu tahu, kan, apa kekhawatiran kami? Kami hanya tidak mau kamu terlibat skandal yang berefek buruk bagi karirmu," tambahnya dengan lirih. Bon Hwa tidak berniat memarahi Tae Yeon. Ia hanya meminta pengertian dari putrinya tersebut. Menjaga nama baik agensi diketahui hal paling berat bagi setiap artinya, tapi selaku cucu pemilik agensi Tae Yeon dipaksa harus bisa melakukan hal tersebut.

"Aku boleh bertanya, Pa?" aju Tae Yeon dengan tatapan tenang. Ia tidak gentar sama sekali. Walau tanpa sahutan dari Bon Hwa ia tetap melanjutkan pertanyaannya. "Jika aku harus mementingkan citra agensi, apa itu maknanya aku tidak akan pernah boleh jatuh cinta dan menjalani hubungan dengan lelaki mana pun? Sampai kapan? Selamanya? Apa Papa dan yang lainnya dulu juga begitu? Lantas, bagaimana bisa ada aku, Kak Do Yun, dan Bit Na?"

Pertanyaan yang diajukan Tae Yeon benar-benar menghantam wajah Bon Hwa. Ia tidak menyangka putrinya akan memberikan pertanyaan seperti itu. Bon Hwa kembali mengingat masa lalunya. Ia tidak pernah mendapat larangan dari Chanyeol maupun Emlyn untuk berkencan. Mereka hanya mewantinya agar tidak memperlakukan perempuan dengan buruk, sebab itu bukanlah tindakan lelaki sejati. Bahkan kakaknya, Jae Hwa hanya berkencan sekali seumur hidup dan mempersunting kekasihnya. Jika dipikir, ia memang telah berlaku tidak adil pada putrinya sendiri. Namun, semua itu tentu ada alasannya.

"Zaman sekarang dan dulu itu berbeda. Dulu, ketika para artis menjalani hubungan dengan lawan jenis, para penggemar akan dengan mudah merestui dan tidak mencampuri hal itu dengan prestasi sebagai artis. Berbanding jauh dengan sekarang. Para penggemar, ketika melihat artis kesayangannya berkencan—atau bahkan baru dikabarkan 'dekat' saja dengan lawan jenis langsung marah dan menghujat. Bukan hanya citra agensi yang ingin Papa jaga, melainkan terutama kamu. Papa tidak ingin putri Papa mendapat komentar pedas dan dihina oleh khalayak ramai. Apa kamu bisa melihat beberapa artis yang bunuh diri karena komentar pedas dari penggemar yang menjatuhkan? Papa tidak pernah ingin melihat hal itu terjadi padamu," papar Bon Hwa dengan sangat rinci. Alasan sebenarnya kini telah diungkap agar Tae Yeon tidak terus salah paham. Jika artis lain memang diminta tidak menciptakan skandal karena untuk melindungi citra agensi, itu tidak berlaku pada putrinya. Mental putrinya lebih penting dari apa pun.

Air mata menggenang di pelupuk. Tae Yeon terharu mendengar jawaban yang terdengar tulus dari papanya. Komunikasi memang penting untuk mengurangi kesalahpahaman, dan itu yang kurang mereka lakukan sehingga Tae Yeon salah beranggapan dan Bon Hwa salah cara menyampaikan.

"Aku tidak akan berakhir seperti mereka. Aku akan tetap menjadi Tae Yeon, penyanyi kelas atas yang dicintai dunia. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku," balasnya tergagap karena menahan air mata agar tidak menetes.

"Kali ini, dengarlah Papamu. Jangan keluar kemana pun selama seminggu ini. Papa akan membereskan wartawan sialan yang melihat lelaki itu keluar dari apartemenmu."

Permintaan Bon Hwa kali ini tidak bisa ditolak. Ia harus menurut untuk mendapatkan kembali kepercayaan Bon Hwa serta agar ia bisa bebas berkeliaran untuk mencari tahu tentang ibu kandungnya minggu depan. Jika ia melanggar, sama saja dengan ia mengulur waktu untuk menemukan kebenaran yang hendak diungkap.

"Baik."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro