XXXIII. Kabar Menarik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bit Na sedari pagi tadi hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar Hye Hyun. Tidak sedikit pun ia berniat untuk beranjak, padahal Hye Hyun sudah berulang kali mengajaknya keluar untuk sarapan.

Ia sempat terpaku ketika mendapati diri berada di kamar yang seukuran dengan kamar asisten rumah tangga di istananya. Hal yang lebih mencengangkan adalah saat melihat bingkai di meja belajar berwarna putih itu. Ada seorang perempuan berambut sebahu dirangkul oleh lelaki yang sempat bekerja sebagai staf tata rambut sepupunya.

Apa yang membuatku berakhir di rumah ini? Bagaimana aku bisa ada di rumah Baek Hyun sementara aku minum dengan si lelaki bodoh itu? Kemana lagi perginya lelaki bodoh itu? Jangan-jangan dia menelantarkanku di tengah jalan dan Baek Hyun yang menemukanku? Ah, Baek Hyun tidak akan sebaik itu padaku yang selalu berlaku buruk pada Tae Yeon. Arrrgh, sebenarnya apa yang terjadi tadi malam?

Bit Na mengacak-acak rambutnya frustrasi dengan apa yang telah terjadi sementara isi kepalanya tidak dapat mengingat sama sekali.

Ia mengambil ponsel dalam saku coat yang dikenakan semalam. Sial! Baterai ponselnya habis. Ia tidak bisa menghubungi siapa pun. Di saat seperti ini ia harus menghubungi Mamanya untuk meminta bantuan. Tidak bisa ia melalui situasi ini sendiri saja. Apa sebaiknya ia lompat saja dari jendela kamar ini dan melarikan diri?

"Kak," suara Hye Hyun kembali terdengar dari balik pintu yang berdecit. "Kakak, benar-benar tidak mau sarapan dengan kami?"

Bit Na memandang perempuan berponi tersebut. Mata bulatnya berbinar hanya dengan menatap wajah Bit Na. Apa dia seorang penggemar? Mungkin saja aku bisa memanfaatkannya.

Bit Na mengayunkan tiga jemarinya, meminta Hye Hyun mendekat ke arahnya. Ia juga menepuk kasur—yang menurutnya tidak empuk itu—untuk Hye Hyun duduki di sampingnya.

"Kamu mengenalku?" konfirmasi Bit Na pura-pura tidak tahu. Padahal ia sudah melihat posternya yang bertanda tangan dipajang di kamar ini.

"Tentu saja. Aku penggemarmu," jawab Hye Hyun cepat dengan binar yang tak sirna di matanya.

"Bisa ceritakan padaku apa yang terjadi semalam?" tanya Bit Na hati-hati.

Hye Hyun menceritakan apa yang diketahuinya. Tentang Bit Na yang tiba-tiba ada di depan rumahnya, dan Jin Young lah yang bersamanya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan dari kejadian tersebut, selain pujian-pujian yang terlontar seperti betapa cantiknya Bit Na walau dalam kondisi mabuk dan acak-acakan.

"Kenapa lelaki itu mengantarku ke sini?"

"Kakak mau ke rumah Kak Jin Young? Di rumahnya ada empat kakak laki-lakinya. Apa itu tidak masalah? Kupikir Kak Jin Young sudah memikirkannya, bahwa di sini adalah tempat yang tepat untuk kakak menginap karena ada aku. Tidak mungkin kakakku melakukan sesuatu yang jahat padamu," papar Hye Hyun lugas membuat Bit Na gelagapan. Dia tidak tahu bahwa Jin Young memiliki empat kakak laki-laki, dan terlebih bukan begitu maksudnya. Pasti ada cara lain selain membawanya ke tempat ini.

"Bantu aku menghubungi lelaki itu," pinta Bit Na.

"Kak Jin Young?" tanya Hye Hyun memastikan. Bit Na mengangguk cepat. Jujur saja, ia baru mengetahui nama lelaki itu dan tidak berniat untuk menyebutnya sama sekali.

Hye Hyun mengambil ponsel di saku celananya dan menghubungi lelaki yang sepertinya masih terbaring di tempat tidur. Begitu panggilan tersambung ia langsung menyerahkan benda pipih tersebut pada Bit Na.

"Dasar laki-laki nggak bertanggungjawab!" umpat Bit Na begitu ponsel berada dalam genggamannya. Dapat dipastikan, Jin Young yang masih menutup mata di rumahnya sana terkejut mendengar umpatan tersebut.

"K-Kamu si perempuan menyedihkan itu ya?" sahut Jin Young dari seberang dengan suara parau.

"Perempuan menyedihkan katamu? Berani sekali!"

"Memang benar, kan? Kamu sendiri yang semalam bercerita tentang hidupmu yang menyedihkan itu," balas Jin Young santai.

Bit Na berdecih kesal. Ia akan membicarakan hal itu lain kali, dan menutup mulut lelaki pembawa sial tersebut. Sekarang ia butuh alasan tentang keberadaannya di rumah ini. "Kenapa kamu mengantarku ke sini? Semestinya kamu menghubungi keluargaku. Untung aku pernah tahu Baek Hyun itu siapa. Kalau aku nggak kenal Baek Hyun gimana? Terus dia melakukan hal senonoh padaku, gimana? Kamu mikir nggak?"

"Nggak. Aku mabuk, gimana bisa mikir?" sahut Jin Young apa adanya, tanpa rasa bersalah sama sekali. Hal ini semakin membuat Bit Na memaki kesialannya bertemu lelaki itu.

Bit Na melempar ponsel Hye Hyun begitu saja dengan wajah merah kesal. Ia ingin pulang segera, tapi tidak bisa menghubungi siapa pun. Haruskah ia meminta bantuan Baek Hyun? Lelaki itu pernah bekerja untuk sepupunya, tentu tidak akan keberatan untuk menolongnya. Benar. Bit Na bisa menggunakan Baek Hyun.

Bit Na membenarkan lagi posisi duduknya dan bertanya dengan penasaran pada Hye Hyun. "Bagaimana keadaan Baek Hyun?"

"Kakakku? Dia baik-baik saja," jawab Hye Hyun dengan tatapan tidak mengerti pada pertanyaan yang diajukan padanya.

"Dia baik-baik saja setelah dipecat?"

"Dipecat? Sejak kapan dia dipecat?" tanya Hye Hyun balik dengan intonasi yang sedikit meninggi.

Pertanyaan tersebut sontak membuat Bit Na diam, berpikir. Ia tidak memberitahu keluarganya ia dipecat oleh Tae Yeon? Apa sangat memalukan dipecat dari agensi ternama? Padahal ia hanya bekerja beberapa hari, mengapa harus menutupi semua ini? Ah, dia pasti sudah membual banyak pada keluarganya tentang betapa hebatnya bekerja di agensi KiM Entertainment. Dasar orang miskin. Bekerja di agensi ternama langsung merasa tinggi.

"Ah, sepertinya aku salah mengingat. Yang kumaksud Baek Yeon, bukan Baek Hyun. Ya, dia staf di bidang lain. Maaf, sepertinya kepalaku masih terlalu pusing," alasannya.

"Tidak masalah," jawab Hye Hyun yang berpikir memang demikianlah adanya. Ia sama sekali tidak menaruh curiga. "Lebih baik kita ke bawah. Mama membuatkan sup pereda pengar untuk Kakak," ajak Hye Hyun untuk kesekian kalinya.

Tidak mungkin Bit Na menolak lagi. Dia pun harus keluar dari rumah ini nantinya. Maka, anggap saja ini langkahnya untuk segera keluar dari rumah kecil ini. Akan tetapi, perutnya tiba-tiba saja bertingkah. Ia mencengkeram lengan Hye Hyun dengan ekspresi menahan rasa sakit di perutnya. Mengerti dengan ekspresi tersebut, Hye Hyun pun menunjukkan arah toilet yang berada di sebelah kanan.

Jika tadi langkahnya ke lantai bawah terhalang sakit perut, maka kini langkah menuju kamar mandi terhalang ketika matanya tidak sengaja melihat sesuatu di sebuah kamar. Menahan rasa sakitnya, ia melangkah lebih dekat ke arah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Kamar Baek Hyun. Ia melihat lelaki itu sedang memasukkan barang ke dalam ranselnya. Benda yang menarik perhatiannya adalah sebuah wig.

Pikiran Bit Na mulai bermain. Untuk apa ia membawa rambut palsu dalam tasnya? Bukankah Tae Yeon tidak pernah menggunakan rambut palsu? Lantas, untuk ....

Bit Na menjentikkan jari dan teringat pada apa yang diucapkan oleh Hye Hyun tadinya. Sekarang aku tahu alasan adiknya berkata bahwa kakaknya tidak dipecat. Karena dia memang tidak benar-benar dipecat. Dia dan Tae Yeon bersekongkol membohongi kami semua? Wah, ini akan menjadi berita besar di rumah. Aku yakin, kali ini Tae Yeon tidak akan mendapat ampun. Dia sangat berani dalam bertindak. Bisa-bisanya dia menipu keluarganya sendiri. Tae Yeon, kamu tidak akan selamat kali ini.

Cukup berbangga hati setelah memiliki pikiran cemerlang tersebut, ia berlanjut untuk menuntaskan perkara perutnya yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Setidaknya, ia tidak rugi pergi dari rumah. Ia akan membawa pulang berita besar kali ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro