8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Naeun baru saja akan menemui Namjoon di parkiran saat yeoja itu merasa seseorang mendorong tubuhnya keras. Tubuh Naeunpun terpental keras bersama orang yang mendorongnya.

"apa yang kau laku..."

"AKH" suara erangan keras bersama jatuhnya sebuah pot disisi Naeun membuat kata2 yeja itu terputus

Naeunpun terduduk dengan wajah terkejut, sebelum akhirnya mendekati sosok Niel yang nampak mengerang kesakitan sambil memegang bahunya.

"Ahn Daniel kau baik2 saja?" tanya Naeun

Niel tak menjawab namja itu hanya menggeleng sambil masih memegang bahu kirinya.

"otokhe?" tukas Naeun diliputi rasa cemas yang luar biasa.

Naeunpun menatap kesekelilingnya, beberapa mahasiswa sudah berkumpul melihat dirinya dan Niel.

"ya, jangan diam saja, cepat bantu bawa dia keruang kesehatan" pinta Naeun

Seorang mahasiswa yang tanggap dengan permintaan Naeunpun mencoba membangunkan Niel yang masih berbaring. Bersama dengan mahasiswa itu, Naeun segera memapah Niel menuju ruang kesehatan yang sedikit jauh dari sana.

"bagaimana keadaannya dok?" tanya Naeun saat dokter yang memeriksa Niel keluar dari ruang pemeriksaan

"sepertinya bahu kirinya sedikit cidera" jawab dokter itu

"apa itu serius dok?" tanya Naeun lagi

"tidak bisa dikatakan serius, tapi tidak juga bisa dikatakan ringan" jawabnya lagi

Naeun nampak mengigit bibirnya sedikit merasa bersalah dengan keadaan yang dialami Niel

"jangan cemas, dia baik2 saja. jika dia mau menurut untuk istirhat dalam beberapa hari ia akan sembuh. Aku sudah memberikan penanganan awal, tapi dia tetap harus kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh" jelas sang dokter

Naeun menarik nafas dalam walau sebenarnya belum terlalu lega dengan berita yang didapatkannya.

"kalau kau mau kau bisa melihatnya" ujar sang dokter tanpa ditanya

"ah...ne, gamsahamnida" Naeun membungkuk sopan dan meninggalkan dokter tersebut

Sedikit ragu, Naeun mencoba memasuki ruangan Niel. Namja itu sedang berusaha memakai kemejanya saat Naeun baru masuk.

"o..Naeun kau masih disini?" ujar Niel kaget

"hmm" jawab Naeun sambik berjalan mendekat

Niel terus memaksa memakai kemejanya sambil meringis menahan sakit.

"biar kubantu" Naeun menawarkan bantuan

Tak menolak Niel membiarkan Naeun memakaikan kemejanya dengan pelan.

"gomawo" tukas Naeun pelan namun masih mampu didengar Niel

"ne" jawab Niel tak kalah pelan

Keduanya diam sejenak, Niel tak berusaha mengusik hening yang Naeun ciptakan sambil mengancingkan kemejanya. Namja itu terus menikmati suasana disana hingga kedua matanya menatap siku Naeun yang berdarah. Cepat dia meraih lengan Naeun membuat yeoja itu sedikit tersentak.

"kau terluka" ujar Niel dengan wajah cemas

Naeun menatap lengannya, sebuah luka gores sedikit besar terlihat bersama darah segar yang mengalir

"ah...maja" jawabnya datar

"kenapa aku tak merasakannya?" lanjutnya kemudian

Niel menatap Naeun rasa cemas sangat mendominasi di raut wajahnya

"aku baik2 saja, jangan cemas" tukas Naeun mengerti perasaan Niel

"tapi kau terluka" ujar Niel

"tak separah lukamu" jawab Naeun menarik lengannya dari Niel

Tangan Naeunpun meraih tissu yang ada di dekat ranjang Niel dan mengusap lukanya pelan.

"tidakkah sebaiknya kau mengobatinya? Selagi kau ada diruang kesehatan" tukas Niel

"kau lupa ya?" tanya Naeun tanpa memandang Niel

"aku elergi obat2an"lanjut Naeun

"ah..maja, aku lupa" tukas Niel

Naeun tak membalas hanya terus menyapu luka yang ada disikunya.

"mianhae" sesal Niel membuat pandangan Naeun mengarah padanya

"sudah membuatmu terluka" sambung Niel melihat tatapan Naeun padanya

"tak perlu meminta maaf, kau tak sengaja melakukanya karena ingin menolongku" jawab Naeun tenang

"Son Naeun" tukas Niel meraih jemari Naeun dan mendekapnya

Sedikit terkejut dengan hal itu, tapi Naeun berusaha tak menunjukan reaksi apapun.

"apa...kau sudah benar2 menghapus perasaanmu padaku?" tanya Niel

"apa hal itu mesti kau pertanyakan disaat seperti ini?" Naeun balas bertanya

"aku hanya mau tahu kebenaran perasaanmu. Aku ingin tahu apa kau benar2 sudah rela melepaskanku atau belum" jelas Niel

Naeun diam yeoja itu tak tahu kata2 apa yang bisa dia berikan untuk menjawab pertanyaan Niel tersebut.

"kenapa diam, apa kau masih belum bisa menghapus perasaanmu padaku?" tangan Niel kini mengusap pipi Naeun pelan

Kali ini Naeun mencoba menyesap sentuhan yang diberi Niel padanya, dipejamkan matanya pelan seolah ingin mencari tahu perasaanya sendiri.

"Son Naeun" suara lain terdengar dari belakang tubuh Naeun membuat Naeun tersentak

Sosok Namjoon nampak berdiri mematung disana menatap keberasamaan yang diciptakan Niel dan Naeun.

"Kim Namjoon" gumam Naeun dalam hati

Namjoon yang tak mendengar itu hanya memandang Naeun yang masih membiarkan tangan Niel melekat dipipinya.

"mianhae, sepertinya aku datang tak tepat waktu" tukasnya mencoba tersenyum

Tersadar dengan apa yang dilihat Namjoon, Naeunpun menarik tangannya dari Niel dan juga menjauhkan tubuhnya dari mantan kekasihnya itu.

"permisi, aku keluar" pamitnya kemudian

"Kim Namjoon" panggil Naeun hendak bangkit

"Son Naeun" tahan Niel

"Niel lepaskan aku, aku harus menjelaskan apa yang terjadi pada Namjoon" pinta Naeun

"jangan pergi, aku membutuhkanmu disini" larang Niel

"tapi Namjoon bisa salah paham jika aku tak menjelaskan apa yang terjadi padanya" pukas Naeun

"bukankah dia mencintaimu?" tanya Niel

"ne?" Naeun sedikit tak mengerti arti pertanyaan Niel padanya

"kalau memang dia mencintaimu maka dia akan mengerti tanpa harus susah payah kau menjelaskannya" ujar Niel

Naeun terbungkam sembari menatap Niel yang memandangnya dengan tatapan memelas.

"aku sedang sakit dan aku ingin kau disini menemaniku. Tak bisakah kau tinggal" suara Niel terdengar penuh harap

Ada ragu yang menyinggahi hati Naeun, bahkan perasaannya berubah tak nyaman kini. tapi karena perasaan bersalah yang mendera, yeoja itu tak mampu menolak permintaan Niel padanya. menuju Namjoon yang sudah berjalan pelan meninggalkan ruang kesehatan, langkah namja itu terlihat gamang menuruni anak tangga.

"Namjoon" panggil seseorang dari belakang

Antusias berharap itu Naeun, namun Namjoon harus menelan kecewa menyadari itu sosok Seulgi.

"Seulgi" ujarnya saat yeoja itu sudah didepannya.

"mana Naeun? kenapa kau disini sendiri? kudengar dari anak2 tadi dia nyaris celaka" Seulgi bertanya dengan nafas terengah

"dia ada diruang kesehatan" ujar Namjoon

"diruang kesehatan?" tanya Seulgi memastikan

"ne" jawab Namjoon

"jika dia disana kenapa kau disini?" tanya Seulgi lagi

"dia sedang bersama Niel" jawab Namjoon

"NIEL?" tanya Seulgi tak percaya

"ne"

"kenapa bisa? Bukankah dia tak suka pada namja itu?" Seulgi makin tak paham

"molla, aku tak tahu. aku belum sempat meminta penjelasan apapun padanya" urai Namjoon

"ne?" Seulgi kini berubah heran

"jika kau mau melihatnya kau bisa pergi keruang kesehatan. Kurasa dia masih disana"

Namjoon menunjuk keruang kesehatan

"lalu kau?" tanya Seulgi pada Namjoon

"aku akan menunggu Naeun, kami berjanji akan pulang bersama nanti" tukas Namjoon

"kau mau menunggunya dimana?" tanya Seulgi lagi

"ditempatku" jawab Namjoon dengan senyum yang sukar di terjemahkan

Seulgi tak lagi bertanya walau wajahnya terlihat penuh kebingungan.

"aku pergi" pamit Namjoon

"ne" jawab Seulgi membiarkan Namjoon berlalu.

Namjoon kembali melangkah menuju mobilnya, namja itu memutuskan untuk menunggu Naeun disana sesuai dengan janjinya. Disandarkan tubuhnya pelan di jok mobil mencoba mengusir rasa gusar yang tiba2 hadir di hati namja tersebut. cukup lama Namjoon menunggu disana hingga telinganya mendengar suara ketukan di jendela mobilnya. Namjoon menoleh dan mendapati Seulgi menempelkan wajahnya di kaca jendelanya.

"Kim Namjoon kau masih disini?" tanya Seulgi

"ne, aku masih menunggu Naeun" jawab Namjoon

"Naeun?" ulang Seulgi

"ne" jawab Namjoon

"tapi...dia sudah pulang bersama Niel" ujar Seulgi

"ne?" wajah Namjoon berubah kaget

"tadi Niel memintanya mengantar pulang karena dia tak bisa mengendarai mobilnya" jelas Seulgi

Kali ini Namjoon hanya bisa diam, namja itu bahkan tak tahu harus mengatakan apa.

"apa Naeun tak mengirimmu pesan untuk memberitahumu?" tanya Seulgi

"anni" jawab Namjoon "dia tak tahu nomor ponselku" tambahnya lagi

"begitu ya" Seulgi menggaruk kepalanya yang tak gatal

Namjoon hanya bisa menarik nafas dalam sedikit kecewa dengan penantiannya.

"kau mau pulang?" tanya Namjoon melihat Seulgi yang terlihat masih berpikir

"ne" jawab Seulgi

"kalau begitu biar aku mengantarmu" ajak Namjoon

"jinca? Gwenchana?" tanya Seulgi

"ne, gwenchana. Masuklah" tukas Namjoon tak keberatan

Seulgi tersenyum kemudian membuka pintu mobil Namjoon, tak lama mobil melaju meninggalkan universitas mereka.

"mianhae" ujar Seulgi dalam perjalanan

"whaeyo? kenapa meminta maaf?" Namjoon nampak heran

"tadi aku lupa bilang pada Naeun kalau kau menunggu ditempat biasa" jelas Seulgi

"gwenchanayo" Namjoon nampak tersenyum lebar

"tapi..apa kalian memang biasa berjanji bertemu di parkiran?" Seulgi nampak penasaran

"tidak juga, kami berjanji bertemu dimanapun" jelas Namjoon

"lalu...kenapa kau mengatakan ditempat biasa?" tanya Seulgi lagi

"karena kami sudah berjanji bertemu disana, jadi seperti biasa aku akan menunggu dirinya ditempat yang aku janjikan" jelas Namjoon

"begitu" Seulgi mengangguk tanda mengerti

Keduanya diam sesaat membiarkan deru kendaraan Namjoon menjadi musik alam bagi mereka.

"ngomong2...tentang Naeun dan Niel. Kau..tak salah paham pada mereka bukan?" Seulgi kembali memulai percakapan

"salah paham? kenapa aku harus salah paham?" Namjoon balas bertanya

"itu..karena saat aku masuk kedalam ruang perawatan aku melihat mereka begitu akrab. Aku yakin hal itu juga yang kau lihat jadi kau memilih keluar, bukan begitu?" tukas Seulgi

Namjoon tak menjawab, dia hanya tersenyum tipis untuk menetralkan rasa gundahnya

"jangan salah paham Namjoon, Naeun...bersikap begitu karena merasa bersalah saja. dia begitu karena Niel mengalami cidera setelah menyelamatkannya" jelas Seulgi

"begitukah?" tanya Namjoon

"ne, begitu yang kudengar. Sebuah vas nyaris menimpa Naeun dan Niellah yang menyelamatkannya" papar Seulgi

"ah" Namjoon mengangguk2 pelan

"tapi..." tukas Seulgi membuat Namjoon memandang sekilas padanya

"aku sedikit curiga dengan kejadian hari ini" tambahnya lagi

"whae?" tanya Namjoon heran

"tidakkah semua terlihat sangat kebetulan?" papar Seulgi

"maksudmu?" Namjoon belum mengerti

"maksudku...diantara banyaknya mahasiswa yang ada di Konkuk, kenapa hanya Niel yang melihat vas yang akan jatuh itu?"ujar Seulgi curiga

"tidakkah kau merasa ini sedikit aneh?" paparnya kemudian

Namjoon diam memikirkan kata2 yang dilontarkan Seulgi padanya

"jangan2 ini hanya ide namja itu saja, dia melakukan sandiwara ini agar mendapatkan simpati dari Naeun" Seulgi melipat tangannya di dada dengan wajah yang tampak tak senang.

"kau mencurigai Ahn Daniel?" tanya Namjoon

"ne" aku Seulgi

"ya, tidakkah itu keterlaluan?"

"keterlaluan apanya? Namja itu memang pantas dicurigai. Kau tak lihat betapa menyebalkannya caranya bermanja2 pada Naeun. jika saja dia bukan pasien, maka aku akan memukul kepalanya dengan apa yang bisa kuraih" ujar Seulgi mengebu2

Tawa Namjoonpun berderai mendengar perkataan Seulgi.

"whae? kenapa kau malah tertawa?" tanya Seulgi heran

"itu karena kau sangat lucu" jawab Namjoon

"lucu?"

"ne"

"memangnya apa yang lucu?" tanya Seulgi masih tak mengerti

"sikapmu sangat lucu" jawab Namjoon

"aku tak mengerti" tukas Seulgi

"sudahlah kau tak perlu mengerti" Namjoon mengacak pelan rambut Seulgi sembari fokus menyetir.

Sementara bersamaan dengan itu, di parkiran apartement Niel terlihat Naeun mengantar namja tersebut.

"aku mengantarmu sampai disini saja ya? kau bisa jalan sendiri bukan?" tukas Naeun

"whaeyo? kau tak mau mampir?" tanya Niel

"anni" jawab Naeun

"whae? kau masih memikirkan namja itu?" tanya Niel

"namja itu namanya Namjoon dan dia namja chingguku" tukas Naeun

"berhenti bersandiwara Naeun, aku tahu kau tak benar2 menyukainya" tukas Niel

Naeun menarik nafas dalam mencoba menekan rasa emosi yang sejak tadi ditahannya.

"kau masuklah, aku sudah harus pulang" ujar Naeun

"setidaknya antar aku hingga depan rumahku" kembali Niel membujuk Naeun

"Ahn Daniel" Naeun mulai kehilangan kesabaran

"jebal" pintanya

Tak ada jawaban dari Naeun, yeoja itu menunjukan luka disiku tangannya.

"jika aku mengantarmu aku tak bisa merawat lukaku" ujar Naeun

"ah..maja" Niel baru tersadar

"masuklah, istirahat dengan baik" nasehat Naeun

"arasso" Niel berujar lemah

"aku pulang" pamit Naeun kemudian

"ne"

Naeun segera berlalu meninggalkan Niel yang menatapnya dengan perasaan kecewa. Setelah tubuh Naeun menghilang Nielpun ikut melangkah meninggalkan parkiran menuju kediamannya.

*

"kenapa agassi bisa terluka seperti ini?" tanya bibi Go saat mengobati luka di siku Naeun

"aku hanya sedikit kurang hati2 tadi" jawab Naeun sekenanya

"lain kali agassi harus lebih barhati2 lagi, jangan sampai agassi terluka seperti ini lagi. ada banyak orang yang akan sedih jika melihat agassi terluka" nasehat bibi Go

"banyak orang yang anda maksud itu siapa? Ommaku? atau appaku?" tanya Naeun dingin

"aku bahkan tak yakin mereka mengetahui kalau aku terluka begini" suara Naeun terdengar sinis kini

Bibi Go memandang Naeun yang terlihat merenung sambil memandang lukanya.

"jikapun mereka tak melihat itu, kami melihatnya" ujar bibi Go tiba2

Mata Naeun mengarah pada bibi Go, tak begitu paham dengan maksud yeoja paruh baya itu.

"aku dan pekerja2 yang ada disini melihat anda agassi. Kami paham apa yang anda derita" tukas bibi Go lagi

"sekarang anda juga memiliki tuan muda Namjoon bukan. saya yakin dia juga akan sedih jika tahu anda terluka seperti ini" tambah bibi Go lagi

Haru itu hadir dihati Naeun bersama rasa aneh yang menyusup saat bibi Go mengucap nama Namjoon.

"apa tuan muda Namjoon tahu anda terluka?" tanya bibi Go kemudian

"anni...maksudku ajik" jawab Naeun

"dia namja yang baik bukan? dia akan merasa bersalah jika sampai tahu agassi terluka" tukas bibi Go

"mengapa begitu?" tanya Naeun heran

"seorang namja yang menyukai seorang yeoja, akan merasa bersalah jika melihat yeojanya terluka. namja itu akan merasa dirinya tak berguna karena tak dapat melindungi seseorang yang begitu berharga baginya" urai bibi Go

"apa itu berarti appaku tak mencintai omma?" tanya Naeun tiba2

"ne?" bibi Go nampak terkejut

"dia...melukai hati omma dengan mengabaikan omma, apa itu berarti appaku tak mencintai omma?" jelas Naeun

Sesaat bibi Go diam sembari menatap mata Naeun lurus.

"kurasa tuan besar mencintai nyonya, tapi...mungkin tuan besar memiliki cara berbeda menunjukannya" ujar bibi Go

"cara berbeda itu maksudnya membiarkan ommaku berkelana dengan namja2 diluar sana?" ejek Naeun

"agassi, itu tidak benar. nyonya tak pernah benar2 tidur dengan namja2 itu" bela bibi Go

"darimana anda tahu? anda bahkan tak bersama omma saat dia melakukan itu" tandas Naeun

"lalu apa anda bersama nyonya saat itu?" tukas Bibi Go yang dibalas bungkam Naeun

"kita....sama2 tak ada disana, jadi..akan lebih bijak kalau kita memposisikan diri menjadi penonton yang baik"

"aku mulai jengah dengan tontonan yang mereka tunjukan padaku ahjuma, apa mereka tak mengerti itu?" tukas Naeun dengan suara serak menahan tangis

"kalau memang anda ingin mereka mengerti maka katakan pada mereka" jawab Go ahjuma

"jika anda diam saja diposisi anda maka keduanya takkan tahu apa yang anda rasakan" tambah bibi Go lagi

"tak bisakah mereka mengerti tanpa aku harus mengatakan apapun?"

"mereka takkan bisa melakukan itu karena mereka sudah sibuk mengurusi masalah mereka masing2"

Naeun kembali diam sembari menyeka air matanya yang nyaris berlinang. Melihat itu bibi Go meraih jemari Naeun dan mengusap punggung tangannya pelan.

"agassi tidakkah anda merasa kedua orang tua anda saling mencintai?" tanya bibi Go

"mencintai?" ulang Naeun sinis

"ne, mereka sangat saling mencintai saat ini. baik omma maupun appa anda tak ingin mengucapkan kata pisah walau diri mereka merasa dihianati dan diabaikan. Apa anda tak merasa kalau sikap mereka ini merupakan perwujudan rasa cinta mereka?" tanya bibi Go

"anni...karena aku rasa mereka mempertahankan rumah tangga ini hanya karena gengsi sosial mereka. keduanya tak ingin dicap sebagai orang yang gagal mempertahankan pernikahan makannya memilih bertahan" ujar Naeun ketus

"jika memang itu yang mereka rasakan seharusnya mereka tak usah saling ribut mempermasalahkan urusan pasangan mereka. hari2 dirumah ini akan terasa dingin karena mereka tak perlu membahas apapun mengenai diri mereka masing2 lagi. tak ada yang mesti dibagi dan tak ada yang mesti mereka ketahui dari pasangan mereka. hanya biarkan keduanya menjalani urusan masing2 dan masalah mereka masing2" urai bibi Go

"agassi, ikatan pernikahan bukan hanya sekedar catatan dikertas dan lingkar cincin ditangan saja. ada hal lebih didalam pernikahan yang membuat orang2 saling mempertahankan pernikahan mereka" ungkap bibi Go lagi

Naeun sedikit terenyuh mendengar penjelasan bibi Go, walau tak sepenuhnya ada ketenangan yang hadir di hati yeoja itu.

"seharusnya ini dilakukan seorang ibu pada putrinya bukan?" tanya Naeun

"aku juga seorang ibu agassi" jawab bibi Go

"majayo...putri anda pasti sangat beruntung memiliki omma seperti anda" puji Naeun

"tapi aku tak memiliki seorang putri, aku hanya memiliki seorang putra yang jarang pulang karena pekerjaannya" jelas bibi Go

"jincayo? kenapa aku tak tahu hal itu"

"aku memang tak pernah mengatakannya pada agassi"

"aku sangat buruk maja, anda mengetahui segala hal tentangku tapi aku justru tak mengetahui apapun tentang anda" sesal Naeun

"gwenchana agassi, saya tak keberatan" tukas bibi Go

"gomawo..ahjuma" Naeun memeluk tubub bibi Go

Tanpa sadar yeoja itu menitikan air matanya karena terharu dengan sikap tulus bibi Go padanya. sedikit berbeda dengan Namjoon yang baru saja menyelesaikan pertandingan basketnya dengan Taehyung.

"hyung permainanmu sangat buruk hari ini" ejek Taehyung pada Namjoon

"jincayo?" Namjoon berujar santai sambil tersenyum

Taehyung mengangguk kemudian meneguk isotonik miliknya

"ada apa hyung, kau memiliki masalah?" tanya Taehyung

"whae? jika iya apa kau akan menghiburku?" Namjoon balas bertanya

"tentu saja, aku inikan chinggumu" jawab Taehyung

"lalu setelah aku terhibur kau akan memintaku mentraktirmu pancake istimewa lagi?" canda Namjoon

"hyung.." Taehyung menegakkan tubuhnya

"kenapa kau bisa menebaknya dengan benar" lanjutnya bercanda

Namjoon terkekeh sambil melempar bola basket yang dia pegang pada Taehyung

"ini mengenai Naeun noona lagi maja?" tebak Taehyung setelah tawa Namjoon reda

Tak menjawab Namjoon hanya mengangguk pelan

"ada apa lagi? apa dia menjauhi hyung lagi?"

"anni"

"lalu?"

"aku melihatnya bersama mantannya tadi"

"jongmal?"

"hmm"

"apa yang terjadi? apa mereka berdua melakukan sesuatu yang membuatmu cemburu?" tebak Taehyung lagi

"hey..bagaimana kau bisa menebak dengan sangat baik huh?" jawab Namjoon

"na maja?" Taehyung tak percaya dengan tebakannya

"ne, kau benar" jawab Namjoon

"wah...apa aku seharusnya menjadi seorang peramal?" Taehyung memiringkan kepalanya sambil tersenyum lebar

"lakukanlah, kurasa kau memiliki bakat itu" Namjoon bangkit dari duduknya

"hyung oddiega?"

"pulang" jawab Namjoon

"ya, tapi hyung belum menjelaskan apa yang mereka lakukan?"

"bukan hal penting, namja itu hanya memegang pipi Naeun saat aku melihat mereka bersama" jelas Namjoon sambil melangkah

"lalu?" Taehyung menyusul langkah Namjoon

"lalu apa?" Namjoon menatap Taehyung

"lalu apa lagi?"

"tak ada, hanya itu" jawab Namjoon

"hanya itu? mereka tak berciuman atau semacamnya"

"anni" jawab Namjoon

"hey...hanya mengusap pipinya. Changjo juga sering melakukan itu pada Seungheeku" ungkap Taehyung

"jincayo?"

"ne"

"lalu apa kau cemburu?"

"anni"

"whae? kenapa kau tak cemburu?"

"karena changjo chingguku dan Seunghee mencintai aku"

"maja, kau memiliki dua kepastian yang membuatmu takkan cemburu. Lalu bagaimana dengan aku? aku bahkan tak memiliki satupun dari kepastian yang kau miliki" tukas Namjoon'

"maksudmu hyung?"

"Naeun tak mencintaiku dan Niel bukan chingguku. jadi...bagaimana aku bisa tak cemburu?" jelas Namjoon

"majayo" Taehyung akhirnya mengerti perasaan Namjoon

"aku..tak bermaksud merasakan perasaan ini, tapi...aku benar2 merasa sedikit cemas saat melihat Naeun tak menepis tangan Niel yang menyentuh wajahnya. Aku sangat takut, hati Naeun kembali bergeser mencintai namja yang pernah memberikan perasan cinta untuknya itu" jelas Namjoon

Taehyung diam menatap Namjoon sambil terus berjalan bersama tetangganya itu.

"hyung tak ingin bertanya pada Naeun noona mengenai apa yang terjadi?"tanyanya memecah sepi

"tak usah, aku takut dia tak nyaman dengan itu. jika dia memang merasa perlu menjelaskan, maka dia akan melakukan itu" tukas Namjoon

"lalu bagaimana jika dia tak juga menjelaskan apapun?" tanya Taehyung lagi

"bisa apa lagi, aku hanya akan diam dan tak perlu mempermasalahkannya"

"itu terlihat bodoh" ejek Taehyung

"terkadang cinta memang membuatmu menjadi orang bodoh, bahkan idiot" balas Namjoon

"ne, maja" Taehyung setuju dengan ucapan Namjoon

"tapi kau namja yang hebat hyung" puji Taehyung kemudian

"whaeyo?"

"karena tak banyak namja bodoh yang bisa kuliah di Konkuk" candanya

"kau mengejekku?" Namjoon menatap kesal Taehyung

Tak ingin Namjoon melampiaskan kekesalannya, Taehyung cepat berlari meninggalkan Namjoon yang sudah mengejarnya.

"ya bocah nakal berhenti disana"pekik Namjoon

Taehyung tak mau mendengar dia hanya terus berlari menghindari Namjoon. kediaman Niel waktu yang sama, namja itu terkejut saat mendapati Nayeon yang memasuki kamarnya begitu saja.

"oppa" ujar yeoja itu dengan wajah cemas

"Im Nayeon? Kenapa kau disini?" ujar Niel masih dengan wajah terkejut

"aku dengar oppa terluka karena itu aku kemari" jawab Nayeon

"lalu kenapa kau bisa masuk?" tanya Niel bingung

"oppa, apa ada yang salah dengan kepalamu? Tentu saja aku bisa masuk, aku tahu kode apartmentmu" jawab Nayeon lagi

"ah maja, aku belum mengganti passwordnya" gumam Niel pelan

Tak mendengar itu Nayeon hanya menghampiri Niel sembari memegang bahu namja itu.

"kudengar bahu oppa cidera? Apa itu benar?" tanyanya

"ne" jawab Niel malas

"oppa..kenapa kau harus menolong yeoja bodoh itu. tak bisakah kau mengabaikannya dan membiarkan dia terluka?" mata Nayeon nampak berkaca2

"mwoya? kenapa kau mengatakan hal kejam seperti itu?" Niel nampak tak suka

"whae? yeoja itu memang lebih pantas terluka daripada oppa" rutuk Nayeon

Niel terdiam sejenak sembari menatap Nayeon yang sudah menyeka air matanya.

"Whae? kenapa oppa memandangku seperti itu?" tanya Nayeon heran

"Im Nayeon, jawab oppa dengan jujur. Bukan kau yang sengaja menjatuhkan vas bunga itu untuk mencelakai Naeun bukan?" tukas Niel

"MWO?" wajah Nayeon nampak terkejut kini

"kau..tak berusaha mencelakai Naeun dengan menjatuhkan vas itu bukan?" ulang Niel

"oppa? apa kau kira aku sudah gila? bagaimana mungkin kau menuduhku melakukan hal itu?" tukas Nayeon tak terima

"oppa tak menuduhmu? Hanya memastikan kalau bukan kau yang mau mencelakai Naeun" jelas Niel

"atas dasar apa oppa menuduhku melakukannya?" tanya Nayeon lagi

"atas dasar rasa kesalmu pada Naeun, lagipula kau pernah mengatakan akan melakukan apapun agar oppa tak bisa bersama Naeun lagi" papar Niel

"OPPA" pekik Nayeon keras

Niel menutup telinganya karena suara keras Nayeon.

"kau benar2 keterlaluan" ujarnya kali ini dengan suara lebih pelan

"tak tahukah kau bagaimana cemasnya aku saat mendengar kau terluka? aku bahkan rela meninggalkan perawatanku disalon hanya untuk melihat apa kau baik2 saja atau tidak" ungkapnya dengan rasa kesal yang memuncak

"salon?" ulang Niel

"ne,salon...aku punya jadwal perawatan lengkap hari ini" ujar Nayeon

"jadi..kau tak ke kampus hari ini?" tanya Niel

"ANNIYO" bentak Nayeon keras

"ya, kecilkan suaramu. Kau bisa membuat oppa tuli" protes Niel

"oppa yang membuatku kesal, jadi jangan salahkan jika suaraku meninggi" Nayeon tak mau kalah

"oppa hanya menanyakan beberapa kemungkinan. Apa itu salah?" Niel membela diri

"kemungkinan yang oppa arahkan padaku benar2 membuatku terasa rendah apa oppa tahu?" balas Nayeon

Niel tak lagi membalas, dia hanya menarik nafas pelan seraya masih memandang Nayeon

"aku Im Nayeon oppa, putri pengacara terkenal Im Tae Guk. Sebagai putri penegak hukum apa kau kira aku akan melakukan hal yang akan mempermalukan appaku?" sungut Nayeon

"ara..mian, oppa salah menuduhmu?"

"oppa kira dengan kata maaf semua akan terselesaikan?" tukas Nayeon tak terima

"jadi kau mau bagaimana?" tanya Niel mulai tak sabar

"aku mau mencari bukti" jawab Nayeon

"ne?" Niel tak mengerti

"aku akan mencari orang yang menjatuhkan vas bunga itu dan jika aku sudah mendapatkan buktinya. Aku mau oppa berlutut meminta maaf padaku" tukas Niel

"ya, kau bercanda? Jangan membesar2 masalah seperti ini Im Nayeon" tukas Niel

"ini memang masalah besar oppa, jika bukti sudah kudapatkan kau bisa kutuntut dengan tuduhan pencemaran nama baik juga perlakukan tidak menyenangkan. Karena itu..jika tak mau aku menuntutmu kau harus berlutut meminta maaf padaku. apa kau paham?" Nayeon menunjuk wajah Niel tepat dihidungnya

Niel tak menjawab hanya sedikit menjauhkan wajahnya dari jari Nayeon. Tak mendapatkan jawaban apapun dari Niel, Nayeonpun melangkah pergi meninggalkan namja itu begitu saja.

"apa2an dia itu?" ujarnya sambil menggeleng

Tak ingin ambil pusing, Niel memilih merebahkan tubuhnya diranjang untuk menghilangkan rasa penat yang bersarang ditubuhnya.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro