XXVI. Orang yang Menyenangkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kesalahan yang terjadi tanpa unsur sengaja bisa mengakibatkan kecanggungan antara Tae Yeon dan Baek Hyun. Mereka tidak saling bertukar pesan atau pun melakukan panggilan. Bo Ra yang tidak melihat kehadiran Baek Hyun di sekitar mereka menjadi sedikit penasaran. Biasanya, sekali pun Tae Yeon tidak memiliki jadwal khusus, lelaki itu akan menyempatkan diri untuk bertemu. Namun, tidak untuk kali ini.

"Kalian ada masalah?" tanya Bo Ra sambil meneguk air mineralnya.

Tae Yeon yang sibuk berselancar di layar ponsel tidak mengerti maksud dari pertanyaan Bo Ra.

"Dia tidak berkabar sudah beberapa hari. Aku kirim pesan juga tidak dibalas. Jika memang kalian punya masalah, kenapa aku juga kena imbasnya?" tanya Bo Ra kembali, kali ini diikuti dengan secuil kekesalan karena pesannya tidak dibalas Baek Hyun.

"Tidak ada hal yang harus membuatnya datang," sahut Tae Yeon kikuk. Ia mengambil memfokuskan diri dengan video yang sedang ditontonnya.

Bo Ra merapatkan diri hingga menempel dengan lengan Tae Yeon. Telunjuknya mengarah dengan tepat di atas hidung mancung Tae Yeon. "Ada sesuatu yang terjadi di antara kalian, kan? Kalian berpacaran?!" tuding Bo Ra sekenanya.

Bola mata Tae Yeon melebar mendengar tuduhan Bo Ra. Mulutnya terbuka ingin menyanggah pertanyaan tersebut, tapi suara pintu yang terbuka dengan gegabah mengalihkan atensi keduanya.

"Tae Yeon, ayo ikut aku!"

Tae Yeon yang tidak mengerti kenapa Baek Hyun yang tidak tahu bagaimana bisa muncul di dekat mereka, menariknya begitu saja. "Kita mau ke mana? Kenapa kamu menarikku begitu saja, seolah ini adalah milikmu?" protesnya.

"Kamu mau menjadi milikku?" tanya Baek Hyun menghentikan langkah mereka. Tidak hanya langkah yang terhenti, tapi dunia Tae Yeon juga seakan berhenti mendengar pertanyaan itu.

"Kamu—"

"Bukan saatnya untuk ini. Sekarang kamu harus ikut denganku. Kita akan menemui orang kedua," ucap Baek Hyun segera menutup wajah Tae Yeon dengan masker dan menutupi tubuhnya dengan hoodie yang Baek Hyun kenakan.

Begitu mereka tiba di parkiran bawah tanah, sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. Terlihat Bo Ra di dalam sana dan meminta mereka untuk segera masuk. "Kalian tidak akan kubiarkan keluar berdua saja kali ini," ucapnya dengan serius.

Tae Yeon dan Baek Hyun segera menaiki mobil yang dikendarai oleh Bo Ra. Entah bagaimana Bo Ra bisa lebih dulu tiba di parkiran dibanding mereka berdua, tapi yang pasti mereka berterima kasih karena tidak perlu mengendap-endap untuk menghilang seperti yang biasa dilakukan.

Baek Hyun memberitahu Bo Ra bahwa mereka harus pergi ke sebuah Bank yang terletak di daerah Hoehyeon-dong, Jung-gu, Seoul. Baek Hyun tidak berbicara apa pun selama di dalam mobil setelah mengucapkan alamat yang harus mereka datangi.

Tae Yeon yang duduk di sampingnya menjadi kikuk karena ia mengingat hal apa yang telah dilakukannya pada Baek Hyun sehingga lelaki itu seperti menarik diri darinya. Haruskah aku meminta maaf? Jika kulakukan sekarang, Bo Ra akan curiga dan menuduhku yang bukan-bukan. Apa lelaki ini masih marah karena aku merampas bibirnya begitu saja? Omo, jangan katakan itu kali pertama baginya makanya dia sampai semarah ini!

Tae Yeon berasumsi seorang diri sambil melirik-lirik Baek Hyun yang fokus pada jalanan. Baek Hyun mempersiapkan diri untuk bertemu dengan orang kedua kali ini. ia harus bersiap untuk segala kemungkinan yang terjadi. Bisa jadi seperti yang lalu, bisa pula kebalikannya. Namun, ia berharap dari orang kali ini ia bisa mendapatkan petunjuk tambahan agar tidak sia-sia pertemuannya.

"Aku akan menunggu di sini saja. Jangan sampai kalian kabur dan tidak pulang ke rumah seperti waktu itu. Aku tidak sanggup memikirkan alasan apa yang harus kuberitahu pada Nyonya Jung," ucap Bo Ra dengan tatapan tajam. Sebenarnya, ia merasa kurang ajar melayangkan tatapan itu pada Tae Yeon yang selama ini begitu disegani. Akan tetapi, ia harus berani melakukan ini demi Tae Yeon. Jika ketahuan bahwa yang dilakukan Tae Yeon belakangan ini adalah mencari ibu kandungnya sampai meninggalkan latihan, Tae Yeon akan dikenakan hukuman yang mungkin lebih parah dari sekadar kurungan.

"Terima kasih, Bo Ra. Aku telah banyak menyusahkanmu. Kali ini, aku janji, kamu tidak perlu berbohong lagi seperti kemarin," balas Tae Yeon yang mengerti akan kecemasan asistennya tersebut.

Tae Yeon dan Baek Hyun berjalan beriringan dengan begitu santai, tidak ingin menarik kecurigaan dari siapa pun yang mereka lewati. Dengan bantuan pihak keamanan, mereka dibantu antarkan menuju ruang yang berada di lantai dua. Tepat di depan pintu bertuliskan Marketing, pihak keamanan undur diri dan membiarkan Tae Yeon dan Baek Hyun untuk bertemu dengan orang yang mereka cari.

Shin Min Ah. Nama itulah yang terduduk di atas meja dengan perempuan berambut panjang di balik meja sedang menatap berkas-berkas yang menumpuk.

"Ah, kamu yang menghubungiku kemarin bukan? Kupikir kamu laki-laki," sambut Min Ah begitu keduanya memasuki ruangan.

Baek Hyun yang lupa bahwa ia sedang menyamar sebagai perempuan, bertingkah kikuk dan tersenyum ramah. "Suaraku memang begitu, terkadang terdengar seperti laki-laki," jawabnya.

"Silakan duduk," sila Min Ah. Dari penampilannya ia tampak seperti perempuan yang berwawasan dan santai. Wajahnya tidak pantas jika dikatakan berumur lima puluhan, karena ia tampak awet dengan senyum dan lesung pipi yang sedari tadi tidak henti dipamerkan.

"Apa yang bisa kubantu? Siapa yang kalian cari? Maaf, aku harus mengajak kalian bertemu di sini. Aku biasanya akan bepergian setiap akhir pekan, dan jika lepas bekerja aku menghabiskan waktu dengan anak-anakku yang masih kecil. Jadi, akan sulit jika bertemu di luar waktu kerja," cerocosnya memberi pengertian pada Baek Hyun dan Tae Yeon, yang padahal tak mereka minta.

"Bukan masalah. Anda bersedia bertemu saja, kami sudah sangat berterima kasih," balas Baek Hyun.

Tidak ingin membuang waktu Min Ah, Baek Hyun mengutarakan niatnya bertemu Min Ah sebagaimana yang pernah disampaikannya pada Han Chae Yeong waktu lalu. Shin Min Ah mendengarkan dengan baik serta sesekali mengalihkan atensi pada Tae Yeon yang hanya diam dan mengulum senyum.

"Maaf, jika aku yang berbicara. Perempuan ini sedikit pemalu sulit berkomunikasi dengan orang baru," ujar Baek Hyun seolah menangkap kejanggalan dari tatapan yang dilayangkan Min Ah.

"Tidak masalah. Aku tahu dia, aku sering memutar lagunya saat bepergian. Suamiku adalah penggemar beratmu, Tae Yeon." Shin Min Ah mengucapkan kalimat terakhir seperti berbisik.

Tae Yeon membalas ucapan tersebut dengan kalimat paling lumrah, "Terima kasih. Saya senang mengetahui hal itu. Mungkin lain kali saya bisa bertemu dengan suami Anda."

"Wah, dia akan sangat senang jika bisa berkesempatan bertemu denganmu. Kita nanti foto bersama saja, biar kutunjukkan padanya, dan dia akan iri padaku," balas Min Ah yang tertawa jenaka karena niatnya sendiri.

Shin Min Ah benar-benar tipikal orang yang menyenangkan. Tidak jauh berbeda dengan Baek Hyun yang gampang mencairkan suasana, sehingga obrolan antar keduanya tampak cepat akrab.

"Ah, aku hampir lupa menanggapi cerita kalian. Aku yakin, bukan aku orang yang kalian cari. Aku dan papamu memang dulu sempat saling mencintai. Bahkan kamu tahu, papamu yang seorang playboy itu berhenti mendekati perempuan lain ketika berkencan denganku. Dia seolah yakin bahwa kami adalah hubungan terakhir dalam hidupnya. Saat itu kami benar-benar seperti remaja yang jatuh cinta pada umumnya; tidak mendengarkan kata dunia serta yakin bahwa kami akan bertahan selamanya.

"Tapi, ingatlah, kami hari itu hanyalah mahasiswa biasa, yang masih jauh dari kata pernikahan. Terlebih dia adalah seorang aktor ternama sementara aku mahasiswi biasa. Jaman itu sedang kolot-kolotnya. Kami hidup di bawah kungkungan keluarga. Aku dipaksa menikah begitu tamat kuliah. Alasannya? Demi perusahaan. Padahal, lihat sekarang, aku bekerja di Bank yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perusahaan kami. Begitulah keluarga, mendalihkan segala sesuatu agar tujuan mereka tercapai.

"Namun demikian, aku bahagia dengan pernikahan yang kujalani. Suamiku lelaki tepat dan ayah yang hebat untuk anak-anakku. Dia sanggup mendengar celotehku yang tidak berhenti ini, tanpa menutup telinga sama sekali. Pilihan orang tua memang tidak pernah salah. Eh, tapi bukan berarti kukatakan papamu tidak baik. Dia juga lelaki baik, dia selalu mengalah. Hanya saja takdir tidak berpihak pada kami."

Shin Min Ah benar-benar bercerita dengan menggebu. Ia bercerita dengan random tapi mencakup hal-hal penting yang ingin diketahui oleh Baek Hyun dan Tae Yeon. Dikarenakan cara Min Ah bercerita, sekali pun Tae Yeon merasa kecewa, tapi rasanya tak semenyakitkan ketika mendengar jawaban dari Chae Yeong. Mungkin dikarenakan pembawaan Chae Yeong yang lebih dewasa dan ke-ibuan, sementara Min Ah lebih friendly, seolah mereka adalah sepupu jauh yang baru bertemu kembali.

"Senang sekali bisa mendengar cerita Anda. Kami senang mengetahui bahwa hubungan pernikahan Anda baik-baik saja. Tampak dari raut Anda ketika bercerita, Anda mendapatkan banyak cinta dari pasangan Anda," jawab Baek Hyun yang benar-benar senang dengan cerita Min Ah.

Shin Min Ah tersipu malu. "Kalian akan merasakannya ketika kalian telah mendapatkan pasangan nanti. Seseorang yang akan memperlakukan kalian seperti seorang bayi yang harus disayangi dan dilindungi. Sungguh, walau kalian tidak punya banyak harta, cukup bersama dia kalian akan merasa sempurna."

"Anda pasti sangat mencintainya," tanggap Tae Yeon ketika melihat wajah Min Ah yang berseri ketika berbicara cinta.

"Sangat." Satu kata penguat yang memastikan bahwa hubungan antara Min Ah dan Bon Hwa sungguhlah tidak berlanjut setelah perjodohan itu. Tidak ada perjuangan setelahnya, tidak ada pula tanda-tanda celah untuk kembali. Sehingga tidak mungkin jika Min Ah adalah orang yang mereka cari.

"Ini menurutku, bukan bermaksud menurunkan semangat kalian mencari tahu siapa sebenarnya ibu kandungmu, tapi Bon Hwa itu terlalu banyak dekat dengan perempuan. Bahkan yang mereka hanya berteman saja bisa digosipkan berkencan. Hanya Bon Hwa yang benar-benar tahu siapa kekasihnya yang benar. Orang-orang yang menduga dan membuat prasangka. Jadi, kenapa tidak kamu tanyakan saja langsung padanya, siapa Ibumu? Daripada kamu menghabiskan waktu ke sana ke mari untuk mencari hal-hal tidak pasti. Itu hanya membuang waktumu dan menambah bebanmu."

Tidak ada yang salah dari pernyataan Min Ah, hanya saja yang dipikirkan di sini bukanlah Bon Hwa, melainkan Ae Ri—perempuan yang telah mengasuh dan membesarkannya dengan baik. Tentu ini akan menyakiti perasaan perempuan itu.

"Anda orang yang menyenangkan," ungkap Tae Yeon yang terdengar sangat tulus.

Shin Min Ah mendekati Tae Yeon dan memeluk erat perempuan itu. "Kamu akan menemukan ibumu. Di mana pun sekarang dia berada, aku yakin, dia juga merindukanmu. Hanya saja, mungkin banyak kendala yang membuatnya harus bertahan untuk tidak menemuinya. Jika nanti kamu bertemu dengannya, jangan membencinya atau pun mempertanyakan kenapa sempat meninggalkanmu. Kita tidak pernah tahu bagaimana hancur hatinya dulu ketika dihadapkan dengan pilihan itu."

Petuah yang langsung diangguki Tae Yeon. Benar. Ia tidak perlu mempertanyakan alasan masa lalu. Bukankah tujuannya hanya ingin tahu siapa ibu kandungnya? Lantas, kenapa ia harus banyak mengulik sesuatu yang mungkin bisa mengorek luka? Ia akan mengingat pesan Min Ah baik-baik. Juga, ia akan mengingat tentang Min Ah yang menyenangkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro