Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

| Written on July, 18th 2018 |
...


"Terima kasih ya, nak. Isi dompet ibu enggak seberapa sih. Tapi justru kamu yang ibu khawatirkan."

Mama Lia Karni Vora, wanita paruh baya dengan air mata yang sudah tak bisa dibendung tengah menggenggam erat tangan seorang  gadis di depannya kini. Gadis itu hanya tersenyum dengan nafas terengah. Baru saja ia berhasil menjerat seorang jambret guna merampas balik dompet seorang ibu.

"Saya gak apa kok, tan. Yang penting dompetnya tante udah balik."

"Gak apa gimana? Kamu tadi bekelahi sama tuh jambret. Mana pakai kekerasan pula." Mama Lia mulai panik tak kala melihat pelipis gadis itu berdarah. "Nih! Nih! Sampai berdarah gini."

"Oh! Cuma perih dikit. Biasalah. Ini mah gak ada apa-apanya sama luka kemaren."

"Tapi kamu itu perempuan. Mana bisa ibu biarin kamu lecet gini aja setelah kamu selamatkan dompet ibu barusan."

Gadis berjubah taekwondo itu menghembuskan nafas panjang. Dia melirik sekilas ke arah jam tangan. Setelahnya ia kembali menatap wajah sendu itu dengan lembut. "Tante. Saya baik aja. Yang penting dompet tante sudah balik. Lagian tante enggak liat ini?"

Mama Lia menatap apa yang tangan mungil gadis itu sentuh. "Sabuk hitam?!"

"Nah. Saya sudah sabuk hitam, tan. Preman kampung mah lewat sama saya."

Lama wanita baya itu terdiam. "Ya udah. Syukurlah kalau gitu. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?"

"Melati, tan. Saya Melati Shifanari."

"Saya Mama Lia Karni Vora."

Mendengar nama itu, Melati berusaha keras menahan tawanya. Aneh, namanya aneh, gumam Melati dalam hati.

"Kamu sudah punya pacar?"

Pertanyaan wanita bertubuh gempal itu membungkam mulut Melati sesaat. "Kok tante nanya soal pacar?"

"Punya apa enggak nih, Mel?"

"Yaelah, tan. Buat apa sih pakai acara punya pacar segala kalau kuliah aja belom kelar. Fokus kuliah-kerja aja. Punya pacar mah ribet."

Senyum indah mengukir di lekuk bibir Mama Lia. "Syukurlah."

"Kok malah sykuran sih, tan?"

"Engh, jangan panggil saya tante. Panggil aja kanjeng ratu. Anak saya pada manggil saya begitu soalnya."

Tak tahan lagi, Melati menyemburkan tawa yang ia coba tahan sedari tadi. Namun wanita yang ditertawakan justru tersenyum geli. Ya, bagaimanapun baru kali ini ada orang luar yang ia ijinkan untuk memanggil sebutan pemberian dua anaknya itu tanpa pikir ulang.

"Tante boleh pinjam handphone kamu, Mel? Tante bantu kamu follow facebook tante, ya?!"

Tanpa ragu, ponsel yang ia kantungi langsung berpindah tangan. Sedang tangan Kanjeng ratu reflek mengetikkan kata 'Mama Lia Karni Vora' di kolom pencarian. Menit selanjutnya ia kembali mengetikkan satu nama di sana.

'Alan Dhevan Pradika'

Selanjutnya, deret angka ia simpan di kontak ponsel tersebut. Dan, selesai.

"Tante juga simpan nomor tante sekalian. Jangan reject kalau ada panggilan loh ."

"Iya, tante."

"Eits! Kan-jeng- ra-tu!"

"Iya kanjeng ratu! Hamba akan selalu mengingat pesan yang mulia kanjeng ratu."

Mereka tertawa bersama. Kanjeng ratu bahkan sigap memeluk tubuh gadis yang menguarkan bau keringat itu dengan erat. Hmm, ayu tenan ini si Melati. Siap-siap tante jadiin mantu deh sebelum tante-tante lain pada main selip-selipan.

🌻🌻🌻










Siapa yang kangen sama kanjeng ratu 😁

Gak ada ya 😂

Girls, balik lagi si kanjeng ratu mengemban tugas mulia. Menjodohkan Melati sama bang Alan muehehehe

#kanjengratuonaction

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro