Teman Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hartanto, mau sinta ganti dengan panggilan Hartantu dengan terasa cocok dengan si sosok itu.

"Udah, sekarang bisa pergi?"

Sinta melipat tangan melihat sinis si hantu itu, "gak, ah. Aku akhirnya nemu orang yang bisa liat aku," tolaknya.

Si Hartanto tentu mematik rasa kesal pada Sinta, "tau ngak, kamu itu nyembelin! pergi ngak!"

'Kriettt...,'

"Sin, kamu kenapa?" nenek tentu panik, tergopoh gopoh muncul ke kamar, perempuan sudah lanjut usia itu nampak baru selesai dari dapur, ujung pakaiannya sedikit basah terkena air.

Panik tentunya, masa Sinta bercerita, 'ini nek, ada setan di kamar Sinta. Dia ganteng sih, tapi sayang udah koit, mana namanya jaduel banget,' tentunya jawaban kayak gitu bisa saja dapat tangapan dari nenek seperti ini, nenek melebarkan matanya melihat Sinta, panik. Terus si nenek manggil ustad buat nge-rukiyah Sinta.

Bukannya sembuh malah di angap gila, tapi dia bisa gila beneran kalau di biarin kayak gini erus 'kan?

Dengan perasaan bersalah dan beribu maaf, Sinta memilih berbohong. "Ini, aku lagi belajar drama, nek. Di sekolah aku di minta buat olah vokal, olah tenaga dan olah diri, buat pentas."

Nenek mengerutkan dahi, tentu gak percaya begitu saja. "nenekmu ini pernah muda dan sekolah, masa kamu baru masuk di suruh tugas kayak gitu, apa mungkin?" katanya sangsi.

"Serius, nek." rada sudah memang punya niat jelek, apa lagi neneknya itu memang orang tua yang gak bisa di kibulin. Nenek hits contohnya.

"Drama nek, aku berniat masuk eskul drama." begitu elaknya, "kalau kepilih, aku bisa main film sama Song Hye Koo, nek."

Nenek memicingkan matanya sekali lagi, mungkin bukan perkara marah ke cucunya tetapi memang matanya mulai rabuh sekarang, faktor usia juga.

"Sin, bukannya Song Hye Koo, pemain korea ya?" tanya nenek penuh selidik.

si hantu bernama Hartanto malah tertawa ngakak, dia berguling guling di atas kasur milik Sinta.

"Ya, kok ada ada aja. Kalau emang mau boong minimal yang wajar. eskul kok mau main sama mbak Song Hye Koo. Dari namanya aja udah jelas kalian beda kelasss, minimal yang wajar. Kayak si Reza harian," cetus si hantu.

Sinta mendelik ke kasur, tentu wujud yang tak bisa di lihat oleh orang lain. "Sialan," bisik Sinta."

"Ya udah, kalau gitu semangat ya. Nenek titip salam sama mbak Song Song, itu." tukasnya malu malu.

"Lah," si Hantu terperangah, " ini nenek masa ngak ngerti?"

"Tapi kalau kamu ikut kelas drama, nenek terserah aja. Yang penting kamu jangan malu di suruh maju, semangat. biar bisa main sama Song Hye koo,"

Nenek semangat mengepalkan tangannya menyemangati si cucu sebelum kembali menutup pintu.

"Akhirnya," Sinta mengelus dada. Beralih ke si hantu. Sinta melompat ke kasur, "eh, dedemit. Kenapa gak balik ke sekolah sana, kamu mau ngapain di sini?" mau bikin runyam, mending ilang. Jangan gangguin aku!"

Si hantu terduduk di atas ranjang Sinta, dengan tangan terlipat dan wajah serius si hantu membuka omongan, mengabaikan omelan Sinta.

"Gini, aku mau minta tolong satu hal, aja."

"Ngak!" tolak Sinta cepat, dia meremat halaian rambut, tentu sudah frustasi di buat oleh si hantu. Cukup kemarin aja dia mau menolong hantu hantu sialan yang bikin hidupnya susah.

Si hantu mencibir, "yaelah. gak banyak juga kok, satu aja."

"Situ minta tolong apa nyuruh sih, aku gak mau bantu!" bentak Sinta, suaranya lalu menghilang. Melihat neneknya kembali dengan sepiring camilan, masuk  begitu saja ke kamarnya memang gak di kunci.

"Nenek," gagap Sinta, tentunya dia panik. Mau pake alesan apa lagi.

Tapi rasa khawatir Sinta terlihat tak terjadi, "masih latian ya, wah. nenek setuju kalau kamu nemuin fasionmu ke mana,"

Sadar ada yang salah, Sinta mengoreksi. "Passionm, nek. bukan Fasion, itu mah baju."

"Yang penting kamu ngerti apa yang nenek bilang. Ini nenek bawain camilan, buat kamu makan, eh. Kalau ketemu mbak Song Song, tolong titip salam dari nenek, ya." begitu tuturnya meletakan camilan kemudia menutup pintu lagi.

Nenek melihat kembali kebelakang, "cucuku keren, kalau udah sukses bisa pamer ke wasaap RT nih, teruskan jurus ninjamu nak," gumam nenek.

"Nek,"

"Astaga bukan naga, naga ..., kakek!" Nenek memukul lengan suaminya itu kesal.

"Kok kakek, katanya mau di panggil Chagia?" tanyanya, mengingatkan si istri.

"Betul juga, maaf kek, eh. Chagia, aku kesenengan hari ini."

Si suami atau kita panggil dua orang tua ini mirip remaja kasmaran di usia mereka sudah menumbuhkan uban di kepala. Melupakan mereka sudah mempunya dua cucu dari si anak, tapi lupakan umur dan status mereka sekarang, Nenek yang hobby drakoran dan si kakek menudukung si istri, katanya si kakek --yang sekarang punya panggilan Chagia dan si nenek punya panggilan eonni dari si suami-- aku harap gak ada yang muntah lihat kelakuan alay keduanya di tambah si kakek mengaku mukanya mirip Ji Chang Wook dan si istri mirip Yoona.

"Udah, nanti aku masakin teobboki,"

"Ohh, siap eonni. Lemper lagi ya?"

"Ih, jangan di sebut lemper, biar agak moderen kita," tuturnya.

Sinta yang dari tadi beranjak dari kasur menguping dari balik pintu mendengar percakapan kakek dan neneknya terlalu random. Si hantu juga ikut nimbrung.

"Kakek sama nenekmu, agak agak juga ternyata," komentar si hantu.

"Iya, mereka udah kayak begitu dari muda, kata papa sih. Udah bawaan lair kayaknya, papa-ku dulu juga bucin mama-ku, kalau udah bucin emang dunia terasa milik pribadi," Setelah menyahuti si hantu Sinta terdiam, melihat si hantu ada di atasnya ikut menempelkan telinga.

"Astaga! kenapa nguping juga, ish."

"Kan kepo juga," jawab si hantu santai, berjongkok dekat Sinta.

"Maumu apa sebenernya, setan." Sinta gak salah 'kan, memaki? yang di panggilnya ini memang setan, bukan manusia.

"Satu," dia mengangkat jari telunjuknya, "satu aja permintaanku,"

Bernada Sinis, Sinta akhirnya mau bertanya permintaan apa si hantu. Hanya ingin tau saja, bukan berarti mau mengabulkan, kalau list permintaan si hantu adalah, cari tulang belulangnya, cari di mana jasad atau pelaku pembunuhan. Jangan jangan dia ini roh dari korban pembully-an, entah. Sinta gak mau ikut campur dengan urusan makhluk gaib.

"I-itu, kamu tau apa itu Moblie Lagend?" tanyanya, membuat Sinta menghasilkan vokal panjang 'Haaa?'

"Itu, yang di mainin anak laki-laki, terus apa itu namanya Netflix and chill, kok katanya mesum?"

Tak ada lanjutan dari si hantu, menandakan sebetas itu yang di tanyakan. "itu aja?"

"Ngak,"

"Ada lagi?"

"Udah, tapi itu tadi kan dua permintaan,"

"Kenapa mau tau soal begitu?"

Si hantu lalu menyahut smebari menyandarkan pugungnya ke tembok, "anu, aku kepinin tau. Anak anak di kelas selalu ngomongini ini dan itu, apa lagi aku ngerasa semua serba cepet, tau tau anak yang kemarin aku liat baru ikut MOS udah lulus dan mampir ke sekolah bawa anak, ada yang kuliah. Berasa cepet,"

Sinta mengangguk, memang dunia di huni si hantu bakal terasa sat set, beda dengan dia. Semuanya terasa berjalan normal.




































































Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro