8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Name] menatap TV dengan pandangan kosong. Kakinya yang pendek diayunkan, ia menghela napas bosan. Matanya sangat berat, tapi ia tahan untuk tidak tertidur walau jam sudah terlampau pukul sembilan.

Dengan kantuk yang menyerang ia bertahan dengan suara TV dan menatap kosong layar di depannya. Ia sibuk untuk berpikir kapan Aomine akan pulang. Sampai suara pintu yang terbuka mengagetkan gadis kecil tersebut. Dengan kaki mungilnya ia langsung berlari ke arah pintu.

"Papa! Selamat datang," ujarnya diakhiri dengan uapan kecil.

Aomine kaget saat melihat [Name] masih terjaga, padahal waktu tidurnya jam tujuh dan Aomine menyuruh Momoi untuk menjaga [Name] selama ia bekerja. Toh, Momoi juga mau menjaga gadis kecil tersebut--walau Aomine melarangnya untuk memberi makanan buatannya sendiri.

Aomine menatap garang [Name], ia langsung menggendongnya dan menuju ke dalam. Alisnya bertautan saat melihat TV yang masih menyala, kemudian beralih menatap gadis di gendongannya.

"Kenapa tidak tidur? Kenapa TV masih dinyalakan?" tanya Aomine.

[Name] menguap matana berair, "[Name] ingin menyambut Papa," ujarnya dengan nada khas anak kecil.

Aomine pura-pura marah, walau dalam hatinya ia merasakan kehangatan karena [Name]. Ia mematikan TV setelah itu langsung menuju ke kamar tidur. Dengan lembut ia menaruh [Name] ke tempat tidur dan menyelimutinya.

Gadis kecil itu tidak bisa lagi menahan kantuknya saat selimut hangat menutupi tubuhnya dan dengan cepat ia langsung tertidur lelap.

Aomine tertawa pelan saat melihat [Name] yang langsung tertidur. Ia keluar dari kamar putrinya dan langsung berganti baju untuk pergi tidur.

🌙

Aomine bangun di pagi hari. Sejak istrinya meninggalkannya ia selalu bangun pagi untuk menyiapkan segala kebutuhan anaknya tersebut. Beruntungnya hari ini adalah hari libur sehingga ia bisa menikmati waktu untuk bersantai.

Setelah menata kamar, ia menuju ke dapur menyiapkan sarapan sederhana untuk mereka berdua. Kemudian, Aomine menyuruh [Name] mandi dan sarapan. Pada hari biasa [Name] langsung diantar ke sekolah dan Aomine pergi bekerja. Saat pulang sekolah [Name] akan dijemput oleh Momoi dan menemaninya selama ia ada waktu. Itu rutinitas yang biasa Aomine lakukan.

Aomine memperhatikan [Name] yang baru duduk di kursi. Celemek yang ia gunakan untuk memasak dicopot dan berjalan menuju ke arah gadis kecil itu setelah mencuci tangannya.

Ia tersenyum kecil saat melihat [Name] yang menatap telur mata sapi. Ia sempat ragu saat memasak sendiri dan bahkan tidak tahu harus belajar di mana--tentu tidak mungkin ia belajar dari Momoi. Walaupun akhirnya ia ikut kelas memasak dan sekarang ia berhasil membuat beberapa hidangan yang mudah.

Segelas susu untuk [Name] dan kopi untuk dirinya sendiri. Setiap hari. Terkadang juga ia membuatkan bekal untuk [Name], yang tentu membuatnya bangun lebih pagi.

Ia ingat hidangan pertama yang ia masak. [Name] melihatnya dan dengan keras kepala mencoba untuk mencicipinya, dengan berat hati ia mendorongkan sesendok sup yang ia buat ke arah putrinya.

Sontak saja wajah putrinya mengkerut, rasa asin ada di lidahnya, tapi ia dengan cepat berkata 'enak,' dan lari untuk mengambil air minum.

Aomine tertawa melihatnya, saat itu kemampuan memasaknya perlahan membaik. Walau ia hanya menyiapkan menu paling mudah untuk mereka berdua. Namun, dalam hati mereka itu sudah cukup.

"[Name], bagaimana kalau kita keluar nanti?" tanya Aomine.

[Name] yang mendengarnya langsung berhenti makan, kedua matanya menatap Aomine dengan berbinar-binar, ia semangat menganggukkan kepala berkali-kali.

Aomine terkekeh melihat putrinya, saat ia memakan makanan, terdapat sisa makanan di sekitar mulutnya. Aomine meraih tisu dan membersihkan mulut gadis kecil tersebut dan menatapnya lembut.

"Baiklah habiskan makanannya dan mari kita bermain!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro