Chapter 22 : Cobaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa kalian sudah dengar? Ayah Rin kena PHK," ucap salah satu teman Rin yang asik bergerombol.

"Eh! Majide!?"

"Uso da yo!"

Mereka bersahut-sahutan untuk membicarakan Rin, mumpung Rin belum hadir ke sekolah. Perkataan mereka membuat Sachi yang hadir lebih awal menjadi jengah.

Sachi merasa kesal, karena Rin tidak memberitahunya. Selain itu, ia lebih kesal lagi terhadap teman-temannya yang masih SMA sudah berlagak seperti emak-emak rempong yang berkumpul di warung terdekat.

"Hahahaha ... mungkin orang tuanya sudah lelah mengurusnya," sahut siswa lainnya.

Brak!

Gebrakan meja itu membuat mereka terdiam dan menatap Sachi. Mereka memasang wajah bersalah, namun jauh di hatinya, mereka sangat ingin melanjutkan pembicaraan itu.

"Kalian ini, masih pagi sudah membicarakan orang lain. Apa kalian tidak ada kerjaan lain apa!?" bentak Sachi.

"Lah, kami kan tidak membicarakanmu. Mengapa kau marah?" sahut salah satu dari mereka.

"Diamlah, Sachi. Lagipula ... mengapa anak hikikomori seperti Rin bisa mendapatkan hak untuk menjaga siswa pindahan itu," sambung lainnya.

"Mungkin, Sensei ingin membuat Rin semakin minder dan semakin hikikomori," timpal lainnya yang disambut dengan gelak tawa dari gerombolan itu.

"Kalian ...," gumam Sachi. Ia pun mengambil buku dari mejanya dan ingin melempar mereka dengan buku itu.

Disisi lain, Yukia yang baru saja hadir pun ikut terkejut akan sikap Sachi yang sudah badmood di pagi hari.

"Ohayou gozaimasu," sapa Yukia yang membuat Sachi mengurungkan niatnya.

"Kenapa? Tidak berani? Malu dengan anak pintar seperti Yukia?" Mereka memancing Sachi untuk terus melakukannya. Namun, hawa positif yang diberikan Yukia, berhasil menekan emosi Sachi untuk tidak melakukan hal-hal yang ceroboh.

Yukia pun berdeham setelah berdiri dihadapan Sachi. Ia memberikan tatapan yang menuntut sebuah penjelasan.

"Mereka membicarakan Rin. Mereka bilang, ayah Rin kena PHK," jawab Sachi yang telah menundukkan kepalanya.

"Oh, jadi begitu," ucap Yukia sembari duduk ditempatnya.

"Tapi ... aku kesal dengan mereka. Mereka membicarakan Rin, jika Rin begini begitu," ucap Sachi.

"Ya ... mau bagaimanapun, kita tidak bisa ikut campur urusan Rin dan Neko. Semakin kita ikut campur, masalah mereka akan semakin dibesar-besarkan," jelas Yukia sembari mengeluarkan buku pelajaran yang belum selesai ia baca.

"Hmmm, apa tidak ada yang bisa kita lakukan?" tanya Sachi dengan lesu.

"Ada, cukup semangati saja mereka," ucap Yukia.

"Chiba-kun! Ohayou!"

"Chiba-kun, nanti makan siang sama-sama ya."

"Nah, orang famous kembali dikerumuni gadis-gadis tidak tahu diri," ucap Yukia yang membuat Sachi sedikit tertawa.

"Apa kau paham maksudnya?" ucap Yukia yang langsung dibalas oleh Sachi, "Maksud?"

"Jika kau melihat Chiba dikerumuni seperti itu, kita tidak bisa melakukan apapun selain melihatnya dari jauh. Sama halnya dengan kondisi Rin saat ini," jelas Yukia yang membuat Sachi terdiam.

'Begitu ya,' pikir Sachi.

Sachi terus sibuk pada perasaan dan Yukia pun sibuk dengan bukunya. Hingga mereka tidak menyadari jika Rin dan Neko telah duduk ditempat mereka masing-masing.

*****

Jam makan siang telah tiba. Namun, baik Rin dan Neko telah sibuk pada kegiatannya masing-masing. Apalagi jika bukan menggambar.

"Rin, mari makan," ucap Sachi yang telah menggabungkan mejanya dengan meja Rin sembari membuka bekal yang telah ia bawa dari rumah.

"Kau duluan, aku masih sibuk," jawab Rin.

Melihat Rin, Sachi masih merasa tidak enak. Ingatan tentang peristiwa tadi pagi pun masih membekas di benaknya.

'Hanya Rin yang bisa mengubah pola pikir mereka,' batin Sachi.

"Ada apa dengan tatapan itu, Sachi?" tanya Neko yang telah beralih dari ponselnya.

"A-ah! Bukan apa-apa. Hanya risih melihat Rin yang sibuk menggambar tiada henti," ucap Sachi sembari menopang dagunya.

Neko pun sedikit menggerakkan kepalanya untuk menunjukkan sesuatu pada Sachi. Awalnya, Sachi sedikit bingung. Lalu, ia pun melihat arah yang ditunjukkan oleh Neko.

"Yukia pun!" teriak Sachi, "Kalian! Kenapa kalian malah sibuk masing-masing! Bukannya makan siang, malah sibuk terus."

Sachi terus mengomel tiada henti. Bahkan, baik Yukia maupun Rin tidak mempedulikan hal itu. Justru, Rin meminjam headphone milik Neko untuk meredam suara Sachi dengan musik yang ia butuhkan.

Greb!

Chiba yang datang entah darimana langsung mengambil salah satu lauk Sachi dan memakannya tanpa rasa bersalah.

"Ini enak juga," ucap Chiba setelah menelan makanan itu dan mulai meminum susu strawberry nya.

"Chiba! Kau mencuri makananku!" ucap Sachi yang merasa dipermainkan oleh teman-temannya.

"Mencuri? Aku sudah bilang padamu. Tapi, kau masih sibuk mengomel," jawab Chiba dengan wajah datarnya.

"Um, itu benar. Suara Chiba kalah dengan suaramu saat marah, Sachi," ucap Neko sembari makan jajanan ringan yang sengaja ia beli di supermarket terdekat saat berangkat sekolah tadi.

"Aku harap, nantinya kau harus punya suami yang super sabar," ucap Chiba dan langsung ditanggapi oleh Sachi, "Kenapa memangnya? Kan, suami yang super sabar itu idaman."

"Tapi berbeda dengan kasusmu. Kalau kau itu pantasnya agar rumah tidak jadi kapal pecah. Bayangin saja, suaminya masih sibuk dengan urusan pekerjaan, tiba-tiba Sachi datang lalu marah-marah," ucap Rin yang teralihkan dari beberapa lembar kertas dihadapannya.

"Rin ...," ucap Sachi yang geram.

"Dan aku harap, gen Sachi tidak menurun ke anaknya. Nanti, malah populasi induk macan bertambah," timpal Yukia yang membuat Sachi merengek. Sementara, keempat temannya justru asik tertawa.

"Yo, minna!" Kiro pun masuk ke kelas itu tanpa izin dan langsung menghampiri Rin yang telah selesai mendesain beberapa karakter yang ia butuhkan.

"Wah, kakkoi naa Rin," puji Kiro saat melihat beberapa gambar dari Rin.

"Rin wa sugoku kakkoi desu yo nee," sambung Sachi sembari menikmati bekalnya.

"Yang keren memang Rin, tapi kenapa kau yang bangga," ucap Chiba yang membuat senyum Sachi hilang, "Aku adalah temannya. Ya aku berhak bangga dengannya."

"Memangnya kau itu temanku?"

Jleb

Ucapan Rin sangat menusuk hati Sachi. Ia tidak menyangka jika Rin bisa mengucapkan kata itu dengan mudahnya. Bahkan, Chiba yang biasanya hanya diam pun kini sedikit tertawa.

"Ah! Mou! Minna ga hidoii yo." Sachi memilih ngambek dan menghabiskan makanannya dalam diam. Ia tidak berminat untuk bergabung dalam percakapan ataupun diskusi mereka.

"Jadi, kalian sudah atur untuk tanggal debutnya?" tanya Kiro yang masih sibuk melihat desain Rin.

"Belum. Selain itu, gambar itupun belum dibuat digital," ucap Rin sembari sedikit memberi kode ke Neko, "Dia selalu berasalan sibuk tanpa sebab. Padahal, kami satu rumah."

"Eh? Benarkah? Aku tidak ingat jika kau langsung memintaku untuk membuat versi digitalnya," ucap Neko dengan tampang polos dan tidak berdosa sedikitpun.

"Halah, kau bilang sendiri jika kau sedang sibuk," ucap Rin yang langsung dibalas sang gadis dengan tatapan berpikir, "Hmmm, aku tidak ingat jika hal itu akan terjadi."

"Astaga ini anak, itu sudah terjadi! Kalau belum terjadi, tidak mungkin nenek sihir satu ini ngomel seperti itu," ucap Sachi tanpa dipikir terlebih dahulu.

"Nenek sihir katamu!" Rin menjadi geram. Atau lebih tepatnya, lebih geram dari apa yang Sachi rasakan sebelumnya.

"Hmmm, lebih tepatnya itu nenek kabayan," tukas Neko yang membuat Rin semakin geram.

"Ah, cocok!" sahut Sachi dengan riangnya.

"Aho combi," gumam Yukia dengan senyuman yang telah terukir di wajahnya.

"Aku akan meminta bantuan senpai untuk membuat soundtrack atau backsound dan berbagai suara yang dibutuhkan. Jadi, kalau kalian butuh musik, tinggal bilang senpai saja, ya," sela Neko.

"Ide cemerlang! Kau juga dari klub musik kan!? Kalau begitu, bantu aku untuk membuat backsound juga!" ucap Kiro dengan tatapan memohon.

"Maaf, tapi aku tidak bekerja untukmu," ucap Neko yang membuat Kiro langsung menghela nafas dan kembali memohon pada Neko dengan wajah memelas.

"Maaf sekali, tapi dia menolak."

"Uhuk uhuk!" Suara itu langsung membuat Sachi tersedak dan batuk-batuk. Yukia yang sadar akan kondisi, langsung menyodorkan air mineral padanya dan Sachi pun meminumnya dengan terburu-buru.

"Isamu?" ucap Neko yang membuat dua pria itu langsung berhadapan satu sama lain.

"Baiklah, tapi ... Neko-chan, mari buat proyek kita ...."

"Dame da yo! Kurosaki-san sudah masuk proyekku!" Rin langsung tidak terima mendengar ajakan Kiro. Walaupun Neko sebenarnya mampu, namun Rin tidak ingin temannya itu kelelahan akan hal yang seharusnya tidak dianggap begitu serius.

"Sudah-sudah, mengapa jadi rebutan aku," ucap Neko yang berusaha melerai Rin dan Kiro.

"Isamu, sedang apa kau disini?" tanya Sachi yang langsung disambut senyuman oleh orang yang bersangkutan, "Mengunjungi teman baru."

Setelah menjawab pertanyaan Sachi, Isamu langsung menghadap Neko dengan tatapan lembut. "Neko-chan, apa kau sudah mendapat kelompok?" tanya Isamu yang langsung disambut dengan tatapan bertanya.

"Jangan mencari perhatian jika masih ada satu laki-laki disini. Selain itu, lebih pekalah terhadap lingkunganmu," sela Chiba yang sedikit merasa risih dengan hadirnya Isamu.

"Satu? Satu! Lalu, aku ini apa!?" Kiro terkejut saat Chiba mengatakan jika hanya ada satu laki-laki dalam gerombolan ini.

"Kau kan serigala jadi-jadian," jawab Chiba dengan santainya.

"Sachi yang malang," gumam Yukia yang masih menyaksikan amarah Sachi yang terpendam. Sementara Neko, ia tampak tidak peka pada kondisinya.

"Hei! Sepulang sekolah nanti, mari berkumpul di rumah Rin. Sekalian aku bantu untuk debut kalian. Selain itu, kalau ada yang mau pendekatan juga silakan," ucap Kiro dengan riangnya.

"Eh!? Memangnya itu rumahnya siapa, sampai mengundang yang lainnya!" omel Rin. Namun, Rin hanya dibalas dengan tawa ringan darinya.

"Benar juga, sudah lama tidak ke rumah Rin," sahut Yukia dan Sachi secara bersamaan.

"Baiklah, pulang sekolah nanti. Kita ke rumah Rin!" ucap mereka secara serempak. Kecuali Chiba, ia memilih diam saja. Karena pada akhirnya, mau tidak mau pun ia akan terseret dalam ajakan mereka.

"Chiba-kun ...."

Suara lembut itu menginterupsi mereka dan membuat mereka memberikan tatapan bingung pada gadis yang menghampiri Chiba dengan langkah malu-malu.

"C-Chiba-kun ... sepulang sekolah nanti ... apakah kau sibuk?" tanya gadis itu dengan wajah sedikit memerah.

"Aku rasa tidak," jawab Chiba dengan santainya.

"A-ah, tolong temui aku di halaman belakang sekolah," ucap sang gadis lalu ia lari begitu saja.

To be continued~

[Neko Note]

Aho combi >> aho : bodoh, combi : kombinasi

(Nama) wa sugoku kakkoi desu yo nee : (Nama) memang keren bukan

Dame da yo : tidak boleh, jangan

Hikikomori : anti sosial

Kakkoi naa : keren sekali

Majide : beneran!, Benarkah?, Sungguh?

Minna : semuanya, teman-teman

Minna ga hidoii yo : kalian semua kejam

Mou : sudahlah

Ohayou / ohayou gozaimasu : selamat pagi

Uso da yo : kau bohong kan, jangan berbohong

Jumlah kata : 1612 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro